Aku jarang sekali keluar kamar, meski
mereka datang, aku selalu diam didalam kamar. Untuk apa keluar? Di kamar sudah
ada tv, dan kamar mandi. Mau makan cukup kedapur yang posisinya dekat dengan
kamarku. Segala yang aku perlukan tinggal aku minta belikan pada mereka siapa
saja yang ada dirumah. Suatu hari, tiba-tiba aku mendengar
suara laki-laki yang menyanyi-nyanyi diluar kamarku. Aku merasa baru dengar
suara itu. Penasaran, aku keluar menuju dapur yang bedekatan dengan ruang
tengah yang biasa dipakai kumpul oleh mreka. Diam didekat pintu dapur sambil
lirik sana sini, basa-basi menyapa mereka, mungkin hari itu sekitar kurang
lebih 15 orang yang sedang berada dirumahku. Bisa lebih dari 20 orang kalau
dimalam minggu. Mereka biasa ketawa-ketawa, beemain gitar, minum-minum alkohol,
kalau au sedang mood, aku suka ikut sebentar hanya untuk minum. Saat itu, tatapanku akhirnya berakhir
pada seorang laki-laki berperawakan tinggi, dengan tubuh tegap dan kulit putih.
Sial! Cowok ini langsung bikin aku tertarik. Gumamku dalam hati. Lalu dengan
terlihat dingin, laki-laki itupun menatapku balik. Dengan acuh nya akupun
memalingkan muka dan kembali ke dalam kamar. Didalam kamar aku langsung
terduduk diatas kasur. Bayangan sosok laki-laki yang sedang berada didepan
kamarku terus saja ada dikepalaku. Aku harus mendapatkannya.Hari terus berlalu,
laki-laki itu belum kembali kerumahku. Aku fikir dia bukan seperti anak-anak
yang lainnya. Yang tidur dirumahku. Emm, mungkin dia bukan anak broken home
juga. Paling iseng-iseng maen. Tapi, aku ga boleh nyerah buat dapetin dia.
Siang itu, aku melihat ada Farel,
salah 1 anak paling lama yang suka tinggal dirumahku sedang menaiki tangga
sambil membawa ember jemuran pakaiannya. Aku lalu mengikutinya untuk ketempat
jemuran. Sembari menjemur, farel masih tidak sadar kalau ada aku disampingnya.
Hahaha, dasar cowok, pandangan mata nya hanya bisa melihat lurus kedepan. Tidak
sperti wanita yang bisa melihat samping kanan kiri walau dia sedang menatap
lurus kedepan. Kucolek pinggangnya.
“Wadaw teteh, kirain siapa!” Kata Farel, terlihat dia sangat kaget.
“Hahahahhaa, serius amat sih ngejemurnya.” Kataku sambil tertawa terbahak-bahak. Lalu aku duduk disalah 1 bangku yang memang disediakan di atas untuk nongkrong anak-anak. Farel melanjutkan menjemur pakaiannya. “Rel, kemaren-kemaren ada cwo yang pake jaket coklat siapa?” Tanyaku. “Yang mana teh?” Tanya nya balik.
“Itu yang rambutnya cepak pinggir-pinggirnya.” Jawabku.
“Hahahahhaa, serius amat sih ngejemurnya.” Kataku sambil tertawa terbahak-bahak. Lalu aku duduk disalah 1 bangku yang memang disediakan di atas untuk nongkrong anak-anak. Farel melanjutkan menjemur pakaiannya. “Rel, kemaren-kemaren ada cwo yang pake jaket coklat siapa?” Tanyaku. “Yang mana teh?” Tanya nya balik.
“Itu yang rambutnya cepak pinggir-pinggirnya.” Jawabku.
Farel terlihat berfikir dan
mengingat-ingat. Dia menjemur pakaian terakhirnya. “Oohhh itu. Itu si Budi. Deket kok rumahnya teh. Tapi dia tinggal sendiri,
ortunya jadi TKW.” Kata Farel sambil menghampiriku dan duduk disampingku.
“Kenapa? Tumben sih teteh tanya-tanya orang yang datang kerumah, biasanya juga
cuex.” Lanjutnya sambil cengengesan.
“Ya pingin aja atuh, namanya juga penasaran.” Jawabku.
“Ya pingin aja atuh, namanya juga penasaran.” Jawabku.
“Cieeee penasaran, pasti ada maunya.”
Goda Farel. Dia melihat Hp nya yang tiba-tiba berdering. Aku cuma mesem-mesem
digoda sperti itu.
“Tapi teh, dia juga nanyain teteh
lho. Aku bilang aja jangan macem-macem ke teteh, karna teteh yang punya ini
rumah. Dia nanya ke aku, katanya kok teteh pake pakaiannya sexy. Aku bilang
aja, kalo emang kelakuan teteh tuh ga ada malunya, aurat diliat-liat.
Hahahahahaaa.” Farel tertawa terbahak-bahak. Aku gak memperdulikan ucapan Farel
soal pakaianku, yang ku fikir hanya bagaimana bisa dekat dengan Budi. “Kapan
Budi kesini lagi?” Tanyaku. “Lah kayanya dia ada dibawah deh sekarang. Tadi kan yang sms dia. Katanya dah
ada dirumah ini.” Jawaban Farel membuat aku kaget dan senang. “Serius Rel? Yuk ah ke bawah” kataku sambil berdiri dan berjalan cepat menuju
tangga untuk kebawah tanpa memperdulikan jawaban Farel.
Dibawah, diteras rumah, aku melihat
Budi sedang duduk didepan jendela kamarku. Menunggu Farel mungkin. Kepalanya
yang tadi menunduk melihat hp nya, sekarang menengadah melihatku. Dengan tanpa
basa-basi aku mendekatinya lalu tersenyum. “Hey, Budi ya? Boleh minta no hp nya?” Kataku. Aku memang wanita yang malas
berbasa-basi, kalau ada maunya, langsung bicara saja. Itu lebih enak menurutku.
“Eh teteh, boleh.” Jawab nya terlihat sedikit kaget mendengar todonganku, lalu dia mengotak atik hp nya lalu menyerahkan padaku. Disana kulihat sebaris nomber hp. Kucatat di hp ku.
“Eh teteh, boleh.” Jawab nya terlihat sedikit kaget mendengar todonganku, lalu dia mengotak atik hp nya lalu menyerahkan padaku. Disana kulihat sebaris nomber hp. Kucatat di hp ku.
“Makasih ya.” Kataku sambil berlalu dan masuk kerumah lalu ke kamarku.
Gilak, aku seneng banget dapet no hp
nya. Pelan-pelan tapi pasti, aku kudu ngerasain ngentod ama dia. Akhirnya
setiap hari, kami sms an. Bahkan saat dia ada dirumahkupun aku masih sms dia.
Aku tetap malas keluar kamar. Hingga suatu hari, pembicaraan kami mengarah pada
selangkangan. Dia dengan polosnya bilang, kalau belum pernah ML. WTF, berarti
dapet perjaka lagi nih, fikirku. Aku terus saja memancingnya sampai dia
tertarik ingin melakukannya. Dan pancinganku gak sia-sia. Umpan nya dimakan ikan.
Dia pun mau. Saat dia sedang berada dirumahku, aku
bilang, nanti malam dia kudu tidur dirumah ku bersama yang lainnya. Tengah
malam dia keluar kamar dan tungguin aku didapur. Semuanya berjalan sesuai
rencana. Tengah malam itu kami sudah berdua didapur yang remang-remang. Aku
duduk diatas meja dapur, dia berdiri didepanku. Dengan lahapnya dia mencium
bibirku dan tangannya meremas-remas payudaraku. Dia lalu memintaku mengikutinya
kekamar mandi tamu yang memang dekat dengan dapur. Tanpa basa basi lagi, dia dengan
agak kasar menyuruhku menungging dengan bertumpuan tangan dan lututku diatas
toilet duduk. Aku menurutinya. Aku yang hanya memakai baju tidur dengan model
tengtop longgar dan terusan rok pendek, tanpa beha dan tanpa celana dalam akan
memudahkan kami untuk ngentod. Dengan keadaan kamar mandi gelap, dia sepertinya
kewalahan, susah mencari mana lubang yang benar. Akhirnya aku tuntun kontolnya
menuju lubang memekku. Dan Blesssss, kontolnya masuk kedalam memekku. Aku
mendesah kecil, takut terdengar orang serumah. Dia mengocok kontolnya dengan
cepat.

Desahannya terdengar agak memburu. Dan crooottt, crooottt.. Ada rasa
cairan hangat menyirami memekku, mungkin cuma 2menit goyangannya dan dia sudah
mengeluarkan spermanya didalam memekku. Aghhhh, padahal aku belum apa-apa. Tapi
aku maklumi sih. Namanya perjaka. Kebanyakan belum bisa mengatur nafsunya.
“Aghhh teteh maaf.” Katanya sambil
membalikan tubuhku. Dia jongkok dihadapanku yang terduduk di atas toilet. Aku
tersenyum dan mengelus wajahnya. “Gak papa Bud, kan nanti bisa lagi.” Kataku.
“Oh jadi boleh lagi? Sekarang yuk, di meja dapur.” Katanya sambil menarikku keluar kamar mandi menuju dapur kembali. Dengan masih terburu-buru, dia menciumi wajahku, bibirku dan memainkan bibirnya didaerah payudaraku. Ughhh rasanya ingin mendesah, tapi ga bisa karna takut membangunkan ortuku atau orang yang ada dirumah.
“Oh jadi boleh lagi? Sekarang yuk, di meja dapur.” Katanya sambil menarikku keluar kamar mandi menuju dapur kembali. Dengan masih terburu-buru, dia menciumi wajahku, bibirku dan memainkan bibirnya didaerah payudaraku. Ughhh rasanya ingin mendesah, tapi ga bisa karna takut membangunkan ortuku atau orang yang ada dirumah.
Masih dengan tidak sabarnya, dia
membuat pahaku mengangkang, dan dia menusukkan 1 jaringa kedalam lobang
memekku. Ughhhh aku mendesah pelan. Budi mencium bibirku, agar tidak keluar
desahan yang lebih hebat saat dia mengocok keluar masuk jari nya didalam
memekku. Aku terhentak agak keras dengan tangan bertumpu kebelakang saat Budi
menusukkan dalam-dalam jarinya kedalam memekku, lalu dia
menggoyang-goyangkannya didalam tanpa dia maju mundurkan. Siaaallll, itu tepat
banget didaerah g-spotku. Ingin rasanya aku teriak menikmati kenikmatan itu.
Tapi sayangnya gak bisa. Dengan sedikit kasar, Budi menarik tubuhku agar bisa
mencium bibirku. Mungkin dia khawatir aku beneran teriak. Aku melepaskan
ciumannya dan memohon untuk dia memasukkan kontolnya kedalam memekku. “Masukin dong sayang, udah gak kuat.”
Kataku dengan mata sayu menatapnya. Cahaya remang-remang yang masuk ke dapur
dari ruang keluarga, membantu ku melihat kontolnya yang lumayan besar dan
putih. Aku pegang kontolnya dan dengan perlahan mengarahkan ke memekku dengam
posisi aku mengangkang lebar diatas meja dapur. Dan sekali lagi, blesssss…
Kontol yang nikmat itu masuk kedalam memekku. Aghhh, shiitttt nikmatnyaaa… Budi
membiarkan beberapa detik kontolnya didalam memekku. Lalu dengan ritme
perlahan, dia menarik dan memasukkan kembali kontolnya kedalam memekku.

Dengan tubuh menyender ke tembok dan
kaki mengangkang lebar, aku bisa melihat kontolnya yang keluar masuk didalam
memekku. Aghh, rasanya benar-benar nikmat. Sialnya aku gak bisa mendesah dan
teriak. Dengan terus mengocok, Budi menciumi leherku, aku benar-benar nyerah
kalau sudah diciumi bagian kuping dan leher. Tanpa lama-lama lagi, aku
memeluknya erat dan sedikit menggigit pundaknya agar tidak teriak. Ya, saat itu
aku orgasme. Orgasme yang sangat nikmat. Nafasku memburu. Terdengar pula nafas
Budi ikut menjadi cepat. Dan genjotannya pun sangat menghentak-hentakkan
tubuhku. Dan tiba-tiba tubuhnya mengejang didalam dekapanku. Ternyata dia
orgasme lagi. Lama-lama tubuhnya melemah dan aku melepaskan pelukanku.

“Kenapa?” Tanyaku. Budi tersenyum dan mencium keningku. “Enak, makasih ya teh.”
Katanya. Aku ikut tersenyum. Kami berciuman sebentar.
Dan tanpa banyak bicara lagi, aku
membereskan bajuku. Terburu-buru masuk ke kamar tidurku dan langsung menuju
kamar mandi untuk membersihkan memekku drei sisa-sisa spermanya. Sepertinya,
Budi juga menuju kamar mandi tamu. Dia ga berani ke kamar mandi kamar yang dia
tempati. Ahhahaaa mungkin takut membangunkan anak-anak yang sedang lelap
tertidur.

Setelah malam itu, kami jadi semakin
dekat dan sering ngentod. Dirumahku atau pun lebih bebas dirumahnya yang memang
dia tempati sendirian. Bahkan kami pernah melakukan disiang bolong, ditempat
umum. Ya tempat olah raga yang disana terdapat panggung kecil. Disisi panggung
itulah aku menungging merasakan genjotan kontol nya yang benar-benar bikin aku
ketagihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar