Hari itu hari jumat,
setelah makan siang, HPku tiba2 berdering. Itu dari Bu Ita, manager keuangan
yang dulu menyetujui gaji yang aku ajukan. Mengingat “jasanya” dia ke aku,
tentu aja aku sangat menghormati dia. “Halo bu, selamat siang” sapa saya
menjawab telfon. “Halo rian..” jawab dia riang sekali. “Ada yang saya bisa saya
bantu ?” tanya saya, basa-basi sih. “Ah enggak cuma ngecek kamu aja. Dah makan
siang ?” tanyanya ramah. “Oh sudah bu, baru aja” jawabku.
“Gimana kerja disini, ada masalah ?” tanya bu
ita lagi. “Wah enggak bu, tapi memang saya baru mulai sih, baru membiasakan
diri dengan keadaan kerja disini” jawab saya singkat. “Gimana gajinya, sudah
cukup ?” tanyanya dengan suara menggoda. “He..he..he.. maunya sih tambah lagi
bu” jawab saya sambil tertawa. “Hah.. segitu aja udah tinggi kan ?” balas bu
ita sedikit kaget. “Iya bu, becanda tadi..” jawabku singkat. “Oh.. kirain.”
jawabnya. “Eh rian nanti sore sehabis kantor kamu ada kerjaan gak ?” tanya bu
ita. “Enggak kayaknya bu, ada apa emangnya” tanyaku sedikit heran. “Hmm.. ada
yang ingin saya bicarakan, agak pribadi sih, makanya saya ingin bicaraiinnya
sehabis kantor aja nanti” jawab bu ita. “OK bu, saya gak ada janji untuk sore
sampe malem nanti” jawab saya.
“OK nanti aku tunggu
di kafe agus nanti sore” kata bu ita. “OK bu” jawab saya. “Ok kalau gitu, oh
iya, golongan darah kamu apa ?” tanya bu ita sebelum mengakhiri pembicaraan.
“B” jawabku penuh kebingungan. “Perfect ! OK deh aku tunggu nanti sore” kata bu
ita lalu menutup telfonnnya. Sejenak aku terdiam penuh kebingungan, tapi aku
kembali bekerja sebab pekerjaanku lumayan menumpuk. Setelah pulang kerja aku
arahkan mobilku ke kafe xxx yang dijanjikan tadi.
Dalam perjalanan aku
diselimuti kebingungan yang amat sangat. Bu Ita… Ada apa manager keuangan
kantorku itu mau menemuiku, soal urusan pribadi lagi. Dan yang paling membuatku
bingung adalah dia sempat menanyakan golongan darahku, untuk apa ? Sebagai
informasi, Bu ita berumur sekitar 34-35 tahun. Masih cukup muda untuk menjadi
manager keuangan, tapi memang dia berasal dari keluarga yang berteman dekat
dengan pemilik perusahaanku.
Ditambah lagi
suaminya, pengusaha yang dulu jadi sahabat pak Faisal presdir perusahaanku
sewaktu kuliah. Oh iya bu ita sudah bersuami, tapi sayang mereka belum
dikaruniai anak. Tapi mungkin karena hal itu bu ita terlihat masih seperti
wanita muda. Badannya tinggi semampai, ramping tanpa lemak. Kulitnya kuning
langsat dengan rambut lurus sebahu. Matanya berbinar selalu bersemangat dan
bibir tipisnya itu selalu menarik perhatiannku. Hanya ada satu kata yang dapat
mewakili bu ita… Cantik.
Sesampainya di kafe
xxx, aku melihat bu ita melambai kearahku dari meja yang agak dipojok. Kafe itu
memang agak sepi, pelanggannya biasanya eksekutif muda yang ingin bersantai
setelah pulang kerja. “Sore bu, maaf agak terlambat” kataku sambil
menyalaminya. “Oh gak pa-pa” kata bu ita sambil mempersilakkan aku duduk.
Selanjutnya aku dan bu ita mengobrol basa-basi, bercerita tentang kantor, dari
yang penting sampe gosip-gosipnya. He..he..he.. gak guna banget. Setelah
beberapa lama akhirnya aku mengajukan pertanyaan.
“Oh iya bu, sebenernya
ada apa ya mengajak saya bertemu disini” tanyaku memulai. “Oh iya” jawabnya.
Mendadak wajahnya sedikit pucat.
Beberapa saat ibu ita
terdiam. Kemudian mulai berkata “Begini Rian, kamu tau kan kalo aku sudah
berkeluarga ?”. Aku menganguk kecil untuk menjawabnya. “Tahun ini adalah tahun
ke 10 pernikahanku” lanjutnya. Kemudian dia mengeluarkan sebuah foto dari dalam
dompetnya. “Ini foto suamiku waktu sebelum nikah, gimana mirip kamu gak ?”
“He..he..he.. kayak ngaca” jawabku sambil mengembalikan foto tersebut.
Sebenernya aku makin bingung arah pembicaraan bi ita. “Kamu tau kan aku dan
suamiku belum dikaruniai anak ?” tanyanya lagi “Iya…” jawabku bingung.
“Jadi begini rian, aku dan suamiku sudah
mencoba beberapa cara. Tapi belum berhasil. Sedang umurku semakin bertambah,
makin sulit untuk bisa punya anak. Memang kami sudah tau masalahnya ada
disuamiku dan dia sekarang dalam terapi pengobatan, tapi mungkin suamiku butuh
bantuan lain….. dari kamu” kata bu ita. “Bantuan dari saya ? maksudnya bu ?”
tanyaku yang sudah dipuncak kebingungan.
“Mungkin kamu bisa
bantu suamiku untuk membuahi aku” katanya pelan. “Maksudnya saya menyumbang
sperma untuk bayi tabung ibu dan suami ibu ?” tanyaku tergagap. “Bukan, aku
sudah pernah coba cara itu dan gagal.
Sperma suamiku terlalu
lemah. Kalau aku ulangi sekarang tentu suamiku curiga. Lagi pula sulit untuk
menukar sperma suamiku dengan spermamu nanti” jawab bu ita. “Jadi ?” tanyaku
lagi. “Aku pingin kamu meniduri aku, membuahi aku sampai aku hamil” jawabnya
singkat. Aku cuma bisa ternganga terhadap permintaan bu ita yang ku anggap
sangat gila itu. “Tenang, jangan takut ketahuan. Kamu mirip sekali dengan
suamiku, apalagi golongan darah kalian sama, jadi anak yang lahir nanti akan
sulit sekali diketahui siapa ayah sebenarnya.” kata bu ita meyakiniku.
Akhirnya terjawab
kenapa dia tanya golongan darahku tadi. Mungkin alasan bu ita begitu gampang
menyetujui waktu aku wawancara dulu salah satunya adalah rencana ini… “Trus
bagaimana kita melakukannya?” tanyaku setelah menenangkan diri.
“Kamu ada waktu malem
ini ? Kebetulan suamiku lagi keluar kota sampai besok.”tanya bu ita. “Aku
available.” jawabku. Kemudian bu ita menelpon kerumahnya, memberitahukan
pembantunya dia tidak pulang malam itu sambil memberi alasan. Kemudian dia
mengajakku ke hotel xxx. Setelah cek in, kami langsung masuk kamar. Didalam
kamar, tidak ada pembicaraan yang berarti. Bu ita langsung ijin untuk mandi,
setelah dia selesai, gantian aku yang mandi. Setelah aku keluar dari kamar
mandi, aku melihat bu ita yang hanya memakai bathrobe tiduran sambil menonton
tv. Aku kemudian duduk di pinggiran tempat tidur.
“Bagaimana, kita mulai ?”
tanyaku dengan perasaan gugup. Soalnya biasanya aku ML tujuannya cuma untuk
senang-senang, bahkan pakai alat kontrasepsi agar pasangan MLku tidak hamil.
Kalau ini malah tujuannya pengen hamil. “OK” jawab bu ita kemudian bergeser memberi
aku tempat untuk naik ketempat tidur. Aku berbaring disampingnya kemudian
berkata “Bu, mungkin tujuan kita supaya ibu bisa hamil, tapi apa bisa kita
melakukan persetubuhan ini seperti layaknya orang lain yang mencari kepuasan
juga ?” “Gak pa-pa sayang…” jawab bu ita. “Aku rela kok kamu tidurin. Malah
sejujurnya kamu tuh bangkitin nafsuku banget. Ngingetin aku diawal-awal
pernikahanku” jawab bu ita nakal. Aku kemudian mengecup dahi bu ita, sesuatu
yang selalu aku lakukan sebelum meniduri wanita. Bu ita terseyum kecil.
Kemudian aku mengecup
bibir bu ita. Bibir tipis yang selalu menarik perhatianku itu ternyata nikmat
juga. Kemudian aku mulai mencium bibirnya lagi, kali ini lebih lama dan lebih
dalam. Sambil mencium bibir mu ita, tanganku mulai bergerilya. Pertama-tama aku
elus rambutnya, bu ita membalas dengan sedikit meremas kepalaku. Kemudian
tanganku turun untuk mengelus-elus tubuhnya, walaupun masih dari luar bathrobe.
Masih sambil berciuman, perlahan aku buka tali bathrobenya.

Setelah membuka
sebagian bathrobe bagian atasnya, aku langsung mengelus payudaranya, ternya bu
ita sudah tidak memakai bra. Awalnya aku hanya mengelus, tapi kemudian berubah
menjadi meremas. Payudaranya masih kenyal, walaupun sudah sedikit turun, tapi
sangat nikmat untuk diremas. Kemudian aku mulai memilin-milin putingnya. Bu ita
merintih pelan, kemudian melepaskan ciuman.
Aku kemudian turun
sedikit untuk mulai menjilati puting bu ita. Aku muail menjelati puting yang
kiri sedang payudara yang kanan aku remas dengan tangan. Kemudian berganti aku
menjilati yang kanan sambil meremas payudara yang kiri. Sesekali aku
gigit-gigit kecil, tapi sepertinya bu ita tidak terlalu suka, dia lebih
menyukai aku menyedot kencang putingnya. Tangan kananku kemudian turun kebawah
untuk membuka bathrobe bagian bawahnya hingga tubuhnya terlihat semua. Bathrobe
hanya menyangkut di tangannya. Tanganku mulai
mengelus pahanya. Perlahan aku buka sedikit pahanya untuk mengeluspaha bagian
dalamnya, begitu mulus kulit bagian itu. Tanganku naik keatas menuju
selangkangan, ternyata bu ita masih memakai CD. Aku tak mau langsung ke
vaginanya hingga tanganku beralih ke pantatnya.

Aku meremas pantat yang bulat
ini dari dalam CDnya, sebab aku selipkan tanganku ke dalam celananya. Jujur aku
adalah penggemar pantat dan pinggul wanita. Apalagi wanita seperti bu ita ini.
Pinggulnya ramping tapi pantatnya besar membulat. Perlahan remasan kepantat bu
ita aku alihkan ke depan. Di garis vaginanya aku merasa sudah banyak cairan
yang keluar dari vaginanya. Kemudian aku mengelus vaginanya mengikuti garis
vagina. Perlahan aku tusuk vaginanya dengan jari tengahku.

Tubuh Bu ita
tersentak, pinggulnya diangkat seperti mengantarkan vaginanya untuk melahap
jariku lebih dalam. Jariku aku keluar masukkan perlahan, bu ita merintih
semakin keras. Aku turun kebawah, ingin menjilat vaginanya. Tapi Bu Ita menahan
tubuhku. “Gak usah rian, aku malu” kata Bu Ita. “Langsung masukin aja sayang,
aku dah gak tahan” lanjut bu ita.

Aku memposisikan
tubuhku diatas bu ita. kemudian aku lebarkan pahanya nsehingga selangkangannya
terbuka lebar. Aku arahkan penisku ke vaginanya. Perlahan aku usahpak penisku
ke permukaan vaginanya, tapi bu ita memandangku dengan penuh harapan supaya aku
cepat memasukkan penisku ke vaginanya. Perlahan aku dorong penisku untuk measuk
ke vaginanya. Vaginanya masih seret, mungkin karena belum pernah melahirkan.
Aku mulai mengeluar
masukkan penisku dari vaginanya, sedangkan bu ita merintih keras setiap penisku
menghujam vaginanya. Sesekali aku mencium bibirnya, tapi dia lebih suka
merintih sambil memejamkan matanya menikmati setiap gesekan vaginanya dengan
penisku. Tangan bu ita mencengkram bahuku, sepertinya dia ingin tubuhh kita
bergesekan keras agar payudaranya tergesek oleh dadaku. “Mas terus mas, terus…”
rintih bu ita.

Sepertinya dia
membayangkan suaminya yang menyetubuhinya. Sebenernya aku agak cemburu, tapi
aku pikir-pikir lebih baik daripada dia merintih memanggil namaku, nanti dia
kebiasaan bisa berabe kalau dia memanggil namaku waktu bersetubuh dengan
suaminya. Tiba-tiba tangan bu ita mencengkram pantatku seakan membantu dorongan
penisku agar lebih kuat menghujam vaginanya. Pinggulnya pun semakin aktif
bergerak kekanan-kekiri sambil kadang berputar. Sungguh beruntung aku bisa
menikmati tubuh molek bu ita yang sangat ahli bercinta.

Tiba-tiba tangannya
menekan keras pantatku kearah vaginanya. Sepertinya dia sudah orgasme. Tubuhnya
menegang tidak bergerak. Akupun menghentikan pompaanku ke vaginanya sebab
tangannya begitu keras menekan pantatku. Setelah tubuhnya berkurang
ketegangannya aku mulai pompaanku perlahan. Cairan orgasmenya membuat vaginanya
semakin licin. Memang vaginanya jadi berkurang daya cengkramnya, tapi
kelicinannya memberikan sensasi yang berbeda. Aku mengangkat tubuhnya untuk
berganti posisi.
Tapi bu ita menolak
sambil berkata “Rian please, kali ini gaya konvensional aja ya… aku pengen
nikmatin… besok-besok ya”. Aku meletakkan tubuh bu ita lagi. Goyangan
pinggulnya makin menggila, begerak kekiri dan kekanan, tapi aku paling suka
saat berputar.

Sungguh hebat goyangan
bu ita. Mungkin itu goyangan terbaik dari wanita yang pernah aku tiduri.
Tangannya kembali menekan keras pantatku, bu ita sudah sampai di orgasme
keduanya. Tubuhnya sangat tegang kali ini, sampai perlu lama untuk kembali normal.
Setelah berkurang ketegangannya, aku berkata “Bu apa kita sudahin dulu ?
kayaknya ibu sudah lemas sekali.” kataku. “Gak pa-pa rian, aku pengen sperma
kamu, terusin aja.” jawab bu ita. Aku mulai memompa lagi vaginanya dengan
penisku. Kali ini vaginanya sudah benar-benar basah. Bu ita sudah mengurangi
gerakannya, mungkin dia sudah terlalu lemas. Aku konsentrasikan pompaanku ke
vaginanya hingga bu ita mulai merespon lagi.

Sebenarnya aku sudah
dikit lagi ejakulasi saat bu ita tiba-tiba berteriak kencang “Arrrhgh….. rian
gila enak banget” jeri bu ita sambil menjepit tubuhku dengan kedua pahanya.
“Adu gila rian…. aku dah 3 kali keluar kamu belum keluar juga. Ayo dong rian,
aku cari pejantan bukan cari gigolo…” kata bu ita lemah. AKu sebenernya kasian
dengan bu ita, tapi aku juga sedikit lagi ejakulasi. Aku goyang perlahan
penisku. Kali ini aku benar-benar konsentrasi menggapai orgasmeku. Tak berapa
lama aku merasa spermaku sudah sampai diujung penisku. “Bu saya dikit lagi
keluar bu.” kataku sambil meniukmati sensasi luar biasa.

Bu ita membantu dengan
menggoyangkan pinggulnya sambil menahan pantatku agar penisku tidak lepas dari
vaginanya. “Agkh….”, crot..crot..crot..crot empat kali spermaku ku siram derask
ke liang vaginanya. Bu ita menahan pantatku kuat-kuat agar spermaku masuk
kerahimnya dalam-dalam. “Tahan sebentar rian, supaya spermanya masuk semua”
kata bu ita sambil menahan pantatku kearah selangkanyannya. Setelah beberapa
menit baru bu ita melepaskan cengkramannya.

Aku kemudian
merebahkan tubuhku disampingnya. Malam itu aku menggagahi bu ita sampai 3 kali.
Sama seperti yang pertama, aku tumpahkan seluruh spermaku ke liang vaginanya.
Setelah itu persetubuhannku dengan bu ita jadi acara rutin. Minimal 2 kali
seminggu aku menyetubuhinya. Aku bahkan dilarang bersetubuh dengan wanita lain,
agar spermaku benar-benar 100% masuk ke rahimnya. 2 bulan kemudian bu ita
positif hamil, tapi sampai saat ini, saat kehamilannya memasukki bulan ke 3,
aku masih rutin menyetubuhi bu ita. Sepertinya bu ita tidak bisa menolak kenikmatan
digagahi olehku, dan aku tentu aja gak mau kehilangan goyangan dasyat bu Ita.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar