Tiga bulan
kemarin aku pindah rumah kontrakkan yang baru aku beli, rumah yang dulu dan
sekrang hanya berjarak dekat Cuma beda blok dari rumah awalku, selama aku
tinggal di rumah yang baru aku sempat mengenal pembantu rumah tangga namanya
Gina dia juga menjaga toko punya majikannya, jadi setiap aku belanja untuk
keseharianku aku selalu bertemu dengan Gina. Dia seorang gadis desa, kulit
tubuhnya hitam manis namun bodinya seksi untuk ukuran seorang pembantu rumah
tangga di daerah kami tinggal, jadi dia sering digoda oleh para supir dan
pembantu laki-laki, tapi aku yang bisa mencicipi kehangatan tubuhnya.
Inilah yang
kualami dari 3 bulan lalu sampai saat ini. Suatu hari ketika aku mau ambil
laundry di rumah majikan Gina dan kebetulan dia sendiri yang melayaniku. “Gina, bisa
tolong saya cariin pembantu…”
“Untuk di rumah
Bapak…?”
“Untuk di
apartemen saya, nanti saya gaji 1 juta.”
“Wah gede tuh
Pak, yach nanti Gina cariin… kabarnya minggu depan ya Pak.”
“Ok deh,
makasih yah ini uang untuk kamu, jasa cariin pembantu…”
“Wah.. banyak
amat Pak, makasih deh..” Kutinggal Gina setelah kuberi 500 ribu untuk
mencarikan pembantu untuk apartemenku, aku sangat perlu pembantu karena banyak
tamu dan client-ku yang sering datang ke apartemenku dan aku juga tidak pernah
memberitahukan apartemenku pada istriku sendiri, jadi sering kewalahan melayani
tamu-tamuku.
Dua hari
kemudian, mobilku dicegat Gina ketika melintas di depan rumah majikannya. “Malam Pak…” “Gimana,
sudah dapat apa belum temen kamu?”
“Pak, saya aja
deh.. habis gajinya lumayan untuk kirim-kirim ke kampung.”
“Loh, nanti Ibu
Ina, marah kalau kamu ikut saya.”
“Nggak..
apa-apa deh Pak, nanti saya yang bilang sama Ibu.”
“Ya, sudah
kalau ini keputusanmu, besok pagi kamu saya jemput di ujung jalan sini lalu
kita ke apartemen.
“Ok… Pak.”
Keesokan pagi kujemput Gina di ujung jalan dan kuantarkan ke apartemenku.
Begitu sampai Gina terlihat bingung karena istriku tidak mengetahui atas
keberadaan apartemenku. “Tugas saya apa
Pak…?”
“Kamu hanya
jaga apartemen ini, ini kunci kamu pegang satu, saya satu dan ini uang, kamu
belanja dan masak yang enak untuk lusa karena temen-temen saya mau main ke
sini.” “Baik Pak…”
Dengan perasaan agak tenang kutinggalkan Gina, aku senang karena kalau ada tamu
aku tidak akan capai lagi karena sudah ada Gina yang membantuku di apartemen.
Keesokannya
sepulang kantor, aku mampir ke apartemen untuk mengecek persiapan untuk acara
besok, tapi aku jadi agak cemas ketika pintu apartemen kuketuk berkali-kali
tidak ada jawaban dari dalam.
Pikiranku
khawatir atas diri Gina kalau ada apa-apa, tapi ketika kubuka pintu dan aku
masuk ke dalam apartemenku terdengar suara dari kamar mandiku yang pintunya
terbuka sedikit. Kuintip dari sela pintu kamar mandi dan terlihatlah dengan
jelas pemandangan yang membuat diriku terangsang.
Gina sedang
mengguyur badannya yang hitam manis di bawah shower, satu tangannya mengusap
payudaranya dengan busa sabun sedangkan satu kakinya diangkat ke closet dimana
tangan satunya sedang membersihkan selangkangannya dengan sabun.
Pemandangan
yang luar biasa indah membuat nafsu birahiku meningkat dan kuintip lagi, kali
ini Gina menghadap ke arah pintu dimana tangannya sedang meremas-remas
payudaranya yang ranum terbungkus kulit sawo matang dan putingnya sesekali
dipijatnya, sedangkan bulu-bulu halus menutupi liang vaginanya diusap oleh
tangannya yang lain, hal ini membuat dia merem-melek.
Pemandangan
seorang gadis kira-kira 19 tahun dengan lekuk tubuh yang montok nan seksi,
payudara yang ranum dihiasi puting coklat dan liang vagina yang menonjol
ditutupi bulu halus sedang dibasahi air dan sabun membuat nafsu birahi makin
meningkat dan tentu saja batangku mulai mendesak dari balik celana kantorku.
Melihat nafsuku
mulai berontak dengan cepat kutanggalkan seluruh pakaian kerjaku di atas sofa,
dengan perlahan kubuka pintu kamar mandiku, Gina yang sudah kembali
membelakangiku, perlahan kudekati Gina yang membasuh sabun di bawah shower.
Secara
tiba-tiba tubuhnya kupeluk dan kuciumi leher dan punggungnya.
Gina yang
terkaget-kaget berusaha melepaskan tanganku dari tubuhnya.
“Akh.. jangan
Pak.. jangan.. tolong Pak…” Karena tenaganya lemah sementara aku yang makin
bernafsu, akhirnya Gina melemaskan tenaganya sendiri karena kalah tenaga
dariku.

Bibir tebal dan
merekah sudah kulumatkan dengan bibirku, tanganku yang satu membekap tubuhnya
sambil menggerayangi payudaranya, sedangkan tanganku yang satunya telah
mendarat di pangkal pahanya, vaginanya pun sudah kuremas. “Ahhh.. ahhh.. jja.
jjangan.. Pak…”
“Tenang
sayang.. nanti juga enak…”
Aku yang sudah
makin buas menggerayangi tubuhnya bertubi-tubi membuat Gina mengalah dan Gina
pun membalas dengan memasukkan lidahnya ke mulutku sehingga lidah kami
bertautan, Gina pun mulai menggelinjang di saat jariku kumasukan ke liang
vaginanya.
“Arghh.. arghh…
enak.. Pak.. argh…” Tubuh Gina kubalik ke arahku dan kutempelkan pada dinding
di bawah shower yang membasahi tubuh kami.
Setelah mulut
dan lehernya, dengan makin ke bawah kujilati akhirnya payudaranya kutemukan
juga, langsung kuhisap kukenyot, putingnya kugigit. Payudaranya
kenyal sekali seperti busa. Gina makin menggelinjang karena tanganku masih
merambah liang vaginanya.
“Argh.. akkkhh…
akhh… terus.. Pak… enak… terus…” Aku pun mulai turun ke bawah setelah payudara,
aku menjilati seluruh tubuhnya, badan, perut dan sampailah ke selangkangannya
dimana aku sudah jongkok sehingga bulu halus yang menutupi vaginanya persis di
hadapanku, bau harum tercium dari vaginanya. Aku pun kagum
karena Gina merawat vaginanya sebaik-baiknya. Bulu halus yang menutupi
vaginanya kubersihkan dan kumulai menjilati liang vaginanya.

“Ssshh.. sshh..
argh.. aghh… aw… sshhh.. trus… Pak.. sshh… aakkkhh…” Aku makin kagum pada Gina
yang telah merawat vaginanya karena selain bau harum, vagina Gina yang masih
perawan karena liangnya masih rapat, rasanya pun sangat menyegarkan dan manis
rasa vagina Gina.
Jariku mulai
kucoba dengan sesekali masuk liang vagina Gina diselingi oleh lidahku. Rasa
manis vagina Gina yang tiada habisnya membuatku makin menusukkan lidahku makin
ke dalam sehingga menyentuh klitorisnya yang dari sana rasa manis itu berasal.
Gina pun makin
menggelinjang dan meronta-ronta keenakan tapi tangannya malah menekan kepalaku
supaya tidak melepaskan lidahku dari vaginanya.
“Auwwwhhh…
aahhh… terus.. sedappp… Pakkkh…”
“Vaginamu sedap
sekali… kalau begini… setiap malam aku pingin begini terus…”

“Mmm.. yah..
Pak.. terus.. Pak… oohhh…”
Gina makin
menjerit keenakan dan menggelinjang karena lidahku kupelintir ke dalam vaginanya
untuk menyedot klitorisnya.
Setelah hampir
30 menit vagina Gina kusedot-sedot, keluarlah cairan putih kental dan manis
serta menyegarkan membanjiri vagina Gina, dan dengan cepat kujilat habis cairan
itu yang rasanya sangat sedap dan menyegarkan badan. “Ooohhh… ough…
arghhh… sshh.. Pak, Gina… keluar.. nihhh… aahhh… sshh…”/ “Ginn…
cairanmu… mmmhh… sedap.. sayang… boleh.. saya masukin sekarang… batang saya ke
vagina kamu? mmhh.. gimana sayang…” “Hmmm… boleh
Pak.. asal.. Ibu nggak tahu…” Gina pun lemas tak berdaya setelah cairan yang
keluar dari vaginanya banyak sekali tapi dia seakan siap untuk dimasuki
vaginanya oleh batangku karena dia menyender dinding kamar mandi tapi kakinya
direnggangkan.

Aku pun
langsung mendempetnya dan mengatur posisi batangku pada liang vaginanya.
Setelah batangku tepat di liang vaginanya yang hangat, dengan jariku kubuka
vaginanya dan mencoba menekan batangku untuk masuk vaginanya yang masih rapat.
“Ohhh… Gina..
vaginamu rapat sekali, hangat deh rasanya… saya jadi makin suka nih…” “Mmmmhh…
mhhh.. Pak.. perih.. Pak… sakit…”
“Sabar..
sayang.. nanti juga enak kok, sabar ya…” Berulang kali kucoba menekan batangku
memasuki vagina Gina yang masih perawan dan Gina pun hanya menjerit kesakitan,
setelah hampir 15 kali aku tekan keluar-masuk batangku akhirnya masuk juga ke
dalam vagina Gina walaupun hanya masuk setengahnya saja.

Tapi rasa
hangat dari dalam vagina Gina sangat mengasyikan dimana belum pernah aku
merasakan vagina yang hangat melebihi kehangatan vagina Gina membuatku makin cepat
saja menggoyangkan batangku maju-mundur di dalam vagina Gina.
“Ginn, vaginamu
hangat sekali, batangku rasanya di-steam-up sama vaginamu…” “Iya.. Pak,
tapi masih perih Pak…”
“Sabar ya
sayang…” Kukecup bibirnya untuk menahan rasa perih vagina Gina yang masih rapat
alias perawan sedang dimasuki batangku yang besarnya 29 cm dan berdiameter 5
cm, wajar saja kalau Gina menjerit kesakitan.
Payudaranya pun
sudah menjadi bulan-bulanan mulutku, kujilat, kukenyot, kusedot dan kugigit
putingnya.

“Ahh.. ahhh..
aah.. aww… Pak… iya Pak.. enak deh.. rasanya ada yang nyundul ke dalam vagina
Gina.. aahh…” Gina yang sudah merasakan kenikmatan ikut juga menggoyangkan
pinggulnya maju-mundur mengikuti iramaku. Hal ini
membuatku merasa menemukan kenikmatan tiada tara dan membuat makin masuk lagi
batangku ke dalam vaginanya yang sudah makin melebar. Kutekan batangku
berkali-kali hingga rasanya menembus hingga ke perutnya dimana Gina hanya bisa
memejamkan mata saja menahan hujaman batangku berkali-kali.

Air pancuran
masih membasahi tubuh kami membuatku makin giat menekan batangku lebih ke dalam
lagi. Muka Gina yang basah oleh air shower membuat tubuh hitam manis itu makin
mengkilat sehingga membuat nafsuku bertambah yaitu dengan menciumi pipinya dan
bibirnya yang merekah.
Lidahku
kumasukan dalam mulutnya dan membuat lidah kami bertautan, Gina pun membalas
dengan menyedot lidahku membuat kami makin bernafsu. “Mmmhh… mmmhhh…
Pak.. batangnya nikmat sekali, Gina jadi.. mmauu… tiap malam seperti ini..
aaakh… aakkhh.. Paaakkhh.. Gina keeluuaarrr.. nniihh…”
Akhirnya bobol
juga pertahanan Gina setelah hampir satu jam dia menahan seranganku dimana dari
dalam vaginanya mengeluarkan cairan kental yang membasahi batangku yang masih
terbenam di dalam vaginanya.
Tapi rupanya
selain cairan, ada darah segar yang menetes dari vaginanya dan membasahi
pahanya dan terus mengalir terbawa air shower sampai ke lantai kamar mandi dan
lemaslah tubuhnya, dengan cepat kutahan tubuhnya supaya tidak jatuh.
Sementara aku
yang masih segar bugar dan bersemangat tanpa melihat keadaan Gina, dimana
batangku yang masih tertancap di vaginanya. Kuputar tubuhnya sehingga posisinya
doggy style, tangannya kutuntun untuk meraih kran shower, sekarang kusodok dari
belakang.

Pantatnya yang
padat dan kenyal bergoyang-goyang mengikuti irama batangku yang keluar-masuk
vaginanya dari belakang. Vagina Gina makin terasa hangat setelah mengeluarkan
cairan kental dan membuat batangku terasa lebih diperas-peras dalam vaginanya.
Hal itu
membuatku merasakan nikmat yang sangat sehingga aku pun memejamkan mata dan
melenguh.
“Ohhh… ohhh..
Yar.. vaginamu sedap sekali, baru kali ini aku merasakan nikmat yang sangat
luar biasa… aakkh.. aakkhh… sshhh…”
Gina tidak
memberi komentar apa-apa karena tubuhnya hanya bertahan saja menerima sodokan
batangku ke vaginanya, dia hanya memegangi kran saja.
Satu jam
kemudian meledaklah pertahanan Gina untuk kedua kalinya dimana dia mengerang,
tubuhnya pun makin merosot ke bawah dan cairan kental dengan derasnya membasahi
batangku yang masih terbenam di vaginanya.

“Akhhh… aakkhh…
Pak… Pakkhh… nikmattthhh…” Setelah tubuhnya mengelepar dan selang 15 menit
kemudian gantian tubuhku yang mengejang dan meledaklah cairan kental dari
batangku dan membasahi liang vagina Gina dan muncrat ke rahim Gina, yang
disusul dengan lemasnya tubuhku ke arah Gina yang hanya berpegang pada kran
sehingga kami terpeleset dan hampir jatuh di bawah shower kamar mandi.

Batangku yang
sudah lepas dari vagina Gina dan masih menetes cairan dari batangku, dengan
sisa tenaga kugendong tubuh Gina dan kami keluar dari kamar mandi menuju kamar
tidur dan langsung ambruk ke tempat tidurku secara bersamaan.
Aku terbangun
sekitar jam 10.30 malam, itupun karena batangku sedang dikecup oleh Gina yang
sedang membersihkan sisa-sisa cairan yang masih melekat pada batangku, Gina
layak anak kecil menjilati es loli.

Aku usap
kepalanya dengan lembut. Setelah agak kering Gina bergeser sehingga muka kami
berhadapan. Dia pun menciumi pipi dan bibirku.
“Pak.. Gina
puas deh… batang Bapak nikmat sekali pada saat menyodok-nyodok vagina Gina,
Gina jadi kepingin tiap hari deh, apalagi di saat air hangat mengalir deras di
rahim Gina… kalau Bapak gimana? Puas nggak.. sama Gina…?”
“Gin.. Bapak
pun puas sekali.. Bapak senang bisa ngebongkar vagina Gina yang masih rapat..
terus terang… baru kali ini Bapak puas sekali bermain, sejak dulu sama istriku
aku belum pernah puas seperti sekarang… makanya saya mau Gina siap kalau saya
datang dan siap jadi istri kedua saya… gimana..?” “Saya mah
terserah Bapak aja.”
“Sekarang saya
pulang dulu yach. Gina… besok aku
ke sini lagi…”
“Oke… Pak..
janji yach… vagina Gina maunya tiap hari nich disodok punya Bapak…” “Oke.. sayang…”
Kukecup pipi dan bibir Gina, aku mandi dan setelah itu kutinggal dia di
apartemenku.
Sejak itu
setiap sore aku pasti pulang ke tempat Gina terlebih dahulu baru ke istriku,
sering juga aku beralasan pergi bisnis keluar kota pada istriku, padahal aku
menikmati tubuh Gina pembantuku yang juga istri keduaku, hal ini sudah
kunikmati dari tiga bulan yang lalu dan aku tidak tahu akan berakhir sampai
kapan, tapi aku lebih senang kalau pulang ke pangkuan Gina. Ohhhh.. Gina,
pembantuku? Istri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar