Sekarang yang
profesiku sebagai rumah tangga dulunya aku pernah kerja kantoran tapi aku
disuruh suamiku untuk dirumah menjaga anak, umurku sekarang 26 tahun dengan
fisikku yang sekal tetapi cukup seksi dengan pinggang yang serasi dengan bentuk
pantatku, suamiku agak aneh dia pernah bicara denganku untuk melakukan seks
dengan tiga orang. Biasanya, sebelum bercinta, dia selalu mengawalinya dengan
fantasinya. Fantasi yang paling merangsang bagi suamiku, adalah membayangkan
aku melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain dengan kehadiran suamiku. Sekedar
informasi, aku memang mempunyai gairah seks yang sangat tinggi, sementara di
sisi lain, suamiku biasanya cuma sanggup ejakulasi satu kali, belum lagi ukuran
penisnya yang pas-pasan. Setelah ejakulasi, meskipun sekitar satu jam kemudian
penisnya bisa ereksi lagi, umumnya dia merasa lelah dan tidak bergairah,
mungkin akibat beban pekerjaan yang cukup berat.
Karenanya,
biasanya ketika aku minta agar bisa mencapai orgasme berikutnya, paling banter
dia melakukannya dengan tangan, atau membantu bermasturbasi dengan dildo.
Walaupun demikian selama ini aku berusaha untuk bisa merasa puas dengan cara
tersebut.
Setelah
sekian lama dia mempunyai fantasi tersebut, suatu hari dia bertanya bahwa
apakah aku mau merealisasikan fantasi tersebut. Pada awalnya aku kira dia cuma
bercanda. Namun dia selalu mendesakku untuk melakukan itu, aku bertanya apakah
dia serius.
Dia jawab,
“Ya aku serius!” Terus aku tanya lagi bahwa apakah nanti dia masih akan tetap
sayang sama aku, dia jawab “Ya! aku akan tetap menyayangimu sepenuh hati, sama
seperti sekarang.” Kemudian dia berkata, bahwa motivasi utamanya adalah untuk
membuatku bahagia dan mencapai kepuasan setinggi-tingginya. Karena dengan
melihat wajahku ketika mencapai orgasme, selain sangat merangsang juga
memberikan kepuasan tersendiri bagi dirinya.
Di lain
keadaan hal ini membawa dampak juga terhadap diriku. Secara terus terang aku
pun terkadang merasa kurang mendapat kepuasan dalam hubungan suami istri.
Kuakui selama ini aku juga sering mengalami gejolak birahi yang tiba-tiba
muncul, terutama di pagi hari apabila malamnya kami melakukan hubungan intim
dan suamiku tidak dapat melakukannya secara sempurna.
Oleh karena
itu suamiku membeli sebuah alat vibrator. Suamiku mengatakan alat itu mungkin
secara tidak langsung dapat membantu kami untuk mendapatkan kepuasan dalam
hubungan suami istri. Pada mulanya aku memakai alat itu sebagai simulator
sebelum kami berhubungan badan.
Akan tetapi
lama kelamaan secara diam-diam aku sering pergunakan alat tersebut sendirian di
pagi hari untuk menyalurkan hasrat kewanitaanku yang aku rasakan semakin
meluap-luap.
Rupanya
fantasi seksual suamiku tersebut bukan hanya merupakan sekadar fantasi saja
akan tetapi dia sangat bersikeras untuk dapat mewujudkannya menjadi suatu kenyataan.
Selama ini suamiku terus membujukku agar aku mau membantunya dalam melaksanakan
fantasinya. Apabila aku menolaknya atau tidak mau membicarakan hal tersebut.
Gairah
seks-nya pun semakin bertambah turun. Aku berpikir bahwa aku harus membantu
suamiku walaupun merasa tidak enak. Oleh karena itu aku mengalah dan berjanji
akan membantunya sepanjang aku dapat melakukannya dan kutegaskan kepada suamiku
bahwa aku mau melakukan hal itu hanya untuk sekali ini saja.
“Aku telah
mengundang Iyan untuk makan malam di sini malam ini,” kata suamiku di suatu
hari Sabtu. Aku agak terkesiap mendengar kata-kata suamiku itu. Aku berfirasat
bahwa suamiku akan memintaku untuk mewujudkan niatnya bersama dia, karena Iyan
adalah salah seorang yang sering disebut-sebut oleh suamiku sebagai salah satu
orang yang katanya cocok untuk diriku dalam melaksanakan fantasi seksual-nya.
Memang selama
ini sudah ada beberapa nama kawan-kawan suamiku maupun kenalanku sendiri yang
disodorkan kepadaku yang dianggap cocok untuk melakukan hubungan seks denganku,
salah seorangnya adalah Iyan. Akan tetapi sejauh ini aku masih belum menanggapi
secara serius tawaran dari suamiku tersebut dan juga kebetulan kami tidak
mempunyai kesempatan yang baik untuk itu.
Iyan adalah
salah seorang mantanku semasa SMA dan suamiku pun kenal baik dengan dia. Secara
terus terang memang kuakui juga penampilan Iyan tidak mengecewakan. Bentuk
tubuhnya pun lebih kekar dan atletis dari tubuh suamiku.
Walaupun Iyan
adalah mantanku tetapi selama kami berpacaran dulu Iyan sama sekali tidak
pernah menyentuhku, memang dulu kami tidak memiliki waktu luang untuk pacaran
karena kami pacaran ketika menjelang EBTANAS, dan setelah itu sibuk masing
masing untuk persiapan masuk universitas, kemudian putus.
Ketika Iyan
datang, aku sedang merapikan wajahku dan memilih gaun yang agak seksi
sebagaimana anjuran suamiku agar aku terlihat menarik. Dari cermin rias di
kamar tidurku, kudapati gaun yang kukenakan terlihat agak ketat melekat di
tubuhku sehingga bentuk lekukan tubuhku terlihat dengan jelas.
Buah dadaku
kelihatan menonjol membentuk dua buah bukit daging yang indah. Sambil
mematut-matutkan diri di muka cermin akhirnya aku jadi agak tertarik juga memperhatikan
penampilan keseluruhan bentuk tubuhku.
Kudapati
bentuk keseluruhan tubuhku masih tetap ramping dan seimbang. Buah dadaku yang
subur juga kelihatan masih sangat kenyal dan berisi. Demikian pula bentuk
pantatku kelihatan agak menonjol penuh dengan daging yang lembut namun terasa
kenyal.
Ditambah lagi
kulitku yang memang putih bersih tanpa adanya cacat keriput di sana-sini
membuat bentuk keseluruhan tubuhnya menjadi sangat sempurna.
Melihat
penampilan keseluruhan bentuk tubuhku itu secara terus terang timbul naluri
kewanitaanku bahwa aku bangga akan bentuk tubuhku. Oleh sebab itu aku berpikir
pantas saja suamiku mempunyai imajinasi yang sedemikian terhadap laki-laki yang
memandang tubuhku karena bentuk tubuhku ini memang menggiurkan selera kaum pria.
Setelah makan
malam suamiku dan Iyan duduk mengobrol di taman belakang rumahku dengan santai
sambil menghabiskan beberapa kaleng bir.
Tidak berapa
lama aku pun ikut duduk minum bersama mereka. Malam itu benar-benar hanya
tinggal kami bertiga saja di rumah. Kedua pembantuku yang biasa menginap, tadi
siang telah kuberikan istirahat untuk pulang ke rumah masing-masing. Ketika
hari telah menjelang larut malam dan udara mulai terasa dingin tiba-tiba
suamiku berbisik kepadaku. “Aku telah bicara dengan Iyan mengenai rencana kita.
Dia setuju dan malam ini dia akan menginap di sini. Tapi walaupun demikian kau
tidak perlu memaksakan diri untuk melakukan hubungan seks dengannya apabila
memang suasana hatimu memang belum berkenan, kuserahkan keputusan itu
sepenuhnya kepadamu!” bisik suamiku selanjutnya.
Mendengar
bisikan suamiku itu aku diam saja. Aku tidak menunjukkan sikap yang menolak
atau menerima. Aku merasa sudah berputus asa bahkan aku merasa benar-benar
nekat menantang kemauan suamiku itu. Aku mau lihat bagaimana reaksinya nanti
bila aku benar-benar bersetubuh dengan laki-laki lain. Apakah dia nanti tidak
akan menyesal bahwa istrinya telah dinikmati orang lain? Atau setidak-tidaknya
seluruh bagian tubuh istrinya yang sangat rahasia telah dilihat dan dinikmati oleh
laki-laki lain.
Tidak berapa
lama kemudian aku masuk ke kamar dan siap untuk pergi tidur. Secara
demonstratif aku memakai baju tidur nylon yang tipis tanpa BH sehingga buah
dadaku terlihat membayang di balik baju tidur itu. Ketika aku keluar kamar,
baik suamiku maupun Iyan agak terhenyak untuk beberapa saat.

Akan tetapi
mereka segera dapat menguasai dirinya kembali dan suamiku langsung berkata
kepadaku, “Ayo..!” kata suamiku dengan wajah yang berseri-seri dan semangat
yang tinggi suamiku mengajak kami segera masuk ke kamar tidur.
Setelah lama
terdiam akhirnya suamiku mengambil inisiatif dengan mulai menyentuh dan
melingkarkan tangan di dadaku dan menyentuh payudaraku dari luar daster.
Mendapat tindakan demikian Iyan mulai mengelus-elus pahaku yang telah terbuka,
karena dasterku telah terangkat ke atas.
Dengan
berpura-pura tenang aku segera merebahkan diri bertelungkup di atas tempat
tidur. Sebenarnya aku tetap masih merasa risih tubuhku dijamah oleh seorang
laki-laki lain apalagi aku dalam keadaan hanya memakai sehelai baju tidur nylon
yang tipis dan tanpa BH. Akan tetapi kupikir aku harus berusaha tetap tenang
agar keinginan suamiku dapat terwujud dengan baik.
Kemudian Iyan
menarik tanganku dan meletakkannya di atas pangkuannya. Sementara itu bibirnya
mulai menyusur leher dan belakang telingaku (bagian yang paling sensitif
bagiku). Setelah itu suamiku berbisik di telingaku, inilah saat untuk
merealisasikan fantasi kita. Sekarang Iyan mulai mengambil alih permainan
selanjutnya.

Aku langsung
ditariknya, pelukannya dan tangannya yang satu langsung mendekap payudaraku
yang sebelah kanan, sedangkan tangannya yang satu mengelus-elus punggungku
sambil mulutnya melumat bibirku dengan gemas. Tangan Iyan yang berada di
payudaraku disisipkan pada belahan daster yang terbuka dan mulai memelintir
dengan halus ujung putingku yang telah mengeras.
Iyan
mendorongku perlahan-lahan sehingga berbaring di ranjang. Jemarinya mulai
meremas-remas payudaraku dan memilin-milin putingnya. Saat itu separuh tubuhku
masih belum total terhanyut tetapi ternyata Iyan jagoan juga dan dalam waktu
mungkin kurang dari 10 menit aku mulai mengeluarkan suara mendesis yang tak
bisa kutahan.
Kulihat dia
tersenyum. Dan menghentikan aktivitasnya. Kini Iyan berusaha membuka baju
tidurku belum selesai berpikir beberapa saat kemudian aku merasakan tarikan
lembut di pahaku dan merasakan hawa dingin AC di kulit pahaku yang berarti
celana dalamku telah dilepas. Iyan menelanjangi diriku dengan seenaknya sampai
aku benar-benar dalam keadaan bertelanjang bulat tanpa ada lagi sehelai benang
pun yang menutupi tubuhku.
Aku hanya
dapat memejamkan mata dan pasrah saja menahan perasaan malu bercampur gejolak
dalam diriku ketika tubuhku ditelanjangi di hadapan suamiku sendiri. Kemudian
dia menelentangi tubuhku dan menatap dengan penuh selera tubuhku yang telah
berpolos bugil sepuas-puasnya.
Aku
benar-benar tidak dapat melukiskan betapa perasaanku saat itu. Seumur hidupku,
aku belum pernah bertelanjang bulat di hadapan laki-laki lain apalagi dalam
situasi seperti sekarang ini. Aku merasa sudah tidak ada lagi rahasia tubuhku
yang tidak diketahui Iyan.
Secara
reflek, dalam keadaan terangsang, aku mengusap-usap kemaluan Iyan yang telah
tegang dari luar celananya. Bagian bawah celana Iyan terlihat menggembung
besar. Aku mengira-ngira betapa besar kemaluan Iyan ini. Kemudian Iyan
menarik tanganku ke arah resluiting celananya yang telah terbuka dan
menyusupkan tanganku memegang kemaluan Iyan yang telah tegang itu. Aku langsung
tersentak ketika terpegang senjata Iyan yang tampaknya besar itu.

Suamiku
kelihatan benar-benar menikmati adegan tersebut. Tanpa berkedip dia menyaksikan
bagaimana tubuh istrinya digarap dan dinikmati habis-habisan oleh laki-laki
lain. Sebagai seorang wanita normal keadaan ini mau tidak mau akhirnya
membuatku terbenam juga dalam suatu arus birahi yang hebat. Jilatan-jilatan
Iyan di bagian tubuhku yang sensitif membuatku bergelinjang dengan dahsyat
menahan arus birahi yang belum pernah kurasakan selama ini. Setelah beberapa
saat mengelusnya, kemudian Iyan berdiri di hadapanku dan membuka celananya
sehingga kemaluannya tiba-tiba melonjak keluar, seakan-akan baru bebas dari
kungkungan dan sekarang dengan jelas terlihat.
Kini Iyan
berada dalam keadaan bertelanjang bulat. Sehingga aku dapat menyaksikan ukuran
alat kejantanan Iyan yang telah menjadi tegang ternyata memang jauh lebih besar
dan lebih panjang dari ukuran alat kejantanan suamiku yang mungkin cuma
setengahnya. Bentuknya pun agak berlainan.
Aku sangat
terkejut melihat kemaluan Iyan yang sangat besar dan panjang itu. Kemaluan yang
sebesar itu yang sepertinya hanya ada di film-film BF saja. Batang penisnya
kurang lebih berdiameter 5 cm dikelilingi oleh urat-urat yang melingkar dan
pada ujung kepalanya yang sangat besar, panjangnya mungkin kurang lebih 18 cm,
pada bagian pangkalnya ditumbuhi dengan rambut keriting yang lebat.
Kulitnya agak
tebal, terus ada urat besar di sisi kiri dan kanan yang terlihat seperti ada
cacing di dalam kulitnya. Kepala batangnya tampak kompak (ini istilahku!),
penuh dan agak berkerut-kerut. Garis lubangnya tampak seperti luka irisan di
kepala kemaluannya. Kemudian dia menyodorkan alat kejantanannya tersebut ke
hadapan wajahku.

Sesaat aku
menoleh ke arah suamiku, aku tidak menduga akan menghadapi penis yang sebesar
itu. Aku mulanya juga agak ragu-ragu, tapi untuk menghentikan ini, kelihatannya
sudah kepalang, karena tidak enak hati pada Iyan yang telah bersedia memenuhi
keinginan kami itu.
Secara reflek
aku segera menggenggam alat kejantanannya dan terasa hangat dalam telapak
tanganku. Aku memegangnya perlahan, terasa ada sedikit kedutan terutama di
bagian uratnya. Lingkaran genggamanku tampak tak tersisa memenuhi lingkaran
batangnya. Aku tidak pernah membayangkan selama ini bahwa aku akan pernah
memegang alat kejantanan seorang laki-laki lain di hadapan suamiku.
Dengan penuh
keragu-raguan aku melirik kepada suamiku. Kulihat dia semakin bertambah asyik
menikmati bagian dari adegan itu tanpa memikirkan perasaanku sebagai istrinya
yang sedang digarap habis-habisan oleh seorang laki-laki lain, yang juga
merupakan bekas pacarku.
Dalam hatiku
tiba-tiba muncul perasaan geram terhadap suamiku, sehingga dengan demonstratif
kuraih alat kejantanan Iyan itu ke dalam mulutku menjilati seluruh permukaannya
dengan lidahku kemudian kukulum dan hisap sehebat-hebatnya.

Aku merasa
sudah kepalang basah maka aku akan nikmati alat kejantanan itu dengan
sepuas-puasnya sebagaimana kehendak suamiku. Kuluman dan hisapanku itu membuat
alat kejantanan Iyan yang memang telah berukuran besar menjadi bertambah besar
lagi.

Di lain
keadaan dari alat kejantanan Iyan yang sedang mengembang keras dalam mulutku
kurasakan ada semacam aroma yang khas yang belum pernah kurasakan selama ini.
Aroma itu menimbulkan suatu rasa sensasional dalam diriku dan liang
kewanitaanku mulai terasa menjadi liar hingga secara tidak sadar membuatku
bertambah gemas dan semakin menjadi-jadi menghisap alat kejantanan itu lebih
hebat lagi secara bertubi-tubi.

Kuluman dan
hisapanku yang bertubi-tubi itu rupanya membuat Iyan tidak tahan lagi. Dengan
keras dia menghentakkan tubuhku dalam posisi telentang di atas tempat tidur.
Aku pun kini semakin nekat dan pasrah untuk melayaninya.
Aku segera
membuka kedua belah pahaku lebar-lebar. “Yan…” aku bahkan tidak tahu
memanggilnya untuk apa. Sambil berlutut mendekatkan tubuhnya di antara pahaku,
Iyan berbisik, “Ssttt… kamu diam saja, nikmati saja!” katanya sambil dengan
kedua tangannya membuka pahaku sehingga selangkanganku terkuak tepat menghadap
pinggulnya karena ranjangnya tidak terlalu tinggi.
Itu juga
berarti bahwa sekian saat lagi akan ada sesuatu yang akan menempel di permukaan
kemaluanku. Benar saja, aku merasakan sebuah benda tumpul menempel tepat di
permukaan kemaluanku.
Tidak
langsung diselipkan di ujung lubangnya, tetapi hanya digesek-gesekkan di
seluruh permukaan bibirnya, membuat bibir-bibir kemaluanku terasa
monyong-monyong kesana kemari mengikuti arah gerakan kepala kemaluannya. Tetapi
pengaruh yang lebih besar ialah aku merasakan rasa nikmat yang benar-benar
bergerak cepat di sekujur tubuhku dimulai dari titik gesekan itu.
Beberapa saat Iyan melakukan itu, cukup untuk membuat tanganku
meraih tangannya dan pahaku terangkat menjepit pinggulnya. Aku benar-benar
menanti puncak permainannya. Iyan menghentikan aktivitasnya itu dan menempelkan
kepala kemaluannya tepat di antara bibir kemaluanku dan terasa bagiku tepat di
ambang lubang kemaluanku.
Aku benar-benar menanti tusukannya. Oh.. God… please! Tidak ada siksaan yang lebih membuat wanita menderita selain dalam kondisiku itu. Sesaat aku lupa kalau aku sudah bersuami, yang aku lihat cuma Iyan dan barangnya yang besar panjang.
Ada rasa takut, ada
pula rasa ingin cepat merasakan bagaimana rasanya dicoblos barang yang lebih
besar, lebih panjang, “Ooouugghhh,” tak sabar aku menunggunya.
Tiba-tiba aku
merasakan sepasang jemari membuka ke kiri dan ke kanan bibir-bibir kemaluanku.
Dan yang dahsyat lagi aku merasakan sebuah benda tumpul dari daging mendesak di
tengah-tengah bentangan bibir itu.
Aku mulai sedikit panik
karena tidak mengira akan sejauh ini tetapi tentu saja aku tidak bisa berbuat
apa-apa karena aku sendiri yang memulainya tadi dan juga aku sangat
mengaguminya.Perlahan-lahan Iyan mulai memasukkan penisnya ke vaginaku.

Aku berusaha
membantu dengan membuka bibir vaginaku lebar-lebar. Kelihatannya sangat sulit
untuk penis sebesar itu masuk ke dalam lubang vaginaku yang kecil. Tangan Iyan
yang satu memegang pinggulku sambil menariknya ke atas, sehingga pantatku agak
terangkat dari tempat tidur, sedangkan tangannya yang satu memegang batang
penisnya yang diarahkan masuk ke dalam vagina.
Pada saat Iyan
mulai menekan penisnya, aku menjerit tertahan, “Aduuhh… sakiiitt… Yann…,
pelan-pelan… doong.” Iyan agak menghentikan kegiatannya sebentar untuk
memberiku kesempatan untuk mengambil nafas, kemudian Iyan melanjutkan kembali
usahanya untuk memasukkan penisnya. Sementara itu batang kemaluan Iyan mulai
mendesak masuk dengan mantap.

Sedikit demi
sedikit aku merasakan terisinya ruangan dalam liang kemaluanku. Aku benar-benar
tergial ketika merasakan kepala kemaluannya mulai melalui liang kemaluanku,
diikuti oleh gesekan dari urat-urat batangnya setelahnya. Aku hanya mengangkang
merasakan desakan pinggul Iyan sambil membuka pahaku lebih lebar lagi.
Aku mulai merasakan
perasaan penuh di kemaluanku dan semakin penuh seiring dengan semakin dalamnya
batang itu masuk ke dalam liangnya. Sedikit suara lenguhan kudengarkan dari
Iyan ketika seluruh batang itu amblas masuk.
Aku sendiri tidak
mengira batang sebesar dan sepanjang tadi bisa masuk seluruhnya. Rasanya
seperti terganjal dan untuk menggerakkan kaki saja rasanya agak susah. Sesaat
keherananku yang sama muncul ketika melihat film biru di mana adegannya seorang
cewek berada di atas cowoknya dan bisa bergerak naik-turun dengan cepat.
Padahal ketika
seluruh batang kemaluannya yang besar itu masuk, bergerak sedikit saja terasa
aneh bagiku. Sedikit demi sedikit aku mulai merasa nyaman.

Saat itu seluruh
batang kemaluan Iyan telah amblas masuk seluruhnya di dalam liang kemaluanku.
Tanpa sengaja aku terkejang seperti menahan kencing sehingga akibatnya seperti
meremas batang kemaluan Iyan.
Aku agak terlonjak
sejenak ketika merasakan alat kejantanan Iyan itu menerobos ke dalam liang
kemaluanku dan menyentuh leher rahimku. Aku terlonjak bukan karena alat
kejantanan itu merupakan alat kejantanan dari seorang laki-laki lain yang
pertama yang kurasakan memasuki tubuhku selain alat kejantanan suamiku, akan
tetapi lebih disebabkan aku merasakan alat kejantanan Iyan memang terasa lebih
istimewa daripada alat kejantanan suamiku, baik dalam ukuran maupun
ketegangannya.
Selama hidupku
memang aku tidak pernah melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain selain
suamiku sendiri dan keadaan ini membuatku berpikiran lain. Aku tidak menyangka
ukuran alat kejantanan seorang laki-laki sangat berpengaruh sekali terhadap
kenikmatan seks seorang wanita.
Oleh karena itu
secara refleks aku mengangkat kedua belah pahaku tinggi-tinggi dan menjepit
pinggang Iyan erat-erat untuk selanjutnya aku mulai mengoyang-goyangkan
pinggulku mengikuti alunan gerakan tubuh Iyan. Saat itu kakiku masih menjuntai
di lantai karpet kamar. Tanganku memegangi lengannya yang mencengkeram
pinggulku. Aku menariknya kembali ketika Iyan menarik kemaluannya dan belum
sampai tiga perempat panjangnya kemudian menghunjamkannya lagi dengan kuat. Aku
nyaris menjerit menahan lonjakan rasa nikmat yang disiramkannya secara
tiba-tiba itu.

Begitulah beberapa
kali Iyan melakukan hujaman-hujaman ke dalam liang terdalamku tersebut. Setiap
kali hujaman seperti menyiramkan rasa nikmat yang amat banyak ke tubuhku. Aku
begitu terangsang dan semakin terangsang seiring dengan semakin seringnya
permukaan dinding lubang kemaluanku menerima gesekan-gesekan dari urat-urat
batang kemaluan Iyan yang seperti akar-akar yang menjalar-jalar itu. Biasanya
suamiku kalau bersenggama semakin lama semakin cepat gerakannya, tetapi Iyan
seperti menemukan sebuah irama gerakan yang konstan tidak cepat dan tidak
lambat.
Tapi anehnya justru
bagiku aku semakin bisa merasakan setiap milimeter permukaan kulit kemaluannya.
Pada tahap ini, seperti sebuah tahap ancang-ancang menuju ke sebuah ledakan
yang hebat, aku merasakan pahaku mulai seperti mati rasa seiring dengan semakin
membengkaknya rasa nikmat di area selangkanganku. Tubuh kami sebentar menyatu
kemudian sebentar lagi merenggang diiringi desah nafas kami yang semakin lama
semakin cepat.
Sementara itu aku
pun kembali melirik ke arah suamiku. Kudapati suamiku agak ternganga
menyaksikan bagaimana diriku disetubuhi oleh Iyan. Melihat penampilan suamiku
itu, timbul kembali geram di hatiku, maka secara lebih demonstratif lagi
kulayani permainan Iyan sehebat-hebatnya secara aktif bagaikan adegan dalam
sebuah film biru.
Keadaan ini
tiba-tiba membuatku merasakan ada suatu kepuasan dalam diriku. Hal itu bukan
saja disebabkan oleh kenikmatan seks yang sedang kualami bersama Iyan, akan
tetapi aku juga memperoleh suatu kepuasan lain yaitu aku telah dapat
melampiaskan rasa kesalku terhadap suamiku.
Suamiku
menghendakiku berhubungan seks dengan laki-laki lain dan malam ini kulaksanakan
sepuas-puasnya, sehingga malam ini aku bukan seperti aku yang dulu lagi. Diriku
sudah tidak murni lagi karena dalam tubuhku telah hadir tubuh laki-laki lain
selain suamiku.
Setelah agak
beberapa lama kami bergumul tiba-tiba Iyan menghentikan gerakannya dan
mengeluarkan alat kejantanannya yang masih berdiri dengan tegar dari liang
kenikmatanku. Kupikir dia telah mengalami ejakulasi dini.
Pada mulanya aku
agak kecewa juga karena aku sendiri belum merasakan apa-apa. Bahkan aku tidak
merasakan adanya sperma yang tumpah dalam rahimku. Akan tetapi rupanya dugaanku
salah, kulihat alat kejantanannya masih sangat tegar berdiri dengan kerasnya.
Iyan menghentikan
persetubuhannya karena dia meminta suamiku menggantikannya untuk meneruskan
hubungan seks tersebut. Kini dia yang akan menonton diriku disetubuhi oleh suamiku
sendiri.
Suamiku dengan
segera menggantikan Iyan dan mulai menyetubuhi diriku dengan hebat. Kurasakan
nafsu birahi suamiku sedemikian hebat dan bernyala-nyala sehingga sambil
berteriak-teriak kecil dia menghunjamkan tubuhnya ke tubuhku.
Akan tetapi apakah
karena aku masih terpengaruh oleh pengalaman yang barusan kudapatkan bersama
Iyan, maka ketika suamiku menghunjamkan alat kejantanannya ke dalam liang
kenikmatanku, kurasakan alat kejantanan suamiku itu kini terasa hambar.
Kurasakan otot-otot
liang senggamaku tidak lagi sedemikian tegangnya menjepit alat kejantanan itu
sebagaimana ketika alat kejantanan Iyan yang berukuran besar dan panjang itu
menerobos sampai ke dasar liang senggamaku.
Alat kejantanan
suamiku kurasakan tidak sepenuhnya masuk ke dalam liang senggamaku dan terasa
lebih lembek bahkan dapat kukatakan tidak begitu terasa lagi dalam liang
senggamaku yang kini telah pernah diterobos oleh sesuatu benda yang lebih
besar.
Di lain keadaan
mungkin disebabkan pengaruh minuman alkohol yang terlalu banyak, atau mungkin
juga suamiku telah berada dalam keadaan yang sedemikian rupa sangat tegangnya,
sehingga hanya dalam beberapa kali saja dia mengayunkan tubuhnya di atas
tubuhku dan dalam waktu kurang dari satu menit, suamiku telah mencapai puncak ejakulasi
dengan hebat.
Malahan karena alat
kejantanan suamiku tidak berada dalam liang kewanitaanku secara sempurna, dia
telah menyemprotkan separuh spermanya agak di luar liang kewanitaanku dengan
berkali-kali dan sangat banyak sekali sehingga seluruh permukaan kemaluan
sampai ke sela pahaku basah kuyub dengan cairan sperma suamiku. Selanjutnya
suamiku langsung terjerembab tidak bertenaga lagi terhempas kelelahan di
sampingku.
Sementara itu aku
masih dalam keadaan liar. Bagaikan seekor kuda betina binal aku jadi
bergelinjangan tidak karuan karena aku belum sempat mengalami puncak ejakulasi
sama sekali semenjak disetubuhi oleh Iyan.
Oleh karena itu
sambil mengerang-erang kecil aku raih alat kejantanan suamiku itu dan
meremas-remasnya dengan kuat agar dapat segera tegang kembali. Akan tetapi
setelah berkali-kali kulakukan usahaku itu tidak membawa hasil.
Alat kejantanan
suamiku malahan semakin layu sehingga akhirnya aku benar-benar kewalahan dan
membiarkan dia tergolek tanpa daya di tempat tidur. Selanjutnya tanpa ampun
suamiku tertidur dengan nyenyak dalam keadaan tidak berdaya sama sekali.
Aku segera bangkit
dari tempat tidur dalam keadaan tubuh yang masih bertelanjang bulat menuju
kamar mandi yang memang menyatu dengan kamar tidurku untuk membersihkan cairan sperma
suamiku yang melumuri tubuhku.
Kemudian tiba-tiba
Iyan yang masih dalam keadaan bertelanjang bulat langsung memelukku dari
belakang sambil memagut serta menciumi leherku secara bertubi-tubi. Selanjutnya
dia membungkukkan tubuhku ke pinggir ranjang aku kini berada dalam posisi
menungging.

Dalam posisi yang
sedemikian Iyan menyetubuhi diriku dari belakang dengan garangnya sehingga
dengan cepat aku telah mencapai puncak ejakulasi terlebih dahulu. Begitu aku
sedang mengalami puncak ejakulasi, Iyan menarik alat kejantanannya dari liang
senggamaku, seluruh tubuhku terasa menjadi tidak karuan, kurasakan liang
kenikmatanku berdenyut agak aneh dalam suatu gerakan liar yang sangat sukar
sekali kulukiskan dan belum pernah kualami selama ini. Aku kini tidak dapat
tidur walaupun barusan aku telah mengalami orgasme bersama Iyan.

Dalam keadaan yang
sedemikian tiba-tiba Iyan yang masih bertelanjang bulat sebagaimana juga
diriku, menarikku dari tempat tidur dan mengajakku tidur bersamanya di kamar
tamu di sebelah kamarku. Bagaikan didorong oleh suatu kekuatan hipnostisme yang
besar, aku mengikuti Iyan ke kamar sebelah. Kami berbaring di ranjang sambil
berdekapan dalam keadaan tubuh masing-masing masih bertelanjang bulat bagaikan
sepasang pengantin baru yang sedang berbulan madu.
Memang saat itu aku
merasa diriku seakan berada dalam suatu suasana yang mirip pada saat aku
mengalami malam pengantinku yang pertama. Sambil mendekap diriku Iyan
terus-menerus menciumiku sehingga aku kembali merasakan suatu rangsangan birahi
yang hebat. Dan tidak lama kemudian tubuh kami kami pun udah bersatu kembali
dalam suatu permainan persetubuhan yang dahsyat.
Tidak berapa lama
kemudian Iyan membalikkan tubuhku sehingga kini aku berada di posisi atas.
Selanjutnya dengan spontan kuraih alat kejantanannya dan memandunya ke arah liang
senggamaku. Kemudian kutekan tubuhku agak kuat ke tubuh Iyan dan mulai
mengayunkan tubuhku turun-naik di atas tubuhnya.
Mula-mula secara
perlahan-lahan akan tetapi lama-kelamaan semakin cepat dan kuat sambil
berdesah-desah kecil. Sementara itu Iyan dengan tenang telentang menikmati
seluruh permainanku sampai tiba-tiba kurasakan suatu ketegangan yang amat
dahsyat dan dia mulai mengerang-erang kecil.
Dengan semakin
cepat aku menggerakkan tubuhku turun-naik di atas tubuh Iyan dan nafasku pun
semakin memburu berpacu dengan hebat menggali seluruh kenikmatan tubuh
laki-laki yang berada di bawahku.
Tidak berapa lama
kemudian aku menjadi terpekik kecil melepaskan puncak ejakulasi dengan hebat
dan tubuhku langsung terkulai menelungkup di atas tubuh Iyan. Setelah beberapa
saat aku tertelungkup di atas tubuh Iyan, tiba-tiba dia bangkit dengan suatu
gerakan yang cepat.
Kemudian dengan
sigap dia menelentangkan tubuhku di atas tempat tidur dan mengangkat
tinggi-tinggi kedua belah pahaku ke atas sehingga liang kenikmatanku yang telah
basah kuyup tersebut menjadi terlihat jelas menganga dengan lebar.

Selanjutnya Iyan
mengacungkan alat kejantanannya yang masih berdiri dengan tegang itu ke arah
liang kewanitaanku dan menghunjamkan kembali alat kejantanannya tersebut ke
tubuhku dengan garang. Aku menjadi terhentak bergelinjang kembali ketika alat
kejantanan Iyan mulai menerobos dengan buasnya ke dalam tubuhku dan membuat
gerakan mundur-maju dalam liang senggamaku.
Aku pun kini
semakin hebat menggoyang-goyangkan pinggulku mengikuti alunan gerakan
turun-naiknya alat kejantanan Iyan yang semakin lama semakin cepat
menggenjotkan di atas tubuhku.
Aku merasakan
betapa liang kewanitaanku menjadi tidak terkendali berusaha menghisap dan
melahap alat kejantanan Iyan yang teramat besar dan panjang itu
sedalam-dalamnya serta melumat seluruh otot-ototnya yang kekar dengan rakusnya.
Selama pertarungan itu beberapa kali aku terpekik agak keras karena kemaluan
Iyan tegar dan perkasa itu menghujam lubang kemaluanku.
Akhirnya kulihat
Iyan tiba juga pada puncaknya. Dengan mimik wajah yang sangat luar biasa dia
melepaskan puncak orgasmenya secara bertubi-tubi menyemprotkan seluruh
spermanya ke dalam tubuhku dalam waktu yang amat panjang.
Sementara itu alat
kejantanannya tetap dibenamkannya sedalam-dalamnya di liang kewanitaanku
sehingga seluruh cairan birahinya terhisap dalam tubuhku sampai titik
penghabisan. Selanjutnya kami terhempas kelelahan ke tempat tidur dengan tubuh
yang tetap menyatu.
Selama kami
tergolek, alat kejantanan Iyan masih tetap terbenam dalam tubuhku, dan aku pun
memang berusaha menjepitnya erat-erat karena tidak ingin segera kehilangan
benda tersebut dari dalam tubuhku.
Setelah beberapa
lama kami tergolek melepaskan lelah, Iyan mulai bangkit dan menciumi wajahku
dengan lembut yang segera kusambut dengan mengangakan mulutku sehingga kini
kami terlibat dalam suatu adegan cium yang mesra penuh dengan perasaan.
Sementara itu tangannya dengan halus membelai-belai rambutku sebagaimana
seorang suami yang sedang mencurahkan cinta kasihnya kepada istrinya.
Suasana romantis
ini akhirnya membuat gairah kami muncul kembali. Kulihat alat kejantanan Iyan
mulai kembali menegang tegak sehingga secara serta merta Iyan segera menguakkan
kedua belah pahaku membukanya lebar-lebar untuk kemudian mulai menyetubuhi
diriku kembali.Berlainan dengan suasana permulaan yang kualami tadi, dimana
kami melakukan persetubuhan dalam suatu pertarungan yang dahsyat dan liar.

Kali ini kami
bersetubuh dalam suatu gerakan yang santai dalam suasana yang romantis dan penuh
perasaan. Kami menikmati sepenuhnya sentuhan-sentuhan tubuh telanjang
masing-masing dalam suasana kelembutan yang mesra bagaikan sepasang suami istri
yang sedang melakukan kewajibannya.
Aku pun dengan
penuh perasaan dan dengan segala kepasrahan melayani Iyan sebagaimana aku
melayani suamiku selama ini. Keadaan ini berlangsung sangat lama sekali.
Suasana ini berakhir dengan tibanya kembali puncak ejakulasi kami secara
bersamaan. Kami kini benar-benar kelelahan dan langsung tergolek di tempat
tidur untuk kemudian terlelap dengan nyenyak dalam suatu kepuasan yang dalam.

Semenjak pengalaman
kami malam itu, suamiku tidak mempermasalahkan lagi soal fantasi seksualnya dan
tidak pernah menyinggung lagi soal itu. Namun apa yang kurasakan bersama
suamiku secara kualitas kurasakan tidak sehebat sebagaimana yang kualami
bersama Iyan.
Kuakui malam itu
Iyan memang hebat. Walaupun telah beberapa waktu berlalu namun bayangan
kejadian malam itu tidak pernah berlalu dalam benakku. Malam itu aku telah
merasakan suatu kepuasan seksual yang luar biasa hebatnya yang belum pernah
kualami bersama suamiku selama ini.
Walaupun telah
beberapa kali menyetubuhiku, Iyan masih tetap saja kelihatan bugar. Alat
kejantanannya pun masih tetap berfungsi dengan baik melakukan tugasnya
keluar-masuk liang kewanitaanku dengan tegar hingga membuatku menjadi agak
kewalahan.
Aku telah terkapar
lunglai dengan tidak putus-putusnya mengerang kecil karena terus-menerus
mengalami puncak orgasme dengan berkali-kali namun alat kejantanan Iyan masih
tetap tegar bertahan. Memang secara terus terang kuakui bahwa selama melakukan
hubungan seks dengan suamiku beberapa bulan belakangan itu, aku tidak pernah
mengalami puncak orgasme sama sekali.
Apalagi dalam waktu
yang berkali-kali dan secara bertubi-tubi seperti malam itu. Sehingga secara
terus terang setelah hubungan kami yang pertama di malam itu kami masih tetap
berhubungan tanpa sepengetahuan suamiku.
Awalnya di suatu
pagi Iyan berkunjung ke rumahku pada saat suamiku sudah berangkat ke tempat
tugasnya. Secara terus terang saat itu dia minta tolong kepadaku untuk
menyalurkan kebutuhan seksnya. Mulanya aku ragu memenuhi permintaannya itu.
Akan tetapi anehnya aku tidak kuasa untuk menolak permintaan tersebut. Sehingga
kubiarkan saja dia melepaskan hasrat birahinya. Hubungan itu rupanya membawa
diriku ke dalam suatu alam kenikmatan lain tersendiri.