Ditanganku
saat itu ada hasil pemeriksaan USG yg menunjukkan gambar janin berusia 10
minggu yg sehat. Keputusanku untuk di USG sebenarnya bukan untuk melihat janin
ini tetapi untuk memeriksa perutku karena beberapa minggu ini aku merasa sering
mual-mual dan tidak sembuh-sembuh dengan obat-obatan biasa.
Aku tidak
menygka hubungan badanku dengan Amar akan membuatku hamil dengan cepat, padahal
hubungan badan pertamaku dengan Amar baru menginjak bulan ke-3.
Namaku Dessi,
seorang dokter di Bandung yg sedang mengambil spesialisasi mata saat cerita ini
terjadi. Umurku saat itu sekitar 36 tahun dan berstatus janda cerai dengan satu
anak perempuan ABG.
Mantan suamiku juga dokter ahli MAEMAN LApenyakit dalam yg belakangan aku ketahui punya kelainan sex, yaitu bisex (suka
perempuan dan laki-laki). Sehingga karena tidak tahan akhirnya aku minta cerai
setelah ayahku meninggal. Perceraian dan kehilangan ayah membuat aku menjadi
gamang, apalagi bagiku ayahku adalah segala-galanya. Kegamanganku
itu rupanya terbaca dan dimanfaatkan oleh dokter NL, seorang dokter senior yg
sangat dihormati di kotaku yg juga sekaligus menjadi dosen pembimbing program
spesialisku. Dengan pendekatan kebapakannya dia akhirnya bisa membawaku ke
ranjangnya tanpa banyak kesulitan. Affair kami awalnya berlangsung cukup panas
karena kami punya banyak kesempatan bersama untuk melakukannya di manapun kami
ingin, seperti di tempat praktek, di rumah sakit, di rumah dokter NL (saat ada
istrinya) bahkan di dalam pesawat kecil (dokter NL ini adalah juga seorang
pilot).
Karena
alasanku berhubungan dengannya adalah untuk mengisi kekosongan sosok seorang
ayah, maka aku pada awalnya tidak begitu peduli dengan kualitas hubungan seks
yg aku dapat yaitu jarangnya aku mendapat orgasme. Hubungan kami inipun tidak
pernah membuatku sampai hamil walaupun kami sering melakukannya pada periode
suburku tanpa pengaman. Karena
perbedaan umur yg cukup jauh, pelan-pelan aku mulai ada rasa bosan setiap kali
berhubungan badan dengan pembimbingku ini. Apalagi kedekatanku dengan dokter NL
ini membuatku mulai dijauhi oleh teman-teman kuliahku yg secara tidak langsung
mulai menghambat program spesialisasiku. Akhirnya pada suatu acara reuni
kecil-kecilan SMAku, aku bertemu lagi dengan sahabat-sahabat lamaku, termasuk
Amar. Aku dan Amar sebenarnya sewaktu di SMA bersahabat sangat dekat sehingga
beberapa teman menganggap kami pacaran. Tapi setelah lulus SMA, Amar memilih
untuk berpacaran dengan sahabatku yg lain yg kemudian menjadi istrinya.
Kalau
sebelumnya aku lebih sering berhubungan dengan istrinya Amar, bahkan kedua anak
kami juga bersahabat. Tapi setelah acara reuni itu, aku juga menjadi sering
bekomunikasi kembali dengan Amar, baik lewat telepon maupun SMS. Akhirnya Amar
menjadi teman curhatku, termasuk masalah affairku dengan dokter NL dan entah
kenapa aku menceritakannya dengan detail sampai ke setiap kejadian.
Amar adalah
pendengar yg baik dan dia sama sekali tidak pernah langsung menghakimi apa yg
telah kulakukan, terutama karena tahu persis latar belakangku. Komunikasiku
dengan Amar sebagian besar sepengetahuan istrinya, walaupun detailnya hanya
menjadi rahasia kami berdua. Kalau aku sudah suntuk teleponan, kadang-kadang
dia mengajakku jalan-jalan untuk ngobrol langsung sehingga pelan-pelan aku
mulai bisa melupakan afairku dengan dokter NL dan mencoba membina hubungan yg
baru dengan beberapa laki-laki yg dikenalkan oleh teman-temanku.
Saygnya aku
sering kurang merasa sreg dengan mereka, terutama karena mereka tidak bisa
mengerti mengenai jam kerja seorang dokter yg sedang mengambil kualiah
spesialisnya. Lagi-lagi kalau ada masalah dengan teman-teman priaku ini aku
curhat kepada Amar yg sebagai anak seorang dokter Amar memang juga bisa
memahami kesulitanku dalam mengatur waktu dengan mereka. Hingga pada suatu
siang aku mengajak Amar untuk menemaniku ke rumah peristirahatan keluargaku di
Lembang yg akan dipakai sebagai tempat reuni akbar SMAku.
Aku ingin
minta saran Amar tentang bagaimana pengaturan acaranya nanti disesuaikan dengan
fasilitas yg tersedia di sana. Seperti biasa sepanjang jalan kita banyak
ngobrol dan bercanda, tapi entah kenapa obrolan dan canda kita berdua kali ini
sering menyinggung seputar pengalaman dan fantasi dalam hubungan seks
masing-masing.
Sekali-sekali
kita juga bercanda mengenai “perabot” kita masing-masing dan apa saja yg suka
dilakukan dengan “perabot” itu saat bersetubuh. Entah kenapa dari obrolan yg
sebenarnya lebih banyak bercandanya ini membuat aku mulai sedikit terangsang,
putingku kadang-kadang mengeras dan memekku mulai terasa sedikit berlendir.
Waktu aku
lirik celananya Amar juga terlihat lebih menonjol yg mungkin karena k0ntolnya
juga berereksi. Dalam pikiranku mulai terbaygkan kembali beberapa hubungan
badan di masa lalu yg paling berkesan kenikmatannya. Tanpa terasa akhirnya kami
sampai di rumah peristirahatan keluargaku, perhatianku jadi teralihkan untuk
memberi pesan-pesan kepada mamang penjaga rumah dan tukang kebun yg ada di sana
untuk mempersiapkan rumah tersebut sebelum akhirnya membawa Amar berkeliling
rumah.
Seperti waktu
SMA dulu, obrolan kami kadang-kadang diselingi dengan saling bergandengan
tangan, saling peluk dan rangkul atau sekedar mengelus-elus kepala dan pipi.
Setelah selesai berkeliling kami kembali ke ruang tengah yg mempunyai perapian
yg biasa dipakai menghangatkan ruangan dari udara malam Lembang yg cukup
dingin.
Di sana Amar kembali memeluk
pinggangku dengan kedua tangannya dari depan sehingga kami dalam posisi
berhadapan. Pelukannya itu aku balas dengan memeluk leher dan bahunya sehingga
kami terlihat seperti pasangan yg sedang berdansa. “Mmmmpppphhhh ……” Amar
tiba-tiba memangut bibirku lalu mengulumnya dengan hangat dan lembut.

Walaupun saat
itu aku benar-benar kaget, tapi entah kenapa aku merasa senang karena dicium
oleh orang yg aku anggap sangat dekat denganku. Dengan jantungku berdebar aku
kemudian memberanikan diri untuk membalas ciumannya sehingga kami berciuman
cukup lama dengan diselingi permainan lidah ringan.
“Ahhh…….”
Tanpa sadar aku mendesah saat ciuman perdana kami itu akhirnya berakhir. Sesaat
setelah bibir kami lepas, aku masih memejamkan mata dengan muka sedikit
menengadah dan bibir yg setengah terbuka untuk menikmati sisa-sisa ciuman tadi
yg masih begitu terasa olehku. Aku baru tersadar setelah Amar menaruh
telunjuknya dibibirku yg sedang terbuka dan memandangku dengan lembut sambil
tersenyum.
Kemudian dia
menarik kepalaku ke dadanya sehingga sekarang kami saling berpelukan dengan
eratnya. Jantungku semakin berdebar dan nafasku mulai tidak teratur, ciuman
tadi telah membangkitkan “kebutuhanku” akan kehangatan belaian laki-laki. Tanpa
menunggu lama, aku mengambil inisiatif untuk melanjutkan ciuman kami dengan
memangut bibir Amar lebih dulu setelah melakukan beberapa kecupan kecil pada
lehernya.

Kali ini aku
menginginkan ciuman yg lebih “panas” sehingga tanpa sadar aku memangut bibirnya
lebih agresif. Amar langsung membalasnya dengan lebih ganas dan agresif,
lidahnya langsung menjelahi mulutku, membelit lidahku dan bibirnya melumat
bibirku. Ciuman yg bertubi-tubi dan berbalasan membuat tubuh kami berdua
akhirnya kehilangan keseimbangan hingga jatuh terduduk di atas sofa. Tangan
Amar mulai bergerilya meremas-remas buah dadaku, mula-mulai masih dari luar
baju kaosku tapi tak lama kemudian tangannya sudah masuk ke dalam kaosku.
Kedua
cup-BHku sudah dibuatnya terangkat ke atas sehingga kedua buah dadaku dengan
mudah dijangkaunya langsung. Jari-jarinya juga dengan sangat lihai dalam
mempermainkan putting buah dadaku. Bibir Amar juga mulai menciumi leher dan
kedua kupingku sehingga menimbulkan rasa geli yg amat sangat. Terus terang
dengan aksi Amar itu aku menjadi sangat terangsang dan membankitkan keinginanku
untuk bersetubuh. Maklum sejak putus dengan dosen pembimbingku praktis aku
tidak pernah lagi tidur dengan laki-laki lain. Aku saat itu
sudah sangat berharap Amar segera memintaku untuk bersetubuh dengannya atau
meningkatkan agresifitasnya ke arah persetubuhan.
Aku rasakan memekku sudah
sangat basah dan aku mulai sulit berpikir jernih lagi karena dikendalikan oleh
berahi yg semakin memuncak. Sebaliknya Amar kelihatan masih merasa cukup dengan
mencium meremas buah dadaku saja yg membuat aku semakin tersiksa karena semakin
terbakar oleh nafsu berahiku sendiri.
“Mar, kamu
mau ga ML sama aku sekarang ?” Kata-kata itu meluncur begitu saja dengan ringan
dari mulutku di mana dalam kondisi biasa sangat tidak mungkin aku berani
memulainya. Hanya dengan melihat Amar menjawabnya dengan anggukan sambil
tersenyum, aku langsung meloncat dari sofa dan berdiri di hadapan Amar sambil
melepas kaos atas dan BHku dengan terburu-buru.

Melihat itu,
Amar membantuku dengan melepas kancing dan risleting celana jeansku sehingga
memudahkanku untuk mempelorotkannya sendiri ke bawah. Amar sekali lagi
membantuku dengan menarik celana dalamku sampai terlepas hingga membuat tubuhku
benar-benar telanjang bulat tanpa ada lagi yg menutupi.
Tanpa
malu-malu, aku kemudian menubruk Amar di sofa untuk kemudian duduk
dipangkuannya dengan posisi kedua kakiku mengangkangi kakinya. Kami lalu
berciuman lagi dengan ganasnya sambil kedua tangan Amar mulai meraba-raba dan
meremas-remas tubuh telanjangku sebelah bawah.. “Akkhhhhhh ….” Aku menjerit
pendek saat Amar memasukkan jari tangannya ke dalam liang senggama dari memekku
yg sudah mengangkang di pangkuannya.
Tanpa
menunggu lama mulut Amar juga langsung menyambar putting payudaraku membuat
badanku melenting-lenting kenikmatan yg sudah lama tidak kunikmati. Amar
semakin agresif dengan memasukkan dua jarinya untuk mengocok-ngocok liang
senggamaku yg membuat gerakan badanku semakin liar.
Gerakanku yg
sudah makin tidak terkendali rupanya membuat Amar kewalahan, lalu dengan
perlahan dia mendorongku untuk rebah di karpet tebal yg terhampar di bawah
sofa. Kemudian dengan tenang Amar mulai membuka bajunya satu persatu sambil
mengamati tubuh telanjangku dihadapannya yg menggelepar gelisah oleh berahiku
yg sudah sangat memuncak.

Melihat Amar
memandangiku seperti itu, apalagi dengan masih berpakaian lengkap, tiba-tiba
aku menjadi sangat malu sehingga aku raih bantal terdekat untuk menutupi muka
dan dadaku sedangkan pahaku aku rapatkan supaya kemaluanku tidak terlihat Amar
lagi. Sesaat kemudian aku merasakan Amar membuka pahaku lebar-lebar dan tanpa
menunggu lama-lama kurasakan k0ntolnya mulai melakukan penetrasi.
“BLESSSSSS
……”kurasakan k0ntol Amar meluncur dengan mulus memasuki liang senggamaku yg
sudah becek sampai hampir menyentuh leher rahimku.

“Uhhhhhhmmmm
….” Aku mengeluarkan suara lenguhan dari balik bantal menikmati penetrasi
pertama dari k0ntol sahabatku yg sudah aku kenal lebih dari 20 tahun. “Katanya tadi
mau ngajak ML ….” Kata Amar sambil mengambil bantal yg kupakai menutupi mukaku
sambil tersenyum menggoda. “Sok atuh
dimulai saja ….” Jawabku sekenanya dengan muka memerah karena masih malu.
“CROK … CROK
… CROK …CROK …. CROK …” ayunan k0ntol Amar langsung menimbulkan bunyi-bunyian
dari cairan memekku. Amar mengait kedua kakiku dengan tanganya sehingga
mengangkang dengansangat lebar untuk membuatnya lebih leluasa menggerakkan
pinggulnya dalam melakukan penetrasi selanjutnya. “Amaaaaar…..ohhhh…ahhhhh…..
nikmat sekali …Amaaaar….” Aku mulai meracau kenikmatan.

Kedua kakiku
kemudian dipindah ke atas bahu Amar sehingga pinggulku lebih terangkat,
sedangkan Amar sendiri badannya sekarang menjadi setengah berlutut. Posisi ini
membuat sodokan k0ntol Amar lebih banyak mengenai bagian atas dinding liang
senggamaku yg ternyata mendatangkan kenikmatan luar biasa yg belum pernah aku
dapat dari laki-laki yg pernah meniduriku sebelumnya. “Adduuhhh ….
enak sekali … ooohhh…. … kontolnya ….Maaarrr…..kontolmu enak sekaliii …” aku
mulai meracau dengan pilihan bahasa yg sudah tidak terkontrol lagi.
Aku lihat
posisi Amar kemudian berubah lagi dari berlutut menjadi berjongkok sehingga dia
bisa mengayun k0ntolnya lebih panjang dan lebih bertenaga. Badanku mulai
terguncang-guncang dengan cukup keras oleh ayunan pinggul Amar. Ayunan
k0ntolnya yg panjang dan dalam seolah-olah menembus sampai ke dalam rahimku
secara terus menerus sampai akhirnya aku mulai mencapai orgasmeku.
“Amaaaarrrrr
….. aaaak …kkk…kuu…udd…da…aahh…mmaau… dddaaapaaat …” kata-kataku jadi
terputus-putus karena guncangan badanku. Amar merespon dengan mengurangi
kecepatan ayunan k0ntolnya sambil menurunkan kakiku dari bahunya.
“Aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh
…….” Akhirnya gelombang orgasmeku datang bergulung-gulung, bola mataku
terangkat sesaat ke arah atas sehingga tinggal putih matanya saja dan kedua
tanganku meremas-remas buah dadaku sendiri.

Amar
memberikan kecupan-kecupan kecil saat nafasku masih terengah-engah sambil tetap
memaju mundurkan dengan pelan k0ntolnya yg masih keras menunggu aku siap
kembali karena dia sendiri belum sampai ejakulasi. Setelah nafasku mulai
teratur, aku peluk Amar lalu kami berciuman dengan penuh gairah dan kepuasan
untuk babak ke satu ini.
“Dessi, aku
boleh minta masuk dari belakang ?” Bisiknya ditelingaku
“Tentu saja
sayg, kamu boleh minta apa saja dari aku …” Aku menjawab sambil tersenyum manis
padanya.
Amar dengan
hati-hati bangun dari atas tubuhku sampai berlutut, kemudian dengan pelan-pelan
dia cabut k0ntolnya dari memekku. “Uhhhhhhhh ….” Aku medesah karena merasa geli
bercampur nikmat saat k0ntolnya dicabut. Aku lihat k0ntol Amar masih mengacung
keras dan sedikit melengkung ke atas, batang k0ntolnya yg penuh dililit
urat-urat terlihat sangat basah oleh cairan memekku.
Karpet yg
tepat di bawah selangkanganku juga sangat basah oleh cairanku yg langsung
mengalir ke karpet tanpa terhalang bulu-bulu kemaluanku. Memekku memang hanya
berbulu sedikit seperti anak-anak gadis yg baru mau puber, itupun hanya ada di
bagian atas dekat perutku, sehingga aku tidak perlu repot-repot lagi
mencukurnya.
“Ayo Dess,
balikkan tubuh kamu” Pinta Amar padaku Setelah berhasil mengankat tubuhku
sediri, aku lalu membalikkan badan untuk mengambil posisi menungging sebagai
persiapan melakukan persetubuhan doggy style sesuai permintaannya tadi.
Aku rasakan
Amar medekat karena k0ntolnya sudah terasa menempel di belahan pantatku dekat
liang anus. Posisi kedua kakiku dia betulkan sedikit untuk mempermudahnya
melakukan penetrasi. BLESSSSS ………………… untuk kali kedua k0ntolnya masuk ke dalam
liang senggamaku dengan mulus “OOOOOHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH …………”

Aku melenguh dengan kerasnya mengikuti
masuknya k0ntol tersebut. Kurasakan k0ntol Amar mulai bergerak maju mundur,
bukan hanya karena gerakan pinggulnya saja tapi juga karena dengan tangannya
Amar juga menarik dan mendorong pinggulku sesuai dengan arah gerakan k0ntolnya
dia sehingga aku seperti “ditabrak-tabrak” oleh k0ntolnya.
“Aaaarkkkhhh….aaaarrrrrkkkkkhhhh
….aaarrrkkkhhh “ Aku terus-terusan mengerang kenikmatan “PLEK … PLEK … PLEK …
PLEK …” terdengar suara pantatku yg beradu dengan pahanya Amar.
“AUUUUUHHHHHHH…..AHHHHHHHHH …..OOOUUUUUUUHHHHH” Aku mulai melolong-lolong
dengan kerasnya. TREK … tiba-tiba kudengar suara pintu yg dibuka.
“Neng Dessi …
ada apa Neng ?” Aku mendengar suara penjaga rumahku bertanya dengan suara
gugup. Rupanya dia dikagetkan saat mendengar lolonganku tadi yg membawanya
datang kemari, tapi akhirnya menjadi lebih kaget lagi setelah melihat
majikannya sedang disetubuhi oleh tamunya. Lagi pula siapa yg menygka kami akan
nekat bersetubuh siang hari bolong di ruang keluarga yg terbuka dan masih ada
penghuni rumah lainnya.
“Ga ada
apa-apa kok Pak, saya sedang mijetin Neng Dessi nih …” Kudengar Amar menjawab
dengan tenang tanpa ada nada kaget atau gugup seolah-olah tidak terjadi
apa-apa, bahkan tanpa menghentikan pompaan k0ntolnya.
Hanya
kecepatannya saja dikurangi sehingga tidak terdengar lagi bunyi-bunyian heboh
yg berasal dari beradunya kemaluan-kemaluan kami “Ahhhh …aaaahhh …auhhhhh …”
Aku tetap tidak mampu menahan erangan nikmatku walaupun aku sangat kaget
kepergok sedang bersetubuh oleh Mamang penjaga rumah yg sudah megenalku sejak
kecil “Aa..aduh punten Neng Dessi … punten Agan … Mamang tidak tahu Agan-agan
sedang sibuk begini, Mamang tadi takut ada apa-apa denger suara Neng Dessi
seperti menjerit” Lanjutnya dengan muka pucat setelah sadar apa yg dilihatnya.
“Ya sudah pak,
Neng Dessi juga ga apa-apa kok” Kudengar jawaban Amar “Yaaa Mmmaammang … sayaa
gaaaa apa-apa ko.. ok….

dududddduuuhhhh…. ahhhhh ….shhhhh “ Aku coba bantu
menjawab tanpa melihat ke arahnya tapi malah jadi bercampur desahan karena aku
benar-benar sedang dalam kendali kenikmatan dari gerakan k0ntol Amar.
“Nuhun upami
kitu mah, mangga atuh Neng … mangga Agan … mangga lajengkeun deui, Mamang mah
mau ke belakang lagi” kata Mamang sebelum kemudian berlalu menghilang di balik
pintu.
“PLEK … PLEK
… PLEK …PLEK …PLEK …” Amar kembali menggenjot k0ntolnya dengan kecepatan penuh
“Addduuuuhh…. duhhh… terussss…. terrruussss …..arrrrkkkkhhhh “ Aku kembali
menjerit-jerit dan bahkan mungkin lebih keras lagi dari sebelumnya “CROK … CROK
…CROK … CROK….CROK …” cairan memekku mulai membanjir lagi, sebagian ada
mengalir turun lewat kedua pahaku sebagian lagi ada yg naik melalui belahan
pantatku karena terpompa oleh k0ntol Amar.
Kepergok oleh
penjaga rumah sedang bersetubuh memang menegangkan, tapi sekaligus membuat aku
semakin terangsang setelah melihat sendiri Amar bisa mengatasinya dengan
tenang. “Geliiiiii …. Aduuuhh…geli sekaliiiii….uuuhhhhhh
….oohhhhhh….Amaro….geliii …“ Teriakku saat jari-jari Amar mulai mempermainkan
liang duburku yg telah basah oleh cairan dari memekku.

“Sakkkiiiiit
….addudduuuh …. Sakitt….aarrrkkkhhhhh ….” Jeritku ketika Amar malah memasukkan
jari tangannya ke dalam liang duburku setelah dilumasi cairan memekku terlebih
dahulu. Saking sakitnya aku sampai mencoba mengulurkan tangan kananku ke arah
duburku untuk menepis tangannya tapi tidak berhasil.
Tapi seperti
waktu pertama kali memekku diperawani oleh mantan suamiku dulu, rasa sakit itu
lama-lama hilang dan berganti menjadi rasa nikmat yg sangat berbeda. Walaupun
tidak senikmat k0ntol Amar yg ada di liang senggamaku, tapi tambahan gerakan
jarinya di liang duburku mulai membuatku semakin bergairah.
Tiba-tiba
kurasakan gerakan Amar menjadi tidak teratur lagi, k0ntolnya seperti
berdenyut-denyut di dalam liang senggamaku sedangkan nafasnya seperti
ditahan-tahan. Mungkin Amar akan ejakulasi ? Memikirkan hal itu, aku menjadi
tambah bergairah menuju orgasmeku yg kedua. “Dess… Dessi…sepertinya aku sudah
akan keluarrrr …. “ Kata Amar dengan sedikit tertahan “T…ttung…ggguu sebentar
lagi To …. Dessi juga sss … sudah …hhhaampir dapppatt lagi” Aku berharap bisa
orgasme barengan pada saat Amar ejakulasi, saat itu tangan kananku sudah
kupakai menggesek-gesek klitorisku sendiri.
“Ahhhhh …”
aku menjerit tertahan saat Amar mencabut tangannya dari liang duburku Amar
sekarang memakai kedua tangannya itu untuk menahan pinggulku sambil
menekan-nekankan k0ntolnya yg berdenyut makin kencang. “DESSIIIIII
…ga bisa aku tahan lagi …. aaaarrkkkkhhhhhhhhhhhhhhhh” Amar mengerang tertahan
saat ejakulasi
“SSSSSRRRRTTT….SSSSRRRTTTT….SSSSRRRRT…cccrroooott…cccrroootttt…cccrrooooott…”
aku merasakan ada tiga kali semburan kuat dalam liang senggamaku diikuti
belasan semburan kecil. Semburan air mani yg hangat akhirnya membuat aku juga
segera mendapatkan orgasmeku yg kedua.

“Amar….
Nikmat sekali ….aaaakkkkhhhhh ……duuuuhhh …. benar benar kamu nikmat” aku mulai
meracau dengan suara pelan karena sudah sangat lemas. Walaupun k0ntol Amar
masih terasa keras setelah ejakulasi, badanku sudah terlalu lemas untuk bisa
menahan tubuhku sendiri dalam posisi menungging.
Aku pasrah
saja ketika Amar membalikkan badanku tanpa melepaskan k0ntolnya dari tubuhku.
Walaupun kami bersetubuh cukup lama, tapi tidak banyak keringat yg keluar
dikarenakan udara Lembang yg cukup sejuk, tapi aku lihat tubuh Amar tetap agak
berkilat oleh keringatnya sendiri. Kami kemudian berciuman dan berpelukan lagi
dengan mesra, tidak pernah terlintas dalam pikiranku sampai pagi tadi sebelum
berangkat ke sini bahwa aku akan bersetubuh dengan sahabat dekatku sendiri.
Tapi aku
hampir tidak ada rasa menyesal telah melakukannya, padahal waktu aku pertama
kali disetubuhi dosen pembimbingku ada rasa menyesal yg cukup dalam.
“Dessi, kamu
bisa menikmatinya sayg ?” Amar berbisik di telingaku
“Enak sekali
Amar, baru kali ini aku merasakan nikmat yg luar biasa” Jawabku dengan lembut
“Terima kasih ya Amar” Amar membalasnya dengan kembali memangut bibirku dengan
lembut di sisi lain aku merasakan Amar mulai menggerakkan k0ntolnya maju mundur
lagi walaupun masih dengan perlahan.
Saat itu aku
sudah sangat kelelahan dengan persetubuhan dua babak tadi sehingga tidak siap
untuk melanjutkan ke babak berikutnya.
“Amar, aku
udah kecapean sekarang … kalau kamu masih mau lagi, kita lanjutkan setelah aku
istirahat sebentar. Boleh kan ya sayg ?” Aku coba menolak Amar melanjutkan
niatnya dengan sehalus mungkin.
Amar rupanya
bisa mengerti dan menghentikan gerakan k0ntolnya, sebagai gantinya aku
melakukan kontraksi pada otot-otot memekku untuk “meremas-remas” k0ntol Amar yg
masih keras saja sampai sekarang walaupun sudah berejakulasi. Dia kelihatannya
sangat menikmatinya sampai akhirnya berejakulasi lagi walaupun semprotannya
jauh lebih lemah dan lebih sedikit dari yg pertama.
“Uuuuuuuuhhhhhh
….” Aku kembali melenguh saat Amar menarik k0ntolnya yg mulai melunak. Kami
kemudian melanjutkan obrolan kami tanpa mengenakan pakaian dulu, tapi aku tetap
menutup badanku dengan selimut yg disediakan dekat perapian karena walau
bagaimanapun aku masih ada sedikit perasaan risi bertelanjang bulat di depan
sahabat laki-lakiku. Amar ternyata sangat kaget waktu mengetahui aku tidak
memakai kontrasepsi dan sangat menyesal sudah mengeluarkan spermanya di dalam
tubuhku.
Aku coba
tenangkan dirinya bahwa akulah yg menginginkan dia berejakulasi di dalam
tubuhku, lagi pula selama ini baik mantan suamiku maupun dosen pembimbingku
selalu mengeluarkannya di dalam dan aku hanya bisa hamil di tahun pertama
pernikahan kami. Aku juga ceritakan bahwa baru dengan Amar aku bisa dua kali
mengalami orgasme dalam sekali bersetubuh sampai aku merasa kepayahan, padahal
sebelumnya hanya kadang-kadang saja bisa sampai orgasme.
Amar bilang
bahwa dia selalu berusaha mendahulukan pasangan-pasangannya mendapat orgasme
duluan, minimal sekali, sebelum dia berejakulasi. Waktu aku balik tanya
memangnya sudah pernah meniduri berapa wanita, dia hanya nyengir saja. Sekejap
ada perasaan cemburu mengetahui bahwa aku bukan perempuan satu-satunya selain
istrinya yg dia tiduri, tapi aku berusaha redam perasaan itu karena tujuan
hubungan kami bukan seperti itu.
Amar kemudian
memintaku untuk bersedia melakukan variasi hubungan anal dengannya, aku sempat
kaget dan menolak permintaannya. Apalagi bila mengingat sakitnya liang duburku
waktu dia memasukkan jari tangannya, apalagi kalau k0ntolnya yg besar dan keras
itu ? Tapi waktu aku melihat pandangan memohonnya, hatiku menjadi luluh dan
bilang ke dia bahwa aku tidak mau sering-sering melakukannya karena takut
bentuk anusku berubah drastis.
Kami kemudian
sempat tertawa-tawa waktu membahas tentang peristiwa tertangkap basah oleh
Mamang penjaga rumah sedang bersetubuh secara langsung akibat lolongan dan
jeritan erotisku. Aku i memang dikenal oleh orang lain sebagai orang yg kalem
sehingga kalau sampai menjeri-jerit tentu saja akan mengagetkan mereka. Aku
yakinkan Amar bahwa akan bisa mengatasi Mamang penjaga rumah supaya tidak
menceritakan kejadian ini kepada keluargaku atau orang lain.
Aku cuma
menyesal Mamang itu sudah melihat tubuh telanjangku dalam posisi dan ekspresi
yg sangat merangsang pikiran laki-laki. Setelah hampir dua jam beristirahat,
aku berkata kepada Amar bahwa aku belum melihat bentuk persisnya k0ntol dia
saat ereksi karena ketika tadi sedang ereksi hampir selalu berada dalam
memekku.
Amar balas
menjawab bahwa dia juga tidak sempat memperhatikan dengan teliti bentuk
memekku, oleh karena itu dia mengajak aku untuk langsung melakukan foreplay
saja dengan posisi 69. Dengansedikit tersipu aku sempat balik bertanya tentang
apa yg dimaksud posisi 69 karena soal teknik seks aku sangat awam.
Akhirnya kami
mulai melakukan posisi 69 itu dengan aku berada di atas karena benar-benar
ingin melihat biangnya rasa nikmatku tadi. Ternyata memang diameter k0ntolnya
Amar sangat besar saat ereksi walaupun biasa saja panjangnya. Tetapi yg
istimewa adalah tonjolan urat-urat pembuluh darah yg mengelilinginya sepeti
ulir sekrup yg membuat gesekan pada dinding memekku lebih terasa nikmat.

Tak lama
kemudian kami mulai bergumul lagi dengan berahi yg lebih panas karena melakukannya
dengan kesadaran penuh bukan lagi karena reaksi spontan seperti sebelumnya. Aku
mengambil posisi di atas dia sehingga bisa mengendalikan bagian mana saja dari
liang senggamaku yg ingin di sentuh k0ntolnya. Sedangkan Amar sendiri selain
meremas buah dadaku dan menghisap putingnya, juga mempermainkan kelentitku
dengan jari-jarinya.
Akhirnya aku
mencapai orgasme pertama yg sangat nikmat sekaligus lelahkan untuk babak ke dua
ini. Amar kemudian menagih janjiku untuk berhubungan secara anal sesaat setelah
orgasme pertamaku, sehingga aku kembali dalam posisi menungging. Sekarang
k0ntol Amar langsung masuk ke liang duburku setelah dibasahi dulu dengan cairan
memekku yg menetes. Aku benar-benar merasa kesakitan yg luar biasa saat
k0ntolnya masuk ke dalam lubang duburku yg ototnya masih kaku.
Bahkan aku
sempat menjerit jerit kesakitan sebelum akhirnya mulai merasakan nikmatnya
hubungan anal bahkan bisa sampai mendapat orgasme walaupun tidak hebat
penetrasi di memek. Setelah orgasme keduaku pada anal, Amar kembali
menyetubuhiku secara konvensional sampai aku mencapai orgasme ketiga padahal
Amar belum juga mendapat ejakulasinya.
Saat itu aku
benar-benar sudah kepayahan menerima serbuannya sehingga akhirnya aku terpaksa
memohon untuk berhenti karena memekku sudah seperti hampir mati rasa. Dengan
penuh pengertian Amar menghentikan aktivitasnya walaupun terlihat ada rasa
kecewa di matanya. Karena hari sudah menjelang malam, setelah beristirahat
sebentar sambil berciuman, kami bersiap-siap untuk kembali ke Bandung.
Sebelum
pulang aku berwanti-wanti kepada Mamang penjaga rumah supaya tidak perlu
bercerita tentang apa yg dilihatnya karena kami melakukannya sebagai orang
dewasa yg saling membutuhkan dan saling suka satu sama lainnya. Si Mamang
bilang dia mengerti sebagai janda tentunya aku butuh laki-laki yg menemani saat
kesepian.
Dalam
perjalanan pulang aku menawarkan ke Amar untuk melakukan seks oral di mobil
sambil berjalan sampai dia bisa ejakulasi. Aku menawarkan itu karena merasa
bersalah telah menyia-nyiakan sahabatku yg telah memberikan kenikmatan yg
bertubi-tubi ditambah beberapa petualangan seks yg sangat baru buatku termasuk
juga petualangan kepergok Mamang yg mendebarkan.

Amar tentu
saja menyambutnya dengan antusias dan dia memintaku untuk melepas BHku supaya sambil
di oral dia bisa membalas dengan permainan tangannya pada buah dadaku. Dengan
nekat aku lalu mencopot BHku saat mobil berjalan yg artinya aku harus melepas
kaosku dahulu sebelum melepaskan BHnya itu.
Sebuah mobil
sempat memberi lampu jauh saat aku bertelanjang dada, aku tidak tahu apakah
pengemudinya sempat melihat kondisiku saat itu. Dengan sabar aku mulai
melakukan seks oral sedangkan Amar mengemudikam mobil Audi A4 Triptroniknya
hanya dengan satu tangan saja karena tangan kirinya dipakai untuk memainkan
buah dadaku. Aku sempat bergurau bahwa k0ntolnya dia sangat “yummie” sehingga
tidak membosankan untuk dikulum dimulut atau digesek-gesek di memek.
Sekarang aku
mengerti kenapa Amar mau bersusah-susah memainkan buah dadaku sambil mengemudi
karena ternyata rangsangannya pada buah dadaku itu membuatku banyak melakukan
gerakan spontan pada mulutku saat mengulum k0ntolnya yg membuatnya merasa lebih
nikmat. Walaupun aku sudah berusaha maksimal, tapi Amar belum saja berejakulasi
padahal sudah dekat rumahku.
Tepat ketika
mobilnya sudah berhenti di depan pintu pagar rumahku, Amar tiba tiba menekan
kepalaku dengan kedua tangannya sampai batang k0ntolnya amblas menyodok masuk
ke kerongkonganku dan …. “CRUT…CRUT…CRUT …CRUT …” k0ntolnya memuntahkan air
mani yg sangat banyak yg terpaksa aku telan langsung ke perutku “Aaaaahhhh ….”
Kudengar suara Amar mengerang nikmat Aku coba berontak karena hampir tidak bisa
bernafas, tapi Amar hanya melonggarkan sedikit tekanan tangannya “Crut …crut
…crut …crut …” masih ada beberapa semprotan lagi yg keluar dari k0ntolnya
berceceran di dalam rongga mulutku, malah ada beberapa yg menempel di bibir,
pipi dan hidungku.
Ketika aku
bangun dari pangkuan Amar, aku lihat si Bibi sedang membuka pintu pagar dan
anakku menunggu di pintu garasi. Dengan terburu-buru aku menyambar tisu yg
disodorkan oleh Amar yg sedang tersenyum nakal. Aku hanya sempat menghapus
mukaku sekenanya karena takut anakku datang mendekat dan melihat k0ntolnya Amar
yg tetap mengacung setelah ejakulasi. Saat aku turun dari mobil malah aku lupa
membawa BHku yg ada di jok belakang.
Waktu aku
mencium anakku, dia sempat berkomentar kenapa mamanya lengket-lengket dan
mulutnya rada ada bau amis. Amar memang memberiku banyak petualangan seks yg
tidak pernah aku baygkan sampai umurku yg bisa dibilang matang ini walaupun
frekuensi pertemuan kami tidak terlalu sering. Aku hanya berhubungan badan
dengan dia saat aku benar-benar membutuhkannya atau karena Amar memang
memintanya.
Aku ingin
tetap hubungan kami hanya sebagai sahabat karena hubungan persahabatanku dengan
Amar jauh lebih berharga dari pada kebutuhanku mencari pasangan hidup. Setiap
kali berhubungan badan aku selalu memaksanya untuk ejakulasi di dalam, aku
tidak mau ejakulasinya di luar ataupun memakai kondom walaupun dia sangat
khawatir karena merasa spermanya sangat subur.
Akhirnya
kekhawatiran Amar terbukti karena kemudian aku hamil, bahkan sampai mencapai
usia 10 minggu janin yg aku kandung. Asalnya aku tidak percaya sampai diperiksa
oleh temanku sesama dokter dengan menggunakan alat USG. Karena hubunganku
dengan Amar belum mencapai 3 bulan, berarti janin itu berasal dari hubungan
seks kami yg awal-awal.
Dengan umur
kandungan yg sudah besar, akhirnya aku minta tolong temanku untuk
merekomendasikan dokter koleganya di luar kota untuk membantu menggugurkannya.
Aku tidak mau di kuret di kotaku karena dapat menimbulkan kehebohan besar.
Dengan pengalaman ini akhirnya aku berinisiatif pasang IUD sehingga Amar tetap
bisa leluasa berejakulasi di dalam tubuhku seperti keinginanku.
Petualanganku
denga Amar akhirnya terhenti setelah dua tahun ketika ada dokter yg melamarku
dan memboyongku ke luar kota. Bukannya aku tidak ingin setia pada suamiku yg
baru, tapi sebenarnya aku sering merindukan belaian keintiman khas Amar
mengingat dasar hubungan seks kami yg istimewa.
Walaupun dia
selalu menjawab komunikasi dariku, tapi dia tidak pernah lagi memintaku untuk
melayaninya seperti yg dulu dia lakukan kalau dia sedang membutuhkan seks.
Padahal tinggal dia minta, aku pasti pergi ke kotanya dengan cara apapun hanya
untuk melayani kebutuhannya. Tapi kalau kebetulan aku tahu dia sedang ada di
kotaku, Amar tidak pernah menolak kunjunganku ke hotelnya untuk melepas rindu
akan siraman air maninya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar