Aku masih
tinggal dengan mertuaku, karena mertuaku kehilangan suamainya karena penyakit
yang dideritanya, jadi istriku meminta untuk masih tinggal bersama dengan orang
tuanya karena kasihan melihat orangtuanya sedih, tapi yang paling ironis
dirumah hanya aku yang laki laki kesmuanya saudaranya adalah cewek semua.
Awal
September lalu aku tidak berkerja lagi karena mengundurkan diri. Hari-hari
kuhabiskan di rumah bersama anakku, maklumlah ketika aku bekerja jarang sekali
aku dekat dengan anakku tersebut. Hari demi hari kulalui tanpa ada ketakutan
untuk stok kebutuhan bakal akan habis, aku cuek saja bahkan aku semakin terbuai
dengan kemalasanku.
Pagi sekitar
pukul 9 wib, baru aku terbangun dari tidur. Kulihat anak dan istriku tidak ada
disamping, ah… mungkin lagi di beranda cetusku dalam hati. Saat aku mau turun
dari tempat tidur terdengar suara jeritan tangis anakku menuju arah pintu.
seketika itu pula pintu kamar terbuka dengan tergesanya.
Oh… ternyata
dia bersama tantenya Rosa yang tak lain adalah adik iparku, rupanya anakku
tersebut lagi pipis dicelana. Rosa mengganti celana anakku,“Kemana mamanya,
Sa…?” tanyaku.
“Lagi ke
pasar Bang” jawabnya “Emang gak diberi tau, ya?” timpalnya lagi. Aku melihat
Rosa pagi itu agak salah tingkah, sebentar dia melihat kearah bawah selimut dan
kemudian salah memakaikan celana anakku. “Kenapa kamu?” tanyaku heran “hmm Anu
bang…” sambil melihat kembali ke bawah.
“Oh… maaf ya,
Sa?” terkejut aku, rupanya selimut yang kupakai tidur sudah melorot setengah
pahaku tanpa kusadari, aku lagi bugil. Hmmm… tadi malam abis tempur sama sang
istri hingga aku kelelahan dan lupa memakai celana hehehe…. Anehnya, Rosa hanya
tersenyum, bukan tersenyum malu, malah beliau menyindir “Abis tempur ya, Bang.
Mau dong…” Katanya tanpa ragu “Haaa…” Kontan aja aku terkejut mendengar
pernyataan itu.
Malah kini
aku jadi salah tingkah dan berkeringat dingin dan bergegas ke toilet kamarku.
Dua hari setelah mengingat pernyataan Rosa kemarin pagi, aku tidak habis pikir
kenapa dia bisa berkata seperti itu. Setahu aku tuh anak paling sopan tidak
banyak bicara dan jarang bergaul. Ah… masa bodoh lah, kalau ada kesempatan
seperti itu lagi aku tidak akan menyia-nyiakannya.
Gimana gak
aku sia-siakan, Tuh anak mempunyai badan yang sangat seksi, Kulit sawo matang,
rambut lurus panjang. Bukannya sok bangga, dia persis kayak bintang film dan
artis sinetron Titi kamal. Kembali momen yang kutunggu-tunggu datang, ketika
itu rumah kami lagi sepi-sepinya. Istri, anak dan mertuaku pergi arisan ke
tempat keluarga almahrum mertua laki sedangkan iparku satu lagi pas kuliah.
Hanya aku dan
Rosa di rumah. Sewaktu itu aku ke kamar mandi belakang untuk urusan “saluran
air”, aku berpapasan dengan Rosa yang baru selesai mandi. Wow, dia hanya
menggunakan handuk menutupi buah dada dan separuh pahanya.
Dia tersenyum
akupun tersenyum, seperti mengisyaratkan sesuatu. Selagi aku menyalurkan hajat
tiba-tiba pintu kamar mandi ada yang menggedor. “Siapa?” tanyaku “Duhhhh… kan
cuma kita berdua di rumah ini, bang” jawabnya.
“Oh iya, ada
apa, Sa…?” tanyaku lagi “Bang, lampu di kamar aku mati tuh” “Cepatan dong!!”
“Oo… iya, bentar ya” balasku sambil mengkancingkan celana dan bergegas ke kamar
Rosa. Aku membawa kursi plastik untuk pijakan supaya aku dapat meraih lampu
yang dimaksud.
“Sa, kamu
pegangin nih kursi ya?” perintahku “OK, bang” balasnya. “Kok kamu belum pake
baju?” tanyaku heran. “Abisnya agak gelap, bang?” “ooo…!?” Aku berusaha meraih
lampu di atasku. Tiba-tiba saja entah bagaimana kursi plastik yang ku injak
oleng ke arah Rosa.
Dan… braaak
aku jatuh ke ranjang, aku menghimpit Rosa.. “Ou…ou…” apa yang terjadi. Handuk
yang menutupi bagian atas tubuhnya terbuka.
“Maaf, Sa”
“Gak apa-apa bang” Anehnya Rosa tidak segera menutup handuk tersebut aku masih
berada diatas tubuhnya, malahan dia tersenyum kepadaku. Melihat hal seperti
itu, aku yakin dia merespon.
Kontan aja
barangku tegang. Kami saling bertatap muka, entah energi apa mengalir ditubuh
kami, dengan berani kucium bibirnya, Rosa hanya terdiam dan tidak membalas.
“Kok kamu diam?” “Ehmm… malu, Bang” Aku tahu dia belum pernah melakukan hal
ini.
Terus aku
melumat bibirnya yang tipis berbelah itu. Lama-kelamaan ia membalas juga,
hingga bibir kami saling berpagutan. Kulancarkan serangan demi serangan, dengan
bimbinganku Rosa mulai terlihat bisa meladeni gempuranku. payudara miliknya
kini menjadi jajalanku, kujilati, kuhisap malah kupelintir dikit. “Ouhh… sakit,
Bang.
Tapi enak
kok” “Sa… tubuh kamu bagus sekali, sayang… ouhmmm” Sembari aku melanjutkan
kebagian perut, pusar dan kini hampir dekat daerah kemaluannya. Rosa tidak
melarang aku bertindak seperti itu, malah ia semakin gemas menjambak rambutku,
sakit emang, tapi aku diam saja. Sungguh indah dan harum memeknya Rosa, maklum
ia baru saja selesai mandi.

Bulu terawat
dengan potongan tipis. Kini aku menjulurkan lidahku memasuki liang vaginanya,
ku hisap sekuatnya sangkin geramnya aku. “Adauuu…. sakiiit” tentu saja ia
melonjak kesakitan.
“Oh, maaf Sa”
“Jangan
seperti itu dong” merintih ia
“Ayo lanjutin
lagi” pintanya

“Tapi,
giliran aku sekarang yang nyerang” aturnya kemudian Tubuhku kini terlentang
pasrah. Rosa langsung saja menyerang daerah sensitifku, menjilatinya, menghisap
dan mengocok dengan mulutnya.
“Ohhh… Sa,
enak kali sayang, ah…?” kalau yang ini entah ia pelajari dari mana, masa bodo
ahh…!! “Duh, gede amat barang mu, Bang” “Ohhh….”

“Bang, Rosa
sudah tidak tahan, nih… masukin punya mu, ya Bang” “Terserah kamu sayang, abang
juga tidak tahan” Rosa kini mengambil posisi duduk di atas tepat agak ke bawah
perut ku. Ia mulai memegang kemaluanku dan mengarahkannya ke lubang vaginanya.
Semula agak
sulit, tapi setelah ia melumat dan membasahinya kembali baru agak sedikit
gampang masuknya.

“Ouuu…ahhhhh….”
… seluruh kemaluanku amblas di dalam goa kenikmatan milik Rosa. “Awwwh,
Baaaang….. akhhhhh” Rosa mulai memompa dengan menopang dadaku. Tidak hanya
memompa kini ia mulai dengan gerakan maju mundur sambil meremas-remas payu
daranya.

Hal tersebut
menjadi perhatianku, aku tidak mau dia menikmatinya sendiri. Sambil bergoyang
aku mengambil posisi duduk, mukaku sudah menghadap payudaranya.Rosa semakin
histeris setelah kujilati kembali gunung indahnya.

“Akhhhh… aku
sudah tidak tahan, bang. Mau keluar nih. Awwwhhh??” “Jangan dulu Sa, tahan ya
bentar” hanya sekali balik kini aku sudah berada diatas tubuh Rosa genjotan
demi genjotan kulesakkan ke memeknya. Rosa terjerit-jerit kesakitan sambil
menekan pantatku dengan kedua tumit kakinya, seolah kurang dalam lagi
kulesakkan.
“Ampuuuun……
ahhhh… trus, Bang” “Baaang… goyangnya cepatin lagi, ahhhh… dah mau keluar nih”
Rosa tidak hanya merintih tapi kini sudah menarik rambut dan meremas tubuhku.
“Oughhhhh…
abang juga mau keluar, Zzhaa” kugoyang semangkin cepat, cepat dan sangat cepat
hingga jeritku dan jerit Rosa membahana di ruang kamar. Erangan panjang kami
sudah mulai menampakan akhir pertandingan ini. ” ouughhhhh…. ouhhhhhh” “Enak,
Baaaangg….”
“Iya sayang….
ehmmmmmm” kutumpahkan spermaku seluruhnya ke dalam vagina Rosa dan setelah itu
ku sodorkan kontol ke mulutnya, kuminta ia agar membersihkannya.

“mmmmmmuaaachhhhh…”
dikecupnya punyaku setelah dibersihkannya dan itu pertanda permainan ini
berakhir, kamipun tertidur lemas. Kesempatan demi kesempatan kami lakukan, baik
dirumah, kamar mandi, di hotel bahkan ketika sambil menggendongku anakku,
ketika itu di ruang tamu. Dimanapu Rosa siap dan dimanapun aku siap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar