Demi mengembangkan usaha, aku membuka
cabang usaha baru di Jogyakarta. Daerah ini menurut analisaku cukup berpeluang
besar. Usaha seperti yang kujalankan di Jakarta, sepertinya belum dikembangkan
di Jogya. Itulah ringkasan cerita mengapa aku
sekarang bolak-balik, Jakarta – Jogya. Usahaku di Jakarta sudah berjalan baik,
bahkan dapat kuibaratkan sudah bisa auto pilot, sehingga tanpa kehadiranku
setiap hari, usaha berjalan normal. Perhatian lebih besar ku curahkan di
cabang Jogya, sehingga waktu ku lebih banyak kuhabiskan di Jogya. Keluarga ku
di Jakarta tidak terlalu bermasalah, anak ada dua orang sudah kuliah
semua. Istri mempunyai usaha salon. Setelah 6 bulan usahaku di Jogya
mulai berjalan normal, tetapi belum bisa dilakukan autopilot. Memang benar
potensi di Jogya ternyata cukup besar, sehingga aku pun bergairah menggarapnya.
Selama ini ini aku menyewa kamar kost
di daerah yang tidak jauh dari tempat usahaku. Pikiranku jadi berubah ketika
aku melihat ada peluang untuk juga bermain properti di Jogyakarta. Aku
mengakusisi sebidang lahan yang menurutku cukup strategis untuk dikembangkan
menjadi bangunan ruko-ruko. Benar dugaanku, 30 ruko yang aku
bangun dalam waktu singkat sudah terjual, padahal, belum satu bangunan pun
berdiri. Mereka sudah tertarik melihat gambar saja. Dari sejumlah ruko yang aku
bangun ada 3 ruko yang tidak aku jual. Aku memilih untuk menunda dulu. Bangunan
ketiga ruko itu dua berjajar dan satu ruko bertolak belakang. Satu ruko itu kemudian setelah
selesai dibangun, aku siapkan untuk tempat tinggalku selama di jogya. Ruko
berlantai 3.Kamarku di lantai paling atas dan lantai kedua untuk ruang makan,
ruang tamu dan kamar pembantu. Jadi aku disain seperti penthouse.
Aku memerlukan seorang pembantu,
tetapi mencari pembantu yang cocok dengan seleraku, tentu persoalan yang tidak
mudah. Akhirnya aku mencoba memasang iklan
di kolom lowongan kerja, yang bunyinya kira-kira : dicari pembantu perempuan
usia 25 – 35 tahun tinggal di dalam, gaji sesuai dengan UMP (Upah Minimum
Provinsi),
Aku pasang di koran lokal selama
seminggu. Ternyata peminatnya banyak sekali, aku tidak mengira, begitu banyak
orang ingin jadi pembantu, padahal yang melamar sebagian besar bukan tampang-tampang
pembantu, malah ada yang S-1.
Mulanya aku bingung memilih, karena
semuanya mantap-mantap. Akhirnya aku menemukan kriteria yakni berwajah khas
Indonesia, badannya sekel, wajahnya manis, kelihatan jujur, berbadan sehat,
single, agak genit, susunya besar, bokongnya besar, pokoknya njawani banget.
Dengan kriteria itu masih ada 4 orang yang memenuhi syarat. Ini makin
membingungkan. Akhirnya satu persatu aku interview lagi dengan cara ngobrol.
Alhasil terpilih satu orang. Dia bukan yang paling ayu, tetapi aku rasa sesuai
dengan keinginanku.
Namanya Harni, janda tanpa anak sudah
3 tahun, karena ditinggal suaminya, hidup bersama orang tuanya di luar Jogyakarta.
Umurnya 26 tahun lulus SMA tidak lama kemudian kawin. Suaminya dulu bekerja
sebagai supir bus malam. Kelihatannya orangnya ramah, cekatan dan mau bekerja
berat untuk menghidupi orang tuanya.
“Mbak Har sampeyan saya terima dan
besok mulai bekerja, bawa semua pakaian dan perlengkapan langsung ke alamat
rumah saya jam 5 sore, “ begitu perintah saya kepadanya. Dia kelihatan sangat
senang langsung menyalami tangan saya dan menciumnya.
Jangan senang dahulu, saya coba dulu
3 bulan, kalau cocok bisa terus, tetapi kalau nggak cocok ya terpaksa tidak
bisa lanjut, kata saya. Dia lalu berjanji akan bekerja sungguh-sungguh.
Keesokan harinya HP saya berdering,
saya lihat no nya Mbak Hariarti. Saya bergegas turun ke bawah dan membuka
rolling door dan mempersilakan dia masuk. Dia membawa sebuah tas pakaian yang
tidak terlalu besar dan sebuah tas tangan.
Saya menunjukkan kamarnya tempat dia
tinggal, sebuah kamar berukuran 2,5 x 3 m lengkap dengan spring bed dan AC
serta sebuah lemari dan meja yang bisa digunakan untuk merias atau menulis.
Selanjutnya aku mengajak keliling rumahku untuk menunjukkan semua fasilitas
yang ada. Dia manggut-manggut saja mendengar penjelasanku.
Pekerjaan pertama adalah membereskan
rumah ku yang agak berantakan. Sambil dia bekerja aku mengajaknya ngobrol,
mengenai latar belakang kehidupannya.
Sampai 1 bulan bekerja kami sudah
akrab. Dia bahkan sudah terbiasa memijat badanku manakala pulang dari kantor.
Sebetulnya itu bukan permintaanku, tetapi maunya dia sendiri yang menawari mau
memijat. Awalnya ya memijat di ruang bawah sambil aku duduk dan menonton
televisi. Sambil ngobrol, dia memijat pundakku. Pijatannya lumayan enak juga.
Lama kelamaan dia menawarkan untuk
memijatku seluruh badan. Aku mulanya telungkup di sofa. Tetapi karena
memijatnya kurang leluasa akhirnya pindah ke tempat tidurku. Suasana di kamar
terasa berbeda, otak mesumku meradang jadinya.
Aku meski sudah mendekati usia 50
tahun, tetapi nafsu sexku masih tinggi. Dalam keadaan telungkup dengan hanya
mengenakan celana dalam dan sarung dan bagian atas tidak mengenakan apa-apa,
senjataku tidak mau diatur. Dia tegak dengan kemauannya sendiri. Pada posisi
telungkup aku bisa menyembunyikannya, meskipun sarungku sudah dilorot. Mbak Har agak nakal juga dia,
tangannya sengaja menyenggol-nyenggol kantong menyan, sehingga makin membuat
senjataku keras sempurna. Ketika berbalik, aku tidak bisa lagi menyembunyikan
ketegangan itu, Malah kepalanya agak mencuat keluar sedikit dari balik karet
kolor celana, sehingga setengah kepalanya jadi seperti mengintip.
Aku tidak mungkin menutupi kemaluanku
dengan tangan, karena akan kelihatan norak, jadi aku pasrah saja membiarkan apa
adanya.
“Wah pak adiknya marah ya, itu mau
keluar dari celana,” kata Mbak Har.
“Ah marah kenapa, yang mana,” kataku pura-pura tidak mengerti.
“ Ini ,” katanya sambil menyubit pelan.
“ Ini ,” katanya sambil menyubit pelan.
“Geli ya,” katanya.
“Bukan geli, tapi enak” kataku.
“Ih bapak genit,” katanya.
“Mbak rasanya sakit kesingset sama celana, boleh nggak dibuka saja,” kataku.
“Sapa takut,” katanya genit sambil menarik kebawah celanaku.
“Bukan geli, tapi enak” kataku.
“Ih bapak genit,” katanya.
“Mbak rasanya sakit kesingset sama celana, boleh nggak dibuka saja,” kataku.
“Sapa takut,” katanya genit sambil menarik kebawah celanaku.
Aku jadi bugil dengan senjata kaliber
15 cm mengeras sempurna sehingga posisinya 45 derajat ke arah perut.
“Mantap juga pak kelihatannya,” kata
Mbak Har sambil menggenggam tangannya ke batang kontolku.
Pikiranku sudah terbang kemana-mana.
Sentuhan tangannya membuat aku makin terangsang, apalagi dia mulai mengocoknya
perlahan-lahan. Aku sudah kehilangan akal sehatku dan hanya rangsangan birahi
yang memenuhi kalbuku.
Aku mendesis nikmat. Mbak Har malah
menambahkan cream body lotion untuk memperlicin gerakan mengocok tangannya.
Cukup lama dia mengocok batang kontolku. Aku memang sulit mencapai ejakulasi
melalui kocokan, rasanya malah ngilu di sekitar kepala kontol. Topi baja
kontolku memang melebar jadi kalau dikocok pakai tangan jadi agak ngilu
mengurangi rangsangan.
“Bapak kok nggak keluar-keluar ya
sampai tangan saya pegal,” katanya.
“Iya memang agak susah keluar kalau dikocok,” kataku.
“Iya memang agak susah keluar kalau dikocok,” kataku.

Tiba tiba dikulumnya batang kontolku
dan Mbak Har berusaha menghisap sekuat-kuatnya, mungkin dia ingin menarik
spermaku agar cepat keluar. Dia mengulum dan hampir semua batang kontolku masuk
kemulutnya. Kulumannya nikmat tetapi aku masih bisa bertahan tidak muncrat
hanya dengan kuluman.
Aku pasif saja dipelakukan begitu,
tidak berusaha merambah ke tubuhnya. Aku memejamkan mata.bahkan aku menutup
mataku dengan handuk sehingga aku tidak melihat bagaimana dia melakukannya.
Cukup lama Mbak Har mengoral
kontolku,

“Pak mulutku pegel pak lama-lama, “
katanya menyudahi aksi oralnya.
Aku diam saja seperti orang tidur dan
tetap menutup mataku. Aku hanya mendengar suara seperti dia sedang membuka
baju. Aku tetap pasif dan mematung membujur.
Dari gerakan kasur, aku merasa dia
berdiri di kasur dan terasa dia mengangkangi tubuhku. Tidak lama kemudian
tangannya meraih batang kontolku dan diarahkan ke lubang surganya. Lalu dia
menekan perlahan-lahan sampai akhirnya kontolku masuk penuh ke dalam liang
vaginanya. Mbak Har melakukan gerakan maju munur, sepertinya dia berusaha
menggesekkan clitorisnya ke batang kontolku. Gerakannya makin lama makin cepat
dan dia sendiri pun mengerang sendiri. Mungkin hanya 2 menit dia sudah ambruk
menimpa tubuhku dan terasa liang vaginanya berkontraksi memijat kontolku.
“Pak maaf ya saya nggak kuat, jadi
saya masukkan saja bapak punya ke punya saya, habis kepala saya lama-lama jadi
mumet nahan nafsu,” katanya.
“Sekarang gimana,” tanya saya.
“Sekarang gimana,” tanya saya.

“Wah plong banget rasanya pak, anu e bapak enak banget, keras, jadi rasanya turuk saya penuh banget,” kata Mbak Har.
Posisi aku dibawah memang membuat aku
mampu bertahan agar tidak ejakulasi. Sehingga Mbak Har akhir mendahului
mencapai orgasme.
Aku membalikkan posisi dan aku berada
di atas sambil mengarahkan batangku memasuki liang surgawinya. Perlahan-lahan
aku tekan, Mbak Har kelihatan meringis. Aku tanya kenapa meringis, dia kata
ngrasai enaknya batangku masuk ke lubangnya.
Mungkin karena lebar topi bajanya sehingga ketika aku menarik batangku membuat vaginanya seperti divakum. Ini membuat vaginanya terasa mencekat meskipun sudah dibanjiri cairan orgasme dan pelicin. Aku melakukannya dengan ritme pelan, sambil membayangkan letak G Spot si Mbak Har agar kesundul topi baja ku.
Mungkin karena lebar topi bajanya sehingga ketika aku menarik batangku membuat vaginanya seperti divakum. Ini membuat vaginanya terasa mencekat meskipun sudah dibanjiri cairan orgasme dan pelicin. Aku melakukannya dengan ritme pelan, sambil membayangkan letak G Spot si Mbak Har agar kesundul topi baja ku.
Mungkin G Spotnya berkali-kali
tergerus oleh topi bajaku, sehingga dia merintih-rintih tak terkendali, jika
aku percepat, ritme rintihannya juga menjadi ikut cepat, lama-lama rintihannya
seperti dia akan mendapat orgasme, mendengar reaksi itu rangsanganku jadi makin
memuncak dan aku merasa sebentar lai aku akan melekedak, akhirnya aku
mempercepat gerakanku dan mengabaikan rintihannya.

Menjelang aku orgasme dia
sudah menjerit mencapai O-nya dan berusaha merangkulkan kakinya ke pinggangku
agar tubuhku merapat, terutama kemaluan ku menekan kemaluannya. Kuhunjam
dalam-dalam-dalam batang kontolku dan terasa kedutan yang sangat mencekat
membuat aku tak mampu lagi bertahan dan tumpahlah semua spermaku ke dalam liang
vaginanya. Kelamin kami saling beradu kontraksi sampai akhirnya kami berdua
lemas. “Uedan pak, enak banget rasa ne
sampai aku lemes banget, Pak maaf ya pak aku nggak kuat berdiri, mataku ngantuk
banget, aku numpang tidur sebentar ya, badanku lemes banget pak,” katanya
sesaat selesai orgasmenya. Mungkin dia mendapat orgasme G Spot
yang mengakibatkan badannya lemas dan memebuat ngantuk.
Aku bangkit dan memperhatikan tubuh
telanjangnya. Teteknya cukup besar, akhirnya aku tahu BH nya ukuran 38 C,
berpinggang dan bagian pinggulnya melebar, pahanya tebal dan bulu jembutnya
tidak terlalu lebat, tetapi bentuknya menggunung. Orang setempat menyebutnya
menthul. Warna kulitnya kuning langsat, bagian dalam yang sering tertutup
pakaian lebih terang daripada bagian luarnya.
Kutaksir tinggi Mbak Har sekitar 160
cm, cukup tinggi bagi rata-rata perempuan Jawa. Rambutnya lurus sebahu dan
lumayan lebat, bibirnya agak tebal, hidungnya normal tidak termasuk pesek. Aku kekamar mandi membersihkan
senjataku dan membawa handuk lembab untuk membersihkan sisa maniku yang berada
dan meleleh di sela-sela vaginya. Beberapa tetes sempat membasahi sprei, tetapi
tidak terlalu banyak. Setelah itu kami tidur berselimut dan telanjang ei bawah
selimut.
Aku jatuh tertidur mungkin sekitar 3
jam. Karena kulihat jam di dinding menunjukkan jam 1 malam ketika aku
terbangun. Kantong kemiku terasa penuh sehingga aku bangkit menuju kamar mandi
sambil tetap telanjang dan melepaskan hasrat kecilku. Tidak lama kemudian Mbak
Har nyusul dan dia langsung duduk dan berdesir suara tekanan kencingnya. Mak
Sun juga telanjang bulat ke kamar mandi. Aku membersihkan senjataku, tetapi
kemudian diraih oleh Mbak Har dan disabuninya senjataku lalu diguyur shower
dengan air hangat. Dia pun lalu menyabuni vaginanya sendiri sambil jongkok.
Setelah mengeringkan diri dia
menyeretku kembali masuk ke bawah selimut.
“Bapak main e pinter banget sampai
aku semaput,” katanya.
Di tidur bagaikan kami suami istri.
Tanpa rasa sungkan lagi dia memelukku sambil meremas-remas batangku di bawah
selimut. Mendapat perlakuan begitu, perlahan-lahan senjataku jadi mengeras,
meskipun tidak sampai 100%.
Tanganku juga ikut meremas dan
memelintir putingnya, Putingnya masih termasuk kecil, karena dia belum pernah
hamil. Pada kesempatan itu kutanyakan dia apakan sekarang dia sedang masa
subur. Dia menjawab, bahwa dia tidak bisa punya anak. Menurut dokter, indung
telurnya tidak sempurna memproduksi telur.
Teteknya yang tebal terasa mantap di
telapak tanganku, Aku bangkit lalu menghisap kedua putingnya, sampai kedua nya
makin keras. Melalui jilatan di kedua putingnya saja Mbak Har sudah mereintih
nikmat. Tanganku meraba belahan vaginanya terasa berlendir. Menandakan dia
sudah terangsang dan siap di tusuk kembali. Aku tidak mau terburu-buru, Aku
menciumi perutnya dan menjilat di sekitar pusarnya. Mbak Har menggeliat
kegelian . Kurengangkan kedua kakinya dan
mulutku turun terus menciumi gundukan atas vaginanya yang ditumbuhi bulu agak
jarang. Mbak Har sungkan dan berusaha menarik kepalaku. Pak jangan diciumi
anuku pak aku, sungkan pak, jijik pak. Aku tidak peduli dengan rintihannya
lidahku mulai menyapu belahan vaginanya. Kubuka belahan vaginanya dengan kedua
tanganku terlihat bentuk vaginanya sempurna. Clitorisnya merah mengkilat
menonjol di atas, sehinggan mudah menemukannya, bibir dalamnya tidak
bergelambir, meski berwarna ungu tua, di dalamnya berwarna merah muda dan
basah.
Mbak Har berkali-kali berusaha
menarik kepalaku ke atas, karena katanya dia malu dilihatin begitu. Tetapi
tidak kupedulikan malah aku mulai menjilati clitorisnya. Bagian clitoris yang
menonjol menjadi mudah bagiku mencucupnya dan menjilaitnya. Mbak Har sudah
kelojotan gak karuan, sehingga aku terpaksa menekan kedua lenganku menahan
pahanya agar memudahkanku menjilati clitorisnya. Dia menjerit-jerit nikmat
sambil menekan-nekan kepalaku sampai akhirnya menjerit panjang manakala
orgasmenya sampai. Terasa seluruh permukaan vaginanya berkedut dan celah
vaginanya membanjir cairan kental.
Aku bertahan beberapa saat sampai dia
menuntaskan orgasmenya baru mulutku kuangkat dari vaginaunya. Aku lalu duduk
bersimpuh dan perlahan-lahan meencolokkan jari manis dan jari tengah ke dalam
lubang vaginanya sampai ambles semua. Perlahan-lahan aku kocok. Mulanya tidak
ada reaksi dari tubuhnya, t3etapi lama-lama mulutnya merintih nikmat lagi.
Makin lama makin keras dan akhirnya aku menandai bahwa dia segera mancapai
orgasmenya. Menjelang orgasmenya cepat-cepat aku tarik jariku dari lubang
vagina dan membuka lebar belahan vaginanya sampai terlihat lubang kencingnya.
Tak lama berselang muncrat cairan kental berkali-kali sehingga mengenai mukaku.
“Pak maaf ya pak aku nggak bisa nahan
ngompol, sampai kena muka bapak ya,” ‘ katanya sambil mengelap muka ku yang
belepotan cairan ejakulasinya.
“Pak sumpah, saya seumur hidup belum pernah ngrasai sampai gini enaknya, kalau sampai saya ketagihan nanti jangan salah in saya Pak,” sambil matanya sayu. Dia mengaku lemas sekali. Tetapi senjataku yang sudah mengacung keras memerlukan penuntasan.
“Pak sumpah, saya seumur hidup belum pernah ngrasai sampai gini enaknya, kalau sampai saya ketagihan nanti jangan salah in saya Pak,” sambil matanya sayu. Dia mengaku lemas sekali. Tetapi senjataku yang sudah mengacung keras memerlukan penuntasan.

Aku langsung menerjang dan
menggenjotnya. Cukup lama juga karena ronde kedua ku biasanya biasanya lama
sekali. Sudah setengah jam aku genjot dia sudah berkali-kali mendapat orgasme
sampai katanya badannya kayak tidak ada tulangnya. Dia sudah mohon-mohon untuk
menyudahi permainan karena badannya sudah tidak kuat berkali-kali orgasme. Aku
tidak perduli dan terus berkosentrasi untuk mendapatkan orgasmeku.
Ketika aku sampai di puncak, Mbak Har
juga menyertai. Aku merasakan kontraksi bersamaan dan Mbak Har kemudian terdiam
dan tak lama keudian dia sudah mendengkur. Aku pun langsung tertidur.
Sejak saat itu kami hampir setiap
hari selalu berhubungan kelamin. Kadang-kadang ketika aku sedang nonton TV,
Mbah Sun memelorotkan celanaku lalu duduk dipangkuanku dan menancapkan
senjataku ke vaginanya. Kami duduk berhadapan, aku diam saja, dia yang aktif
memainkan peran sampai akhirnya mencapai orgasme. Sering aku tidak sampai
orgasme dia sudah lelah, sehingga aku membiarkan pertandingan usai meski aku
belum game.
Permainan disambung lagi di tempat
tidur sampai tuntas. Mbak Har ternyata nafsunya besar sekali. Lebih sering dia
yang meminta dari pada aku yang memulai. Dia selalu menggoda untuk menjurus
pada hubungan sex. Oleh karena itu selama dirumah kami jarang mengenakan baju.
Kami telanjang saja sambil makan, sambil nonton TV, atau kadang-kadang aku
bekerja di komputer, barangku di bawah dikulum dan diisap-isap. Jadi kami di
rumah ini sudah menerapkan kehidupan nudist.
Aku memang tidak selamanya berada di
Jogya, karena beberapa hari aku berada di Jakarta untuk mengawasi jalannya
perusahaan di sasana dan berada di rumah . Jika aku tidak di Jogya, Mbak Har
pulang ke rumah orang tuanya, begitu selalu.
Tidak terasa sudah 6 bulan aku hidup
bersama Mbak Har, gajinya sudah kunaikkan menjadi dua kali lipat. Dia senang
sekali karena selain gajinya utuh, dia juga sering mendapat uang tips dari aku.
Suatu hari setelah kami bertempur,
Mbak Har berbicara kepadaku bahwa dia minta izin dari ku untuk membawa
saudaranya untuk menemani. Saudaranya ini anak sebatang kara karena sudah tidak
punya orang tua yang meninggal karena kecelakaan. Dia seorang anak perempuan
berumur sekitar 12 tahun, sekolah baru mau naik kelas 6 SD.
Sebetulnya aku agak keberatan, karena
dengan hadirnya orang ketiga, kegiatan sex kami bisa terganggu. Itu aku
kemukakan ke Mbak Har. Dia pun katanya sudah mempertimbangkan itu, tetapi dia
berjanji berusaha mengatur agar kehadiran anak itu tidak mengganggu.
“ Kasihan Pak anaknya pintar dan
manis, tapi miskin tidak punya orang tua, dia selama ini tinggal sama orang tua
saya.” katanya.
Aku pikir kasihan juga Mbak Har jika
aku tinggal ke Jakarta, yang kadang-kadang cukup lama, dia harus mondar mandir
ke kampung. Akhirnya aku setujui dengan syarat Mbak Har yang mengatur anak itu.
Ketika aku kembali ke Jogya, Mbak Har
sudah ditemani oleh keponakannya. Anaknya sopan, manis dan menyalami sambil
mencium tangan. Di sebut namanya Rachmawati. Kulitnya lebih gelap sedikit
dibanding Mbak Har.
Sejak ada Tyas, kegiatan sex kami
memang berkurang. Kami tidak leluasa lagi bermain. Jika hasrat sudah memuncak,
kami melampiaskannya tengah malam setelah anak itu pulas di kamar Mbak Har dan
kami main di kamarku.
Jika kami main, sebetulnya aku
was-was juga, karena kamarku diatas tidak berpintu, Khawatirnya anak itu
tiba-tiba muncul karena tengah malam terbangun, melihat Mbak Har tidak ada
disebelahnya bisa saja dia mencari ke atas.
Kekhawatiranku akhirnya terbukti
juga. Mungkin juga karena kami lengah, karena setelah 3 bulan kami main kucing-kucingan akhirnya jadi kurang
waspada.
“Bude” katanya lirih ketika Mbak Har
masih telanjang berada di atas tubuhku.
Kami berdua kaget dan tidak sempat
bersembunyi lagi karena jarak antara Tyas berdiri dengan bed hanya sekitar 3 m
dan penerangan meski remang-remang tetapi masih cukup terang. Ada apa kata Mbak Har dalam bahasa
Jawa dan masih dalam posisi bugil di atas tubuhku. “Aku takut dibawah sendirian,”
katanya.
Kami tidak bisa menyembunyikan diri
dan mengubah posisi untuk berlindung dari pandangan Tyas. Mbak Har yang sudah
tinggi nampaknya merasa tanggung, maka dia meneruskan permainan dan mengabaikan
saja kehadiran si Tyas.
Lalu Mbak Har menyuruh anak itu duduk
ditepi ranjang sehingga dia bisa jelas melihat kami berdua dalam keadaan bugil.
Mulanya dia buang muka, mungkin merasa malu melihat kami berdua telanjang .
Tetapi lama-lama karena kami melanjutkan adegang yang tertunda dan Mbak Har
tidak bisa menahan rintihannya, maka anak itu terpancing juga melihat, budenya
main kuda-kudaan.

“Bude ngapain sih sama bapak,” katanya dalam bahasa Jawa setelah sekian lama membuang muka akhirnya melihat permainan kami berdua. Dalam bahasa Jawa Mbak Har mengatakan bahwa kami sedang bersenang-senang.
Dasar anak ini masih polos dia bertanya, bersenang-senang
kok telanjang dan saling menindih. Kedengarannya malah budenya seperti merintih
kesakitan. Budenya menjawab sejujurnya bahwa dia bukan kesakitan tetapi saking
enaknya. “Apa ne sih bude sing enak,” katanya.
Dia menjadi penasaran dimana enaknya
bertindih-tindihan seperti itu. Kosentrasiku jadi terganggu sehingga
ejakulasiku jadi makin jauh meski batang ini masih mengeras, tetapi bagi Mbak
Har kelihatannya tidak, karena rintihannya makin seru meski pun disambil
berkomunikasi dengan keponakannya. Dia akhirnya mencapai puncaknya juga dan
rubuh ke tubuhku. Nafasnya mendengus seperti habis lari marathon.

Setelah itu Mbak Har bangkit dan
menggandeng anak itu masuk ke kamar mandiku. Aku tidak mendengar apa yang
mereka bicarakan. Mbak Har kembali dan meraih bajunya lalu sambil tetap nudist
dia berjalan menggandeng Tyas turun. Terdengar mereka masuk kamar. Tidak
terdengar suara apa-apa lagi, mungkin mereka sudah tertidur. Aku bangkit dan
mencuci senjataku yang tadi belum tuntas.
Tapi karena sudah terbiasa begitu
akhirnya aku cuci senjata dalan langsung masuk selimut tidur. Aku tidak bisa
langsung tidur, Pikiranku melayang membayangkan apa yang dilakukan Mbak Har
kepada Tyas yang memergoki kami sedang bersebadan.
Akhirnya aku tertidur juga dan jam 6 pagi aku bangun, seperti biasa turun kebawah minum teh dan sarapan roti. Sambil menonton berita di TV. Selepas sarapan aku naik keatas bersiap mandi dikamar mandiku.
Akhirnya aku tertidur juga dan jam 6 pagi aku bangun, seperti biasa turun kebawah minum teh dan sarapan roti. Sambil menonton berita di TV. Selepas sarapan aku naik keatas bersiap mandi dikamar mandiku.
Kamar mandiku di dalamnya ada bak
jakuzi berbentuk seperempat bundaran. Nikmat sekali rasanya berendam air hangat
sambil melamun, senjataku pelan-pelan bangun karena terendam air panas. Aku dikejutkan oleh kemunculan Mbak
Har dan Tyas di kamar mandiku. Mulanya Mbak Har menelanjangi dirinya, lalu
meneyuruh Tyas juga telanjang. Tyas agak ragu dan malu menelanjangi dirinya,
tetapi karena diperintah budenya dan katanya ini sebagai hukuman memergoki kami
telanjang. Akhirnya Tyas bugil juga. Mereka buang air kecil bergantian di
toilet lalu menyiram dirinya dengan shower baru Mbak Har membimbing Tyas masuk
bergabung dengan ku. Tyas agak takut dan kaku melangkah
masuk ke dalam bak. Kami duduk bertiga berhadap-hadapan dalam bak. Tangan Mbak
Har langsung menggenggam kontolku yang setengah penuh. Dia lalu meraih tangan
Tyas dan memerintahkan tangannya menggenggam kontolku. Tyas menunduk menahan
rasa malu dan tangannya agak kaku sehingga dipaksa Mbak Har sampai akhirnya
tangan kecil itu benar-benar menggenggam batangku. Terasa tangannya gemetar dan
diam tidak bergerak. Tangannya baru bergerak mengocok setelah tangan Mbak Har
mengarahkan gerakan itu.
Tidak lama kemudian Mbak Har berdiri
dan menarik Tyas dan aku berdiri juga. Dia meraih sabun cair dan meminta Tyas
menyabuni tubuhku, dan aku menyabuni tubuh Mbak Har. Tyas kaku membelai tangan
yang penuh sabun ke tubuhku. Kuperhatikan tubuhnya mulai tumbuh. Teteknya meski
sudah berkembang tetapi masih sebesar perkedel, pinggulnya sudah mulai mekar,
vaginanya masih gundul dengan belahan rapat di bawahnya. Pentil di teteknya
masih kecil seperti pentil tetekku.
Dia ragu-ragu ketika menyabuni bagian
kelaminku tetapi dia lakukan juga sambil tangannya gemetar. Setelah tuntas
ganti aku menjamahi tubuhnya dengan sabun dan mencoba menekan teteknya yang
mengkal, lalu menyabuni vaginanya dan mencari itilnya. Dia sempat berjingkat
ketika itilnya tersenggol. Dia kupeluk dari belakang sehingga batangku yang
agak keras menempel di punggungnya sambil aku meremasi teteknya dan menyabuni
vaginanya. Dia menggeliat-geliat.
Setelah peristiwa itu, kami jadi
lebih terbuka dan lebih bebas. Mbak Har yang memang nafsunya besar makin cuek
bermain di sofa di depan keponakannya. Si Tyas jadi terbiasa menyaksikan kami
bermain, bahkan dia sering ikut tidur bertiga di kamarku.
Sebulan kami terbuka dengan Tyas, sampai akhirnya dia memperhatikan kedua kelamin kami yang sedang beradu. Semua dia tanya proses bersetubuh itu, dan dia tanyakan apakah proses itu menyakitkan . Dia pun tahu bahwa kemaluan laki-laki akan menegang jika terangsang. Tyas setelah sebulan mulai berani ikut menciumi kemaluanku diajari oleh Mbak Har.
Sebulan kami terbuka dengan Tyas, sampai akhirnya dia memperhatikan kedua kelamin kami yang sedang beradu. Semua dia tanya proses bersetubuh itu, dan dia tanyakan apakah proses itu menyakitkan . Dia pun tahu bahwa kemaluan laki-laki akan menegang jika terangsang. Tyas setelah sebulan mulai berani ikut menciumi kemaluanku diajari oleh Mbak Har.

Aku sekarang sering dioral oleh Mbak
Har dan Tyas. Kami pun sudah biasa bertelanjang di seputar rumah . Kelihatannya
Tyas penasaran ingin merasai di oral pula sehingga suatu hari dia berujar,
kepingin merasai dioral vaginanya.
Aku memulai dengan mencium kedua
bibirnya. Reaksinya Tyas agak kaku dan diam saja, tetapi lama-lama ikut
bergerak dan nafasnya makin cepat. Bersamaan dengan itu aku merabai tetek
kecilnya tanpa aku remas. Karena tetek yang baru tumbuh akan merasa sangat
sakit jika diremas.
Aku kemudian memintanya duduk di sofa
dan membentangkan kedua kakinya sehingga vagina gundulnya terbuka dan terlihat
lipatan bibir dalamnya yang ujungnya berlipat menonjol. Aku mulai menjilati
kedua putingnya. Dia kegelian. Aku rasa itu wajar, ketika seorang wanita apa lagi yang masih dibawah umur belum begitu terangsang, maka rasa
geli akan menerpanya.
Aku menjilat dan sesekali
menghisapnya. Lama-lama rasa gelinya mulai berkurang dan dia mulai
mendengus-dengus. Kuraba belahan vaginanya mulai terasa basah dengan lendir.
Dia sempat terkejut ketika tanganku menggapai belahan vaginanya. Setelah dia
makin terangsang aku berpindah menjilatai belahan vaginanya. Tyas
bergelinjang-gelinjang, geli katanya. Aku harus bersabar sambil terus menjilati
belahan vaginanya, gundukannya. Sampai dia mulai terbiasa merasa jilatan di
bagian vaginanya. Aku tidak langsung menjilat itilnya, karena pasti dia tidak
tahan dengan rasa geli yang amat sangat.
Vaginanya makin berlendir, nafasnya
makin memburu sampai dia mulai merintih nikmat. Saat itulah baru aku berani
lidahku menjelajahi itilnya. Tyas sempat berjingkat ketika lidahku menyentuh
bagian pinggir itilnya. Lidahku mulai merasa itilnya mengeras. Clitoris anak di
bawah umur masih belum menonjol, dia berada di bawah lipatan ujung bibir dalam
kemaluan. Lidahku mengeksplor lipatan itu sampai menemukan tonjolan kecil yang
keras. Tyas kembali berjingkat, agak ngilu tapi mulai ada rasa nikmat.
Aku sapu perlahan-lahan itil yang
tersembunyi itu sampai Tyas mengerang tanpa dia sadari. Pinggulnya
terlonjak-lonjak seirama dengan jilatanku, sampai akhirnya dia mencapai
orgasmenya. Mungkin ini adalah orgasmenya yang pertama seumur hidupnya.
Vaginanya berkedut-kedut lama sekali dan badannya ikut berjingkat seirama
dengan gelombang orgasmenya. Sehabis itu dia mengaku badannya
lemas dan pikirannya plong. Dia pun akhirnya mengakui rasanya enak banget. Tyas
memeluk diriku dan dia mencium bibirku erat sekali.
“Pak aku sayang bapak” katanya.
Itulah pengalaman pertamanya di oral,
seterusnya dia sering minta dioral, dan dia sudah mampu mengatasi rasa gelinya
sehingga aku tidak perlu berlama-lama merangsang dirinya sampai dia siap
dijilat itilnya.
Mungkin 3 bulan dia terbiasa dengan
jilatanku, bahkan jika aku menolak menjilatinya dia mulai berani ngambek. Kalau
ngambek dia duduk dipangkuanku sambil bugil dan menggoyang-goyangkan pantatnya
di atas kontolku yang masih lemas. Sampai akhirnya kontolku jadi terangsang.

Setiap kali aku berhubungan dengan
Mbak Har dia memperhatikan dan berkali-kali tanya gimana sih enaknya, apa beda
enaknya di jilat sama vagina dijejali kontol. Mbak Har berusaha meyakinkan dia
bahwa dia belum bisa di entot, karena lubang vaginanya masih kecil. Awalnya dia
percaya, tapi mungkin rasa ingin dan penasaran mendorong dia juga ingin
merasakan disumpel vaginanya sama kontol.
Dia bahkan berkali-kali merengek
ingin mencoba vaginanya diadu dengan kontolku. Selama ini aku berusaha menolak,
karena khawatir akan mencederainya. Namun rengekannya tidak berhenti, sehingga
akhirnya aku menyiapkan pelicin K-Jelly. Aku cuma ingin menempelkan kepala
kontolku di depan lubang vaginanya dan menggeser-gesernya tanpa berusaha
memasukinya. Dengan begitupun kata Tyas dia sudah merasa nikmat.
Tapi namanya permainan yang tidak
tuntas, tentu saja dia ingin mencoba menjejalkan kepala kontolku ke lubang
vaginanya. Aku akhirnya menyerah dan pasrah mengikuti kemauannya. Aku tidur
telentang dan melumasi ujung kontolku banyak dengan jelly dan juga di belahan
vaginanya terutama di sekitar lubang masuknya. Dia ku suruh mengarahkan sendiri
memasukkan kontol ke dalam vaginanya. Sehingga jika dia merasa sakit dia akan
berhenti.

Dia setuju dan mulai melakukan aksi
mengarahkan kepala kontolku ke gerbang vaginanya. Karena licin kepala kontolku
bisa mengarah ke lubang yang dituju, apalagi diarahkan oleh tangan Tyas.
Terlihat lubang vaginanya terkuak mengikuti besarnya kepala kelaminku. Dia
meringis, agak sakit katanya, namun karena penasaran dia memaksa merendahkan
badannya sehingga kepala kontolku masuk sekitar dua centimeter. Terasa tidak
muat dan dia juga merasa sakit akhirnya dia berhenti mencoba.
Seminggu dia tidak merengek memintaku
mencoba memasukkan kontolku ke vaginanya. Tapi itu hanya seminggu karena
setelah itu dia penasaran ingin mencoba lagi. Kali ini percobaannya bisa
melesatkan kepala kontolku memenuhi rongga. Dia tidak berani menekan-nekan
lebih jauh karena katanya perih.

Tiga hari kemudian dia ingin mencoba
lagi dan berhenti sampai kepala kontolku terbenam. Berkali kali di coba di hari
hari berikutnya ya mentoknya di situ-situ juga. Aku tahu bahwa batas itu adalah
batas dimana selaput daranya berada. Proses membenamkan kepala kontol sudah
dapat berjalan lancar, tetapi lebih dari itu dia tidak bisa meneruskan karena
rasa sakitnya.
Meski pun begitu dia tetap penasaran, karena jejalan kepala kontolku ke dalam vaginanya dia rasakan cukup nikmat. Hanya saja lebih dari itu dia tidak tahan rasa pedihnya.
Meski pun begitu dia tetap penasaran, karena jejalan kepala kontolku ke dalam vaginanya dia rasakan cukup nikmat. Hanya saja lebih dari itu dia tidak tahan rasa pedihnya.
Akhirnya yang biasa dia selalu berada
di posisi diatas kini akulah yang menindihnya dan aku minta dia mengarahkan
kepala kontolku yang sudah licin karena lumuran jelly demikian juga lubang vaginanya.

Pada posisi itu kepala kontolku sudah
terbenam di dalam vaginanya dan berhenti di selaput daranya. Ketika kutekan dia
memundurkan pantatnya karena sakit. Kupeluk dia lalu aku cium bibirnya sampai
dia sangat bernafsu, bersamaan dengan itu aku menegangkan kontolku sambil
sedikit menekan, badannya terhentak, tetapi aku tetap mempertahankan posisiku
yang kurasa agak masuk, gerakan yang sama kuulangi lagi sampai terasa didalam
“krek” . Tyas meringis tanda kesakitan tetapi aku tetap mempertahankan posisi sampai
dia terbiasa lubangnya menerima kehadiran batang kontolku.
Setelah terlihat dia tidak merasa
sakit aku tekan perlahan-lahan dan terasa bisa melaju meskipun jepitannya
terasa ketat sekali. Aku sulit menduga sudah sejauh apa kontolku masuk,
sehingga aku meraba sisa batang kontolku, ternyata sudah semua batangku
tenggelam di vaginanya.

Aku agak kurang percaya dan berusaha
menekan lagi, ternyata memang sudah tidak bisa karena sudah mentok. Tyas
mengernyit setiap aku melakukan gerakan, karena lubang vaginanya seperti
dipaksa memuai oleh batang kontolku. Aku mencoba menarik pelan. Dia meringis,
aku tekan lagi , dua tiga kali maju mundur rasanya sudah mulai licin, meskipun
masih mencekam. Kontolku mulai agak lancar maju mundur . Akibat ketatnya lubang
vagina itu, aku pun tidak mampu bertahan lama, karena gelombang orgasme rasanya
makin besar melanda sampai akhirnya aku tembakkan didasar vagina Tyas.
“Anget pak, Bapak pipis di dalam
vagina Tyas ya,” katanya.
Mbak Har yang dari tadi memperhatikan
proses pemerawanan itu langsung mengatakan bahwa itu yang terasa anget adalah
pejuh atau sperma.

Aku biarkan batang kontolku agak lama
di dalam lubang vagina Tyas sampai agak menciut baru aku keluarkan. Ada bercak
merah seperti darah bercampur lelehan air maniku. Namun darahnya tidak terlalu
banyak.
Tyas mengeluh vaginanya terasa perih.
Mbak Har lalu me lap lelehan mani di vagina keponakannya sampai bersih dan
membimbing Tyas ke kamar mandi untuk membersihkan bagian dalamnya. Tyas
berjalan tertatih-tatih. “Pak rasanya masih ada yang ngganjel di dalam
vaginaku,” katanya.
Seminggu dia tidak berani minta
dientot, tapi ya cuma seminggu setelah itu dia minta mencoba lagi. Meski pakai
jelly pada awalnya masih perih, tetapi kocokan berikutnya sudah kurang
perihnya. Tyas berusaha menikmati entotan di sela-sela rasa sakit yang masih ada. Sampai
persetubuhan ke empat setelah diperawani, Tyas baru mampu mencapai orgasme
melalui hubungan kelamin.

Dia akhirnya mengatakan bahwa ngentot
memang enak, meski pada awalnya perih banget. Setelah itu Tyas selalu minta
bagian jika aku bermain dengan budenya.
Meski masih 12 tahun, tetapi vagina
yang sudah berkali-kali diterobos kontol akhirnya tidak terlalu ketat juga
rasanya. Setelah lebih dari 10 kali aku menggauli Tyas, rasanya vaginanya
hampir sama saja dengan vagina budenya. Bedanya budenya servicenya lebih lihai,
sementara Tyas masih cenderung pasif.
Berkat mentor budenya Tyas ketika
menginjak usia 13 tahun dimana dia mulai haid, dia sudah piawai bermain sex.
Teteknya juga sudah makin menggembung, lemak di pantatnya juga semakin besar
dan di pepeknya mulai tumbuh bulu-bulu halus, terutama diujung atas belahan
vaginanya.
Di usia 14 tahun Tyas sudah tumbuh menjadi
gadis yang ayu dengan gelembung susunya yang makin besar dan pantatnya makin
nyembul. Permainannya juga sudah memabokkan diriku. Untuk mencegah kehamilan
dia terpaksa minum pil KB. Aku pun hati-hati melepas sperma di dalam vaginanya.
Tidak kuduga, nafsu Tyas tinggi juga seimbang sama budenya. Jika aku dua hari
berada di Jakarta, setelah kembali ke Jogya aku seperti diperkosa kedua wanita
itu siang malam, mereka menuntut dipuaskan keinginan sex nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar