Selasa, 29 November 2016

cerita bergambar: SANGAT KESAL AKU DIBUATNYA

cerita bergambar: SANGAT KESAL AKU DIBUATNYA: Aku sedang berlibur di kota Bandung, nginap dirumah Om ku adik mama yang paling kecil. Mereka memang 7 bersaudara dan mamaku yang paling tu...

SANGAT KESAL AKU DIBUATNYA

Aku sedang berlibur di kota Bandung, nginap dirumah Om ku adik mama yang paling kecil. Mereka memang 7 bersaudara dan mamaku yang paling tua, aku saat itu berumur 20 tahun dan omku berumur 35 tahun. Istri om ku, tante Ida berumur 27 tahun, orangnya sgt cantik dan mempunyai tubuh yang mungil tapi padat. Pantatnya bebar-benar montok dgn pinggang yang ramping dan perut yang datar, maklum mereka blm mempunyai anak, biarpun sdh kawin hampir 3 tahun.


Akan tetapi tante Ida yang cantik itu, orangnya sgt judes, dia tidak memandang mata keluargaku, maklum kami hanya biasa-biasa saja, sedangkan tante Ida datang dari keluarga yang sgt kaya di kota Surabaya, dia hanya 2 bersaudara dan Ida adik perempuannya yang berumur 22 tahun, masih kuliah di ITB dan tinggal dirumah om dan tante Ida di Bandung.
Selama aku berada dirumah om ku ini, hampir setiap hari tante Ida mengomel saja, krn dia memang sgt benci kalau aku menginap dirumah mereka. Disamping aku memang termasuk anak yang bandel, biarpun secara postur tubuh, aku sdh kelihatan sgt dewasa, krn tinggi badanku 175 cm dgn tubuh yang berotot, tante Ida curiga saja dan menganggap aku sering menerima duit dari om ku, pada hal sgt jarang om ku memberi aku duit. Saat ini aku nginap di rumah mereka, sebenarnya hanya terpaksa saja, krn aku sedang berlibur di Bandung dan ibuku memberitahukan kepada om ku yang memaksa aku tinggal dirumahnya. Hari ini entah mengapa aku merasa suntuk banget sendirian, kemarin sore seblm om ku pulang dari kantor, tante Ida marah-marah dan menunjukan muka cemberut terhadap aku. Saat itu rumah berada dlm keadaan sepi, om sdh pergi kekantor, Mbak Ani adik tante Ida sedang pergi kuliah, Bik Suti lagi pergi ke pasar, dan tante Ida katanya mau pergi ke arisan. Tadi seblm pergi dgn nada yang setengah membentak, tante Ida menyuruh aku menjaga rumah. Dari pada BT sendiri, mending nonton BF aja di kamar, pikirku. TV mulai kunyalakan, kuambil CD porno yang kemarin kupinjam ditempat persewahan dekat rumah, adegan-adegan panas nampak di layar. Mendengar desahan-desahan artis BF yang cantik dan bahenol tersebut membuat aku terangsang. Dgn lincahnya tanganku melucuti celana beserta CD-ku sendiri. Burungku yang sedari tadi tegak mengacung kukocok perlahan. Film yang kutonton itu cukup panas, sehingga aku menjadi semakin bergairah. Kutanggalkan pakaian yang masih melekat, akhirnya tubuhku tanpa ada penutup sekalipun. Kocokan tanganku semakin cepat seiring dgn makin panasnya adegan yang kutonton. Kurasakan ada getaran dlm penisku yang ingin meyeruak keluar. Aku mau orgasme, tiba-tiba Anton.. apa yang kamu lakukan!! teriak sebuah suara yang aku kenal. Ooooohh Tante ! aku kaget setengah mati dan sgt bingung sekali saat itu. Tak kusangka tante Ida yang katanya mau pergi arisan bisa kembali secepat itu. Tanpa sadar aku bangkit berdiri dan kudekati tante Ida yang cantik tapi judes itu, yang masih berdiri dlm keadaan kaget dgn mata membelalak melihat keadaanku yang telanjang bulat dgn penisku yang panjang dan besar dlm keadaan tegang itu. Tiba-tiba entah setan mana yang mendorongku, secara refleks saja aku menyergap dan mendekap tubuh tante Ida yang mungil padat itu.


Badannya yang mungil dan tingginya yang hanya sampai sebahu dari ku, ku bekap dgn kuat dan kutarik agak keatas, sehingga tante Ida hanya berdiri dgn ujung jari kakinya saja dgn kepala agak tertengadah keatas, krn kaget. Dgn cepat kucium dan kulumat bibir tipisnya yang seksi. Eeeehhhh ppppffffff !!! badan tante Ida seketika mengejang dan agak menggeliat menerima perlakuan yang tidak pernah dia sangka akan berani aku lakukan itu dan sesaat kemudian dia mulai memberontak dgn hebat, sehingga ciumanku terlepas. Anton.. jangan kurang ajar.. berani benar kau ini.. ingat, Toonnn.. Aku ini istri om mu !!! Cepat lepas nanti kulaporkan kau ke om mu teriak tante Ida dgn suara garang mencoba mengancamku. Aku tak lagi peduli, salah tante Ida sendiri sih, orang mau orgasme kok diganggu. Dgn buasnya aku jilat belakang telinga dan tengkuknya, kedua payudaranya yang biarpun tidak terlalu besar, tapi padat itu langsung kuramas-ramas dgn buas, sampai tante Ida menjerit-jerit. Disamping nafsuku yang memang sdh menggila itu, ada jg rasa ingin balas dendam dan mau mengajar adat padanya atas perlakuan dan pandangannya yang sgt menghina padaku.


Dia mencoba berteriak, tapi dgn cepat aku segera menciumnya lagi. Ada kali 10 menit aku melakukan hal itu, sementara tante Ida terus meronta-ronta, dan mengancamku serta mencaci maki, entah apa saja yang dikatakannya, aku sdh tidak memperdulikannya lagi. Aku terus menyerangnya dgn buas dan mengelus-elus dan meramas-ramas seluruh tubuhnya sambil terus mencium mulutnya dgn rakus. Dia tidak dapat melepaskan diri dari dekapanku, krn memang tubuhku yang tinggi 175 cm dgn badan yang atletis dan berotot, tidak sebanding dgn tubuh tante Ida yang 155 cm dan mungil itu. Akibat seranganku yang bertubi-tubi itu, lama kelamaan kurasakan tidak ada lagi perlawanan dari tante Ida, entah krn dia sdh lelah atau mungkin dia mulai terangsang jg. 


Merasa sdh tidak ada perlawanan lagi dari tante Ida, penisku yang panjang dan besar yang sdh sgt tegang itu kugosok-gosok pada perutnya dan kemudian kuraih tangannya yang mungil dan kuelus-elus ke penisku, tangan mungilnya kugosok-gosok, mengocok penisku yang mulai mengeras. Tubuhnya terasa mengejang, akan tetapi kedua matanya masih terpejam, dan tidak ada perlawanan darinya. Kemudian ketika dgn perlahan kubuka baju tante Ida, dia dgn lemah masih mencoba menahan tanganku, akan tetapi tanganku yang satu mengunci kedua tangannya dan tanganku yang lain membuka satu demi satu kancing-kancing blusnya, dan perlahan-lahan mempertontonkan keindahan tubuh di balik kain itu.  Setelah berhasil membuka blus dan BH-nya, kuturunkan ciumanku menuju ke payudara tante Ida yang padat berisi aaammmpuunn Toonnnnn iiii.. iiingaaattttt.. Tooonnn. . !!! Kucium dan kulumat putingnya yang berwarna kecoklatan itu. Terkadang kugigit dan kupuntir putingnya, sementara kusingkap roknya dan jari-jariku mulai mengelus-elus kemaluannya yang masih tertutup CD. iiiiiiiii.. ooohhh.. aaaahhhhh.. sshh..Toooonnnnn ! !!!! akibat perlakuanku itu, kayaknya tante Ida mulai terangsang jg, itu terasa dari tubuhnya yang mengejang kaku dan dengusan nafasnya makin terdengar kuat. Aku makin memperhebat seranganku dan tiba-tiba tubuh tante Ida bergetar dgn kuat dan jaaa. . jaaa angaaannn. Tooonnnn iiii ngaaaatttt. . Tooo nnn oooohhhhhhh aaaaaggggghhh aaaaggghhh. aaaaggggggggghhhhh !!!!! akhirnya, disertai tubuhnya yang mengejang dan menggeliat-geliat kuat, serta kedua tangannya mendekap punggung ku. Seerrr.. cairan kewanitaan tante Ida membasahi CD nya sekalian jemariku.


Setelah masa orgasmenya berlalu, terasa badan tante Ida melemas terkulai dlm dekapanku dan kedua matanya masih terpejam rapat, entah perasaan apa yang sedang bergelora dlm tubuhnya, puas, malu atau putus asa akibat perlakuanku terhadap nya, sehingga dia mencapai orgasme itu. Tarikan nafasnya masih terengah-engah. Kami terdiam sejenak, sementara tubuh tante Ida bersandar lemas dlm dekapanku dgn mata. Jemari lentik tante Ida masih menggenggam penisku yang masih tegak mengacung. Akhirnya secara perlahan-lahan kepala tante Ida menengadah keatas dan terlihat pandangan matanya yang sayu menatapku, sehingga menambah kecantikan wajahnya dan secara lembut terdengar suaranya Oooohhhh. Toonnnn, apa yang kau perbuat pada tantemu ini. Eeeehhmmm maafkan Anton tante. Anton lupa diri. abis tante tadi masuk tiba-tiba selagi Anton akan mencapai klimaks. salah tante sendiri sihhh . lagi pula tante amat cantik sihhh..!!!!!! sahutku mencari-cari alasan sekenanya. Sekarang kayaknya tante Ida sdh pasrah dan sambil tanganya masih menggenggam penisku katanya lagi.. Tooonnnn..punya kamu gede amat yaaaa. Punya Om mu nggak sampaisegede ini. . !! Aaahhhhh, tante apa betull ! memang penis ku panjangnya 20 cm dan gede jg dgn kepalanya yang bulat besar, apalagi kalau lagi sgt bernafsu begini. Jemari lentik tante Ida yang tadinya hanya menggenggam saja, kini mulai memainkan penisku dgn manja. Seperti mendapat mainan baru, tangan tante Ida tak mau lepas dari situ. Taaannnnn. , kok diiiii..dii diamin aja, dikocok dong, Taannn. biar enaaakkk. !!!! Ton, Ton.. kamu keburu nafsu aja. aaaaggghhh. !!!, perlahan-lahan kedua tanganku menekan bahu tante Ida, sehingga tubuh tante Ida berjongkok dan sesaat kemudian kepalanya telah sejajar dgn selangkanganku. Kedua tangannya segera menggenggam penisku dan kemudian tante Ida mulai menjilati kepala penisku dgn lidahnya. Bergetar seluruh tubuhku menerima rangsang dari mulut tante Ida. Dijilatnya seluruh batang kemaluanku, mulai dari pangkal sampai ujung. Tak ada bagian yang terlewat dari sapuan lidahnya.


Dikocoknya penisku didlm mulutnya, tapi tak semuanya bisa masuk. Mungkin hanya 3/4 nya saja yang dapat masuk ke mulut tante Ida. Kurasakan dinding tenggorokan tante Ida menyentuh kepala penisku. Sungguh sensasi sgt luar biasa menjalar ke seluruh tubuhku. Cukup lama jg tante Ida mengulum penisku. Kurasakan batang penisku mulai membesar dan makin mengeras. Dari dlm kurasakan ada sesuatu yang memaksa untuk keluar. Merasa aku akan keluar, tante Ida semakin cepat mengocok batang kemaluanku. Taaannnnn. . ah. . aohh.. taaannn.. Anton mo keluar, . aaauuugghhhh..taaannnn. . !!!!!!! Akhirnya. . Croott. . croott. . croottt.. Hampir sepuluh kali cairan itu menyembur dari ujung penisku. Diminumnya air maniku dgn, dijilatinya semua, sampai tak ada lagi cairan yang tersisa. Meskipun sdh keluar tetapi penisku tetap saja masih tegar, meski tak seberapa keras lagi. Melihat itu, tante Ida mencium-cium kepala penisku dan menjilat-jilatnya hingga bersih.
Kemudian kutarik berdiri tubuh tante Ida dan kudorong ke tempat tidur, sehingga tante Ida terlentang diatas tempat tidur. Dgn cepat kulucuti rok sekalian CD nya, sehingga sekarang tante Ida terlentang diatas tempat tidur dgn tubuhnya yang mungil tapi padat itu berada dlm keadaan telanjang bulat. Tante Ida hanya menatap ku dgn pandangan yang sayu dan terlihat pasrah. Aku naik keatas tempat tidur dan kedua kakinya kupentang lebar-lebar dan aku berjongkok diantara kedua pahanya yang terpentang membuka lebar kemaluannya yang telah licin, siap untuk diterobos. Kupegang batang penisku dan kugosok-gosok sepanjang bibir kemaluannya, sambil kutekan-tekan pelahan. Merasakan gesekan-gesekan lembut vagina tante Ida, penisku mulai mengeras kembali. Ku ambil tangan tante Ida dan ku tempatkan pada batang penisku, segera digengamnya penisku dan diarahkan ke lubang kemaluannya. Dgn sedikit gerakan menekan, kepala penisku perlahan-lahan mulai masuk setengah ke lobang kemaluan tante Ida.


Terasa lobang kemaluan tante Ida sgt sempit mencengkeram batang kemaluanku. Dinding kemaluan tante membungkus rapat batang kemaluanku, kutekan lagi dan tubuh tante Ida menggeliat Kugerakan perlahan-lahan pinggulku menekan kebawah, sehingga penisku terbenam makin dlm kelobang kemaluannya, 


dlm. . dlm. . terus terus. . daannnn. . . kemudian ujung kepala penisku terasa mentok, krn beberapa kali tubuh tante Ida mengejang ketika aku mencoba menekan lebih kuat, aku kemudian mulai menarik keluar dan selanjutnya memompa keluar masuk. Dgn bersemangat aku mulai menaik-turunkan tubuhku. 


Gerakan naik-turun yang terkadang diselingi dgn gerakan memutar, sungguh merupakan sensasi yang sgt luar biasa. Apalagi posisi kedua paha tante Ida terkangkang lebar-lebar, membuat tikaman-tikamanku terasa jauh didlm dasar lobang kemaluannya. Aku dapat melihat payudara tante Ida bergerak-gerak keatas kebawah setiap kali aku menekan masuk penisku dlm-dlm sehingga kedua selangkangan kami berhimpit rapat-rapat.


Kemudian kurasakan otot-otot kemaluan tante Ida dgn kuat menyedot penisku. Semakin lama kurasa semakin kuat saja kemaluan tante Ida menjepit penisku. Kulihat wajah tante Ida nampak makin memerah menahan orgasme keduanya yang akan melandanya sebentar lagi. 


Maaauuuu keee keeeeluaraarrrr lagi, Toonnnnn !!!!!!!. Dan. . Seeeeerrrr..kurasakan cairan hangat membasahi penisku. Sementara nafsuku sdh sgt memuncak menuntut penyelesaiannya, aku sdh tidak bisa lagi bertindak halus, tanpa banyak bicara, segera saja kupompa pantatku dgn cepat dan gencar, mendapat serangan yang agak kasar dan tiba-tiba itu tante Ida menjerit-jerit kesakitan. Meskipun lobang kemaluan tante Ida telah basah dan licin banget, tapi tetap saja terasa seret untuk ukuran penisku yang besar. Tak kuhiraukan lagi suara tante Ida yang menjerit-jerit kesakitan, yang ada dipikiranku saat itu adalah aku ingin segera mengakhiri permainan ini dan merasakan nikmat yang akan datang padaku.


Kurasakan otot-otot penisku mulai berdenyut-denyut dgn kerasnya, ada sesuatu yang berusaha untuk keluar dari batang penisku. Kucoba untuk menahannya selama mungkin agar tidak segera keluar, tapi jepitan dinding kemaluan tante Ida akhirnya meruntuhkan pertahananku. Aaaaaauuddddduuhhhh taaannnnnn teeeee oooooohhhhh..!!!! keluhan panjang penuh kenikmatan keluar dari mulut ku disertai dgn croott.. croott. croooootttt. semburan. . maniku menyemprot dgn kuat, mengisi relung-relung terdlm lobang kemaluan tante Ida, kemudian badanku tertelungkup lemas menidih badan mungi tante Ida, sementara kuubiarkan penisku tetap didlm kemaluan tante Ida untuk merasakan sisa-sisa orgasmeku.


 Kurasakan kemaluan tante Ida tetap saja berdenyur-denyut, meski tak sekuat tadi. Taannnn, terima kasih ya, udah mau temenin Anton main. !!!! kataku dgn manja. Kamu, tuh, Ton, kalau lagi nafsu jangan main maksa dong, masak tantemu sendiri kamu perkosa jg..!!!! Iiihhhhh tante..tapi tante senang jg. kaannnn… Iya.. siiihhh. !!!!! kata tante Ida malu-malu.


Sejak saat itu sikap tante Ida terhadapku berobah seratus persen, biarpun sikap kami ini tetap terjaga dihadapan om dan adik tante Ida. Aku dan tante Ida sering berhubungan sex bersama kalau rumah lagi sepi. Aku makin merasa akung saja terhadap tante Ida, apalagi tante Ida melayani nafsu sex aku dgn rela dan sepenuh hati.
TAMAT


STUDY TOUR

ada suatu liburan sekolah yang panjang, kami dari sebuah SLTA mengadakan pendakian gunung di Jawa Timur. Rombongan terdiri dari 5 laki-laki dan 5 wanita. Diantara rombongan itu satu guru wanita ( guru biologi) dan satu guru pria ( guru olah raga ). Acara liburan ini sebenarnya amat tidak didukung oleh cuaca. Soalnya, acara kami itu diadakan pada awal musim hujan.
Tapi kami tidak sedikitpun gentar menghadapi ancaman cuaca itu. Ada yang sedikit mengganjal hati saya, yakni Ibu Guru Anisa ( saya memanggilnya Anisa ) yang terkenal galak dan judes itu dan anti cowok ! denger-denger dia itu lesbi. Ada yang bilang dia patah hati dari pacarnya dan kini sok anti cowok. Bu Anis usianya belum 30 tahun, sarjana, cantik, tinggi, kulit kuning langsat, full press body. Sedangkan teman – teman cewek lainnya terdiri dari cewek-cewek bawel tapi cantik-cantik dan periang, cowoknya, terus terang saja, semuanya bandit asmara ! termasuk pak Martin guru olah raga kami. Perjalanan menuju puncak gunung, mulai dari kumpul di sekolah hingga tiba di kaki gunung di pos penjagaan I kami lalui dengan riang gembira dan mulus-mulus saja. Seperti biasanya rombongan berangkat menuju ke sasaran melalui jalan setapak. Sampai tengah hari, kami mulai memasuki kawasan yang berhutan lebat dengan satwa liarnya, yang sebagian besar terdiri dari monyet-monyet liar dan galak. Menjelang sore, setelah rombongan istirahat sebentar untuk makan dan minum, kami berangkat lagi. Kata pak Martin sebentar lagi sampai ke tujuan. Saking lelahnya, rombongan mulai berkelompok dua-dua. Kebetulan aku berjalan paling belakang menemani si bawel Anisa dan disuruh membawa bawaannya lagi, berat juga sih, sebel pula! Sebentar-sebentar minta istirahat, bahkan sampai 10 menit, lima belas menit, dan dia benar-benar kecapean dan betisnya yang putih itu mulai membengkak.
Kami berangkat lagi, tapi celaka, rombongan di depan tidak nampak lagi, nah lo ?! Kami kebingungan sekali, bahkan berteriak memanggil-manggil mereka yang berjalan duluan. Tak ada sahutan sedikitpun, yang terdengar hanya raungan monyet-monyet liar, suara burung, bahkan sesekali auman harimau. Anisa sangat ketakutan dengan auman harimau itu. Akhirnya kami terus berjalan menuruti naluri saja. Rasa-rasanya jalan yang kami lalui itu benar, soalnya hanya ada satu jalan setapak yang biasa dilalui orang.
Sial bagi kami, kabut dengan tiba-tiba turun, udara dingin dan lembab, hari mulai gelap, hujan turun rintik-rintik. Anisa minta istirahat dan berteduh di sebuah pohon sangat besar. Hingga hari gelap kami tersasar dan belum bertemu dengan rombongan di depan. Akhirnya kami memutuskan untuk bermalam di sebuah tepian batu cadas yang sedikit seperti goa.
Hujan semakin lebat dan kabut tebal sekali, udara menyengat ketulang sumsum dinginnya. Bajuku basah kuyup, demikian juga baju Anisa. Dia menggigil kedinginan. Sekejap saja hari menjadi gelap gulita, dengan tiupan angin kencang yang dingin. Kami tersesat di tengah hutan lebat.
Tanpa sadar Anisa saking kedinginan dia memeluk aku. “Maaf” katanya. Aku diam saja, bahkan dia minta aku memeluknya erat-erat agar hangat tubuhnya. Pelukan kami semakin erat, seiring dengan kencangnya deras hujan yang dingin. Jika aku tak salah, hampir tiga jam lamanya hujan turun, dan hampir tiga jam kami berpelukan menahan dingin.
Setelah hujan reda, kami membuka ransel masing-masing. Tujuan utamanya adalah mencari pakaian tebal, sebab jaket kami sudah basah kuyup. Seluruh pakaian bawaan Anisa basah kuyup, aku hanya punya satu jaket parasut di ransel. Anisa minta aku meminjamkan jakaetku. Aku setuju. Tapi apa yag terjadi ? wow…Anisa dalam suasana dingin itu membuka seluruh pakaiannya guna diganti dengan yang agak kering. Mulai dari jaket, T. Shirt nya, BH nya, wah aku melihat seluruh tubuh Anisa. Dia cuek saja, payudaranya nampak samar-samar dalam gelap itu. Tiba-tiba dia memelukku lagi.

“Dingin banget” katanya. “Terang dingin , habis kamu bugil begini” jawabku. “Habis bagaimana? basah semua, tolong pakein aku jeketmu dong ?” pinta Anisa. Aku memakaikan jaket parasut itu ketubuh Anisa. Tanganku bersentuhan dengan payudaranya, dan aku berguman ” Maaf Nisa ?”
“Enggak apa-apa ?!”: sahutnya. Hatiku jadi enggak karuan, udara yang aku rasakan dingin mendadak jadi hangat, entah apa penyebabnya. Anisa merangkulku, “Dingin” katanya, aku peluk saja dia erat-erat. ” Hangat bu ?” tanyaku ” iya, hangat sekali, yang kenceng dong meluknya ” pintanya. Otomatis aku peluk erat-erat dan semakin erat.
Aneh bin ajaib, Anisa tampak sudah berkurang merasakan kedinginan malam itu, seperti aku juga. Dia meraba bibirku, aku reflex mencium bibir Anisa. Lalu aku menghindar. “Kenapa?” tanya Anisa” Maaf Nisa ? ” Jawabku.
”Tidak apa-apa Rangga, kita dalam suasana seperti ini saling membutuhkan, dengan begini kita saling bernafsu, dengan nafsu itu membangkitkan panas dalam darah kita, dan bisa mengurangi rasa dingin yang menyengat.
Kembali kami berpelukan, berciuman, hingga tanpa sadar aku memegang payudaranya Anisa yang montok itu, dia diam saja, bahkan seperti meningkat nafsu birahinya. Tangannya secara reflek merogoh celanaku kedalam hingga masuk dan memegang penisku. Kami masih berciuman, tangan Anisa melakukan gerakan seperti mengocok-ngocok ‘Mr. Penny’ku. Tanganku mulai merogoh ‘Ms. Veggy’nya Anisa, astaga ! dia rupanya sudah melepas celana dalamnya sedari tadi. Karena remang-remang aku sampai tak melihatnya. ‘Ms. Veggy’nya hangat sekali bagian dalamnya, bulunya lebat. 
Anisa sepontan melepas seluruh pakaiannya, dan meminta aku melepas pula . Aku tanpa basa basi lagi langsung bugil. Kami bergumul diatas semak-semak, kami melakukan hubungan badan ditengah gelap gulita itu. Kami saling ganti posisi, Anisa meminta aku dibawah, dia diatas. Astaga, goyangnya!! Pengalaman banget dia ? kan belum kawin ?


” Kamu kuat ya?” bisiknya mesra.
” Lumayan sayang ?!” sahutku setengah berbisik.
” Biasa main dimana ?” tanyanya “Ada apa sayang?” tanyaku kembali. ” Akh enggak” jawabnya sambil melepas ‘Ms. Veggy’nya dari ‘Mr. Penny’ku, dan dengan cekatan dia mengisap dan menjilati ‘Mr. Penny’ku tanpa rasa jijik sedikitpun. Anisa meminta agar aku mengisap payudaranya, lalu menekan kepalaku dan menuntunnya ke arah ‘Ms. Veggy’nya. Aku jilati ‘Ms. Veggy’ itu tanpa rasa jijik pula. 


Tiba-tiba saja dia minta senggama lagi, lagi dan lagi, hingga aku ejakulasi. Aku sempat bertanya, “Bagaimana jika kamu hamil ?”
”Don’t worry !” katanya. Dan setelah dia memebersihkan ‘Ms. Veggy’nya dari spermaku, dia merangkul aku lagi. Malam semakin larut, hujan sudah reda, bintang-bintang di langit mulai bersinar. Pada jam 12 tengah malam, bulan nampak bersinar terang benderang. Paras Anisa tampak anggun dan cantik sekali. Kami ngobrol ngalor-ngidul, soal kondom, soal sekolah, soal nasib guru, dsb. Setelah ngobrol sekian jam, tepat pukul 3 malam, Anisa minta bersetubuh denganku lagi, katanya nikmat sekali ‘Mr. Penny’ku. Aku semakin bingung, dari mana dia tahu macam-macam rasa ‘Mr. Penny’, dia kan belum nikah ? tidak punya pacar ? kata orang dia lesbi. Aku menuruti permintaan Anisa. Dia menggagahi aku, lalu meminta aku melakukan pemanasan sex (foreplay). Mainan Anisa bukan main hebatnya, segala gaya dia lakukan. Kami tak peduli lagi dengan dinginnya malam, gatalnya semak-semak. Kami bergumul dan bergumul lagi. Anisa meraih tanganku dan menempelkan ke payudaranya. Dia minta agar aku meremas-remas payudaranya, lalu memainkan lubang ‘Ms. Veggy’nya dengan jariku, menjilati sekujur bagian dagu. Tak kalah pula dia mengocok-ngocok ‘Mr. Penny’ku yang sudah sangat tegang itu, lalu dijilatinya, dan dimasukkannya kelubang vaginanya, dan kami saling goyang menggoyang dan hingga kami saling mencapai klimaks kenikmatan, dan terkulai lemas.


Anisa minta agar aku tak usah lagi menyusul kelompok yang terpisah. Esoknya kami memutuskan untuk berkemah sendiri dan mencari lokasi yang tak akan mungkin dijangkau mereka. Kami mendapatkan tempat ditepi jurang terjal dan ada goa kecilnya, serta ada sungai yang bening, tapi rimbun dan nyaman. Romantis sekali tempat kami itu. Aku dan Anisa layaknya seperti Tarzan dan pacarnya di tengah hutan. Sebab seluruh baju yang kami bawa basah kuyup oleh hujan. Anisa hanya memakai selembar selayer yang dililitkan diseputar perut untuk menutupi kemaluannya. Aku telanjang bulat, karena baju kami sedang kami jemur ditepi sungai. Anisa dengan busana yang sangat minim itu membuat aku terangsang terus, demikian pula dia. Dalam hari-hari yang kami lalui kami hanya makan mi instant dan makanan kaleng.
Tepat sudah tiga hari kami ada ditempat terpencil itu. Hari terakhir, sepanjang hari kami hanya ngobrol dan bermesraan saja. Kami memutuskan esok pagi kami harus pulang. 


Di hari terakhir itu, kesmpatan kami pakai semaksimal mungkin. Di hari yang cerah itu, Anisa minta aku mandi bersama di sungai yang rimbun tertutup pohon-pohon besar. Kami mandi berendam, berpelukan, lalu bersenggama lagi. Anisa menuntun ‘Mr. Penny’ku masuk ke ‘Ms. Veggy’nya. Dan di menggoyangkan pinggulnya agar aku merasa nikmat. Aku demikian pula, semakin menekan ‘Mr. Penny’ku masuk kedalam ‘Ms. Veggy’nya.


Di atas batu yang ceper nan besar, Anisa membaringkan diri dengan posisi menantang, dia menguakkan selangkangngannya, ‘Ms. Veggy’nya terbuka lebar, disuruhnya aku menjilati bibir ‘Ms. Veggy’nya hingga klitoris bagian dalam yang ngjendol itu. Dia merasakan nikmat yang luar biasa, lalu disuruhnya aku memasukkan jari tengahku ke dalam lubang ‘Ms. Veggy’nya, dan menekannya dalam-dalam. 


Mata Anisa merem melek kenikmatan. Tak lama kemudian dia minta aku yang berbaring, ‘Mr. Penny’ku di elus-elus, diciumi, dijilati, lalu diisapnya dengan memainkan lidahnya, Anisa minta agar aku jangan ejakulasi dulu,


“Tahan ya ?” pintanya. ” Jangan dikeluarin lho ?!” pintanya lagi.
Lalu dia menghisap ‘Mr. Penny’ku dalam-dalam. Setelah dia enggak tahan, lalu dia naik diatasku dan memasukkan ‘Mr. Penny’ku di ‘Ms. Veggy’nya, wah, goyangnya hebat sekali, akhirnya dia yang kalah duluan. 


Anisa mencubiti aku, menjambak rambutku, rupanya dia ” keluar”, dan menjerit kenikmatan, lalu aku menyusul yang “keluar” dan oh,,,,oh…oh….muncratlah air maniku dilubang ‘Ms. Veggy’ Anisa.


“Jahat kamu ?!” kata Anisa seraya menatapku manja dan memukuli aku pelan dan mesra. Aku tersenyum saja. ” Jahat kamu Rangga, aku kalah terus sama kamu ” Ujarnya lagi. Kami sama-sama terkulai lemas diatas batu itu.
 Esoknya kami sudah berangkat dari tempat yang tak akan terlupakan itu. Kami memadu janji, bahwa suatu saat nanti kami akan kembali ke tempat itu. Kami pulang dengan mengambil jalan ke desa terdekat dan pergi ke kota terdekat agar tidak bertemu dengan rombongan yang terpisah itu. Dari kota kecil itu kami pulang ke kota kami dengan menyewa Taxi, sepanjang jalan kami berpelukan terus di dalam Taxi. Tak sedikitpun waktu yang kami sia-siakan. Anisa menciumi pipiku, bibirku, lalu membisikkan kata
” Aku suka kamu ” Aku juga membalasnya dengan kalimat mesra yang tak kalah indahnya. Dalam dua jam perjalanan itu, tangan dan jari-jari Anisa tak henti-hentinya merogoh celana dalamku, dan memegangi ‘Mr. Penny’ku. Dia tahu aku ejakulasi di dalam celana, bahkan Anisa tetap mengocok-ngocoknya. Aku terus memeluk dia, pak Supir tak ku ijinkan menoleh kami kebelakang, dia setuju saja. Sudah tiga kali aku ” keluar” karena tangan Anisa selalu memainkan ‘Mr. Penny’ku sepanjang perjalanan di Taxi itu.
” Aku lemas sayang ?!” bisikku mesra


” Biarin !” Bisiknya mesra sekali. ” Aku suka kok !” Bisiknya lagi.
Tidak mau ketinggalan aku merogoh celana olah raga yang dipakai Anisa. Astaga, dia tidak pakai celana dalam. Ketika jari-jari tanganku menyolok ‘Ms. Veggy’nya, dia tersenyum, bulunya ku tarik-tarik, dia meringis, dan apa yang terjadi ? astaga lagi, Anisa sudah ‘keluar’ banyak, ‘Ms. Veggy’nya basah oleh semacam lendir, rupanya nafsunya tinggi sekali, becek banget. 
Tangan kami sama-sama basah oleh cairan kemaluan. Ketika sampai di rumah Anisa, aku disuruhnya langsung pulang, enggak enak sama tetangga katanya. Dia menyodorkan uang dua lembar lima puluh ribuan, aku menolaknya, biar aku saja yang membayar Taxi itu. Lalu aku pulang.
Hari-hari berikutnya di sekolah, hubunganku dengan Anisa guru biologiku, nampak wajar-wajar saja dari luar. Tapi ada satu temanku yang curiga, demikian para guru. Hari-hari selanjutnya selalu bertemu ditempat-tempat khusus seperti hotel diluar kota, di pantai, bahkan pernah dalam suatu liburan kami ke Bali selama 12 hari.
Ketika aku sudah menyelesaikan studiku di SLTA, Anisa minta agar aku tak melupakan kenangan yang pernah kami ukir. Aku diajaknya ke sebuah Hotel disebuah kota, yah seperti perpisahan. Karena aku harus melanjutkan kuliah di Australia, menyusul kakakku. Alangkah sedihnya Anisa malam itu, dia nampak cantik, lembut dan mesra. Tak rela rasanya aku kehilangan Anisa. Kujelaskan semuanya, walau kita beda usia yang cukup mencolok, tapi aku mau menikah dengannya. Anisa memberikan cincin bermata berlian yang dipakainya kepada aku. Aku memberikan kalung emas bermata zamrud kepada Anisa. Cincin Anisa hanya mampu melingkar di kelingkingku, kalungku langsung dipakainya, setelah dikecupinya. Anisa berencana berhenti menjadi guru, “sakit rasanya” ujarnya kalau terus menjadi guru, karena kehilangan aku. Anisa akan melanjutkan S2 nya di USA, karena keluarganya ada disana. Setelah itu kami berpisah hingga sekian tahun, tanpa kontak lagi.
Pada suatu saat, ada surat undangan pernikahan datang ke Apartemenku, datangnya dari Dra. Anisa Maharani, MSC. Rupanya benar dia menyelesaikan S2 nya.Aku terbang ke Jakarta, karena resepsi itu diadakan di Jakarta disebuah hotel bintang lima. Aku datang bersama kakakku Rina dan Papa. Di pesta itu, ketika aku datang, Anisa tak tahan menahan emosinya, dia menghampiriku ditengah kerumunan orang banya itu dan memelukku erat-erat, lalu menangis sejadi-jadinya.
“Aku rindu kamu Rangga kekasihku, aku sayang kamu, sekian tahun aku kehilangan kamu, andai saja laki-laki disampingku dipelaminan itu adalah kamu, alangkah bahagianya aku ” Kata Anisa lirih dan pelan sambil memelukku.
Kamu jadi perhatian para hadirin, Rina dan Papa saling tatap kebingungan. Ku usap airmata tulus Anisa. Kujelaskan aku sudah selesai S1 dan akan melanjutkan S2 di USA, dan aku berjanji akan membangun laboratorium yang kuberi nama Laboratorium “Anisa”. Dia setuju dan masih menenteskan air mata.
Setelah aku diperkenalkan dengan suaminya, aku minta pamit untuk pulang, akupun tak tahan dengan suasana yang mengharukan ini. Setelah lima tahun tak ada khabar lagi dari dia, aku sudah menikah dan punya anak wanita yang kuberi nama Anisa Maharani, persis nama Anisa. Ku kabari Anisa dan dia datang kerumahku di Bandung, dia juga membawa putranya yang diberi nama Rangga, cuma Rangga berbeda usia tiga tahun dengan Anisa putriku. Aku masih merasakan getaran-getaran aneh di hatiku, tatapan Anisa masih menantang dan panas, senyumnya masih menggoda. Kami sepakat untuk menjodohkan anak kami kelak, jika Tuhan mengijinkannya.
TAMAT



PERMAINAN TERLARANG

Namaku Roger, usia 28 tahun, sudah bekerja dan belum berkeluarga. Bisa dibilang cukup mapan, karena pekerjaanku hanyalah dirumah dan melayani biro penjualan bahan aneka tambang. Nah karena besarnya klien yang aku supply membuat aku sering berpetualang didunia perlendiran dengan alasan mempererat hubungan bisnis yang aku miliki. Hal ini membuatku berpengalaman dalam menangani gadis-gadis dan sering kami melakukan hubungan sex jika sudah horny. Maklum Gan, rumah saya sudah punya sendiri dan jauh dari ortu.
Nah inilah awal pertualangan saya ketika saat ada pembantu yang bernama Lis(samaran) dirumah. Awalnya karena sering harus keluar kota dan pulang malam, membuat saya harus memperkerjakan pembantu baru, lagian Mbok tua yang lama juga pensiun karena mengasuh cucu. Waktu bertemu di biro pembantu saya melihat wajahnya kaya Jupe, tapi coklat kehitaman kulitnya, tapi bodinya mantab Gan, dada 38, umur baru 16 tahun. Jadilah saya pinang gadis montok ini untuk bekerja dirumah.


Setelah sebulan bekerja, Lis rupa-rupanya orang yang supel dan gampang bergaul, enak diajak ngomong, sering juga saya ajak ke mall berbelanja, apalagi Lis suka kadangkala menggoda saya. “Pak Roger (panggilan saya) tadi malam ngapain sama Mbak Nita haayooo, kok acak-acakkan kamarnya”, katanya. “O, tadi malam saya main gulat sama dia, kamu kecil-kecil kok mau ikutan, huss digedein dulu dadanya sana.” “ Uda gede kok” katanya sambil mendekat mencubit pentil susu saya. Dalam hati saya berpikir kok cewek ini mulai berani ya. Apa doyan ngesex kali? Hari-hari berikutnya Lis jadi makin berani dan manja sama saya, maklum hanya kami berdua saja yang ada dirumah. Dia jadi makin suka mencubit tidak cuma dada saya, putting susu sayapun kerap jadi sasaran. Wah saya jadi gerah pengin meraba-raba tubuhnya, apalagi memegang payudaranya yang besar dan kencang itu. Tapi saya harus memastikan Lis juga mau diajak, jadi mulailah saya mempersiapkan strategi jitu.
Hari-hati kemudian saya mulai membalas setiap cubitan yang Lis lakukan dengan mesra kearah pinggangnya karena disitulah letak titik geli kebanyakan wanita, hingga suatu hari tiba-tiba saya meremas payudaranya dari luar baju kulot( daster yang terdiri dari atasan dan bawahan celana). Lis terperangah dan berkata :”Bapak mulai nakal ya”, “Habis saya dinakali duluan ama kamu”, kata saya sambil tersenyum. Tiba-tiba Lis menyerang kembali dengan cubitan yang lebih ganas kearah putting susu saya lagi dan saya hanya membiarkan dan kembali bukan lagi meremas tapi sudah memegang payudaranya. Keadaan ini rupa-rupanya membuat nafas Lis jadi tidak karuan, saya melihat dia agak menikmati remasan dan berusaha menghindar dengan berlari kearah salah satu kamar kami. Saya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan langsung mengejarnya dan menubruknya diatas ranjang dengan posisi saya diatas dan dia dibawah. Saya pura-pura mengelitik hingga Lis tertawa geli sambil mulai menjelajahi perut dan pinggangnya dari balik bajunya. Ditengah-tengah kondisi seperti ini ternyata membuat penis saya jadi menegang hingga menekan vagina Lis dari balik baju. Kondisi ini saya menfaatkan untuk menekan kearah vaginanya dengan berlahan-lahan dari balik celana dasternya berulang-ulang sambil terus menggelitik kearah payudaranya. 


Lis ternyata kebingungan dalam menghadapi serangan ini, antara geli dan kenikmatan yang mulai menjalar dari alat kelaminnya akibat kegesekan saya. Saya kemudian merekuh payudaranya dan sambil terus menggesekkan penis, Lis mulai menggumam “Bapak, ah ah, Bapak ah ah. Rupa-rupanya, Lis sudah mulai hanyut dalam kenikmatan dan pasrah bahkan ketika sodokan saya tambah keras, mulut Lis mulai mengeluarkan erangan-erangan, apalagi ditambah remasan tangan saya yang dengan leluasa mengerayangi kedua payudaranya yang montok. Sayapun mulai melepasi satu persatu kancing baju daster dan mencopot bh Lis tanpa perlawanan apa-apa. 


Ketika terbuka saya sungguh takjub, melihat kedua gunung yang besar dan terpampang indah, montok, ukuran 38 sejati, kulitnya yang berwarna coklat dan putingnya yang berwarna coklat kehitaman menjulang gagah seperti jarang dijamah orang. Secara refleks Lis berusaha menyilangkan tangannya dan menutupi kedua payudaranya. “Ah Bapak jangan, Lis malu,” Saya justru memeluknya sambil berbisik ditelinganya ”Payudaramu indah Lis”, lalu mulai menciumi leher gadis ini sambil terus menggesekan alat kelamin kami meskipun masih memakai celana.
Nafas Lis menjadi semakin tidak teratur, bahkan ketika saya mulai melepaskan kaosku, tangannya sudah tidak menutupi kedua susunya, tapi mulai memeluk dengan penuh napsu. Ciuman saya dari leher mulai naik kearah bibirnya yang sensual kayak Jupe. Awalnya mulut Lis hanya terdiam, tapi ketika saya mulai memakai lidah untuk mencium, mengkulum dan mengelitik lidahnya, mulailah Lis membalas ciuman dengan penuh hasrat. Mendapat tanggapan seperti ini, saya mulai menyentuh kedua payudaranya. Kenyal dan padat sekali, maklum Lis masih gadis dan belum pernah punya anak. Tanganku mulai meremas dan menggesek-gesek putting Lis dengan berlahan-lahan, tangan Lis tiba-tiba ikut meremas-remas payudara saya seolah-olah minta perlakuan yang lebih. Ciuman dari mulut perlahan-lahan saya turunkan ke lehernya dan mendekati payudara Lis. Ketika tiba diatas dua gunung kemukus Lis, secara refleks, saya menjulurkan lidah dan mempermainkan putting Lis dulu. Lis kembali mengerang dan menarik rambut saya dengan penuh kenikmatan. Hal ini membuat jilatan saya menjadi lebih liar dan berubah menjadi sedotan dan gigitan nikmat pada kedua putingnya. Mulut Lis mendesis menjadi tidak karuan, “Bapak, oh, enak sekali Pak, oh terus Pak,”
Tidak puas sampai disitu saja, saya mulai menurunkan tangan meraba perutnya masuk melalui celana dasterya. Ketika sampai diatas bukit kenikmatan Lis, saya dapat merasakan adanya cairan yang sudah membasahi CD nya. “Lis, aku buka ya celananya”, sambil terus melumat payudaranya. Awalnya Lis mencoba untuk menolak, sambil memegang celana dasternya. Saya menyadari Lis butuh jamahan yang lebih untuk merelakan celananya. Tidak kurang akal saya tetap sabar menciumi payudaranya dan mulai menggunakan tangan untuk meningkatkan kenikmatan dengan mulai meraba daerah selangkangan gadis ini. Mulai dari membelai pahanya dan meremas pantat yang padat gadis ini. Hasilnya Lis mulai terbuai dengan kenikmatan lagi, apalagi ketika saya mulai membelai Miss V nya dari luar CD. Tangan jariku mulai menggesek belahan mekinya, badan Lis menjadi bergerak mengikuti irama belaian jari-jari saya diatas lubang kenikmatannya. Sayapun mulai berani memasukkan jari-jari melewati sela-sela celana dalam Lis, terasa lembab dan berlendir serta ada bau kewanitaan Lis yang mulai terasa. Tanganku mulai bergerilya mencari klitoris dan mulai mempermaiankannya. “Ahh ….. aahh….hhhhmmmm….ssstttthhh “ Lis mengerang, mungkin seumur hidupnya belum pernah terangsang dengan demikian hebatnya. Gumpalan cairan vagina Lis semakin bertambah deras hingga, dengan tidak sadar ternyata celana daster Lis sudah tersingkap kebawah sebatas Cdnya. Sayapun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menurunkan celananya beserta celana dalamnya hingga kebawah. Saya tertegun melihat pemandangan ini, vagina yang masih jarang bulu-bulunya, dengan warna coklat, tapi masih sempit meskipun sudah berair. 


Spontan saya mendekarkan wajah untuk melihat lebih dalam, luar biasa, masih rapat, bibir-bibir vaginanya masih bersih tanda jarang dijamah. Sayapun tergoda untuk menciumnya, dengan berhati-hati saya mulai mencium bibir vagina Lis, mulai dari ciuman lalu berubah menjadi jilatan lubang vagina, ada terasa cairan asin yang mulai membanjiri vagina Lis dengan deras, kemudian naik perlahan-lahan hingga mencari klistorisnya. 
Saat bersamaan, Lis justru memegang dan mengempit kepala saya. “Pak…….ooouuuw, ssssstttt……enak sekali”. Ada kenikmatan yang dasyat dari vagina Lis yang tak tertahankan naik keatas sarafnya. Tanpa sadar pinggul mulus Lis terhentak-hentak mengikuti jilatan lidahku. Lidahku semakin liar menjilati setiap lekukan vagina Lis, naik turun, kesamping bahkan ini ciuman sedotan kearah klistorisnya yang paling membuat Lis menggelinjang dan mendesah-desah penuh birahi menandakan hampir mencapai kepuasan.
Seolah-olah tidak mau tahu, lidah saya justru semakin hebat menyapu klistoris Lis dengan dasyatnya. Lis kembali merintih dan mengejangkan pinggulnya dengan nikmatnya.


Saat itu tiba-tiba saya menghentikan jilatanku dan mengarahkan penisku memasuki vagina Lis. Tiba-tiba saya terkejut karena meskipun sudah basah kuyup, penisku yang berukuran 15 cm masih kesulitan menemukan lubang kenikmatan Lis. Tak kurang akal, saya kembali menggesekkan penisku dan mulai membelah bibir vagina Lis yang rapat. Pelan-pelan saya merasakan adanya celah dan dengan pelan-pelan saya memompa vagina Lis. 


Lis, menjerit kecil ketika seluruh batang penisku memasuki seluruh liang kemaluannya.Terasa hangat dan sempit bahkan penisku dapat merasakan otot-otot vagina Lis mencengkram dengan berdenyut-denyut. Saya bergerak dengan semakin liar mendorong dan menarik batang penisku diatas tubuh Lis yang berkontrasi menyambut datangnya kenikmatan yang memuncak. 


Terasa vagina Lis semakin licin, ditambah payudaranya yang kenyal membuatku semakin mempercepat melesakkan batang kemaluanku ke lubang kenikmatannya. Lis dengan mata terpejam, mengejangkan tubuhnya serta memelukku dengan erat,” Aaahh, Bapak, mau muncrat Pak”. 


Lis mengalami orgasme, saya merasakan ada cairan panas yang membasahi batang penisku. Sayapun juga sudah tidak mampu menahan lagi, kenikmatan yang kudapatkan dari jepitan kemaluan gadis ini, terasa seperti mencengkram batang kemaluanku, ada dua kenikmataan yang saya rasakan waktu memasukkan penisku, yaitu saat memasukkan penis dan saat Lis berkontrasi seperti memilin penis yang didalamnya, nikmat sekali.


Saat itu juga saya mengerang dan mencabut penisku serta memuntahkan seluruh ini sperma di perut Lis. Lis dengan terenggah-engah berkata :”Sudah ya Pak, nikmat sekali, kapan-kapan cubit-cubitan lagi ya”. 


Saya tersenyum dan merebahkan diri disampingnya sambil menyelimuti kami berdua. “Laen kali langsung saja, nda usah cubit-cubitan”.


KEBIASAAN BURUK Aku punya sebuah kebiasaan sejak lama. Aku suka sekali bila tubuhku dipandangi dengan bebas. Mungkin karena aku terl...