Kejadian
ini terjadi sekitar 6 bulan yg lalu ketika pesta pernikahan anakku di kota
kecil di daerah Jawa Timur tepatnya di rumah calon mertuanya yg bernama pak
Bekti (55th) dan bu Bekti (43th) yg kebetulan menjadi kepala Desa di daerah
tersebut. Aku dan istriku sebetulnya tdk setuju dgn pernikahan anakku ini
karena keduanya baru lulus kuliah dan belum ada yg bekerja. Pikirku biar
anankku dapat pekerjaan yg mapan dulu baru menikah tp pak Bekti dan istrinya
terus mendesak agar mereka berdua segera dinikahkan agar tdk terjadi hal-hal yg
tidak diinginkan selain itu karena bu Bekti juga sudah ingin menimang cucu.
Berhubung anakku setuju dgn permintaan calon mertuanya dan saya selaku orang
tua pihak laki-laki tidak bisa berbuat apa-apa selain merestuinya.
Singkat
cerita, 3hari sebelum hari pernikahan anakku, aku dan istriku sudah berada di
Jawa Timur. Kami disambut hangat oleh calon besanku serta keluarga besarnya.
Aku dan istriku tidak pernah membayangkan sebelumnya bisa berada di rumah yg
sangat besar itu yg dikelilingi tanaman buah-buahan dan ada pendopo yg luas
serta disalah satu sisi ada seperangkat gamelan jawa. Di rumah itu pak Bekti
dan bu Bekti sangat disegani. Yang membuatku lebih terpesona lagi yaitu pesona
bu Bekti meskipun usianya sudah tak muda lagi tapi tubuh bu Bekti masih terlihat
seksi. Tubuh yg semampai dan tidak terlalu tinggi serta kain kebaya yg
dipakainya serasi dgn warna kulitnya yg putih bersih terlihat sangat anggun.
Ditambah dgn wajah yg masih terlihat cantik sehingga membuatku sangat
terpesona. Tak ingin aku rasanya memalingkan pandanganku sedetikpun. Kadang aku
harus mencuri pandang agar istriku tak melihat kalo aku sedang memandang kagum
kearah bu Bekti. Tapi rupanya bu Bekti sadar kalo aku sering mencuri pandang
kearahnya bahkan dia terlihat tersenyum saat aku meliriknya.
Hari
pertama setelah kedatanganku, sehabis makan siang bersama, bu Bekti disuruh
sama pak Bekti agar mengantar aku dan istriku untuk beristirahat di rumah
sebelah yg masih satu halaman dgn rumah induk. Setelah sampai di rumah tersebut
bu Bekti menunjukan beberapa tempat termasuk kamar mandi yg jaraknya agak jauh
ke belakang. Setelah selesai bu Bekti pamit untuk kembali ke rumah Induk. “Terima
kasih ya mbak atas semuanya” kataku sambil menjabat tangannya. Jabatan itu
tidak segera kulepas tapi bu Bekti segera sadar dan menarik tanganya sambil
tersenyum manis.
Sore
harinya aku dan istriku duduk santai di teras, kulihat pak dan bu Bekti
berjalan mendekati kami lalu ngobrol bersama. Tak lama kemudian datang 2 wanita
membawa pisang goreng dan teh hangat. Kami mengobrol membicarakan acara
pernikahan anak kami, sesaat kemudian bu Bekti pamit untuk ke belakang,
sehingga obrolan kami dilanjutkan cuma bertiga saja. Mungkin karena banyak
minum aku merasa ingin buang air kecil dan lalu aku permisi untuk ke belakang
sebentar. Aku berjalan menuju kamar mandi yg tadi sudah ditunjukan oleh bu
Bekti. Karena sudah sangat kebelet untuk kencing aku berlari kecil sambil
menurunkan resletingku dan mengeluarkan penisku, sesampainya di depam kamar mandi
aku langsung saja mendorong pintu kamar mandi tersebut, tapi alangkah kagetnya
ketika di dalam kamar mandi kulihat bu Bekti sedang mandi, dia sedang
menggosok-gosok badannya. Bu Bekti pun kaget ketika aku tiba-tiba masuk ke
dalam kamar mandi secara reflek bu Bekti pun teriak kecil.
“Auuuw…maaasss…”
teriaknya sambil menutupi badannya dgn kedua tangannya.
“Ma…maaf mbak saya tidak tau kalo mbak sedang mandi” ucapku pelan supaya tak
ada yg mendengar.
“Sudah
sana keluar nanti kalo ada yg lihat…lagian mas mau ngapain sih?” ucap bu Bekti
pelan.
“Saya
kebelet kencing mbak…” jawabku.
“Ya
udah cepetan kencing dan cepat keluar” ucap bu Bekti.
Tanpa
berkata lagi aku segera mengeluarkan penisku yg tadi sempat kumasukan lagi.
Terlihat penisku sudah setengah tegang karena melihat bu Bekti telanjang,
apalagi ketika melihat toket dan memeknya yg ditumbuhi bulu jembut yg hitam
lebat. Aku lalu kencing dgn posisi miring sambil sesekali aku menoleh kearah bu
Bekti. Saat kutoleh terlihat bu Bekti sedang memperhatikan penisku. Setelah
selesai kencing aku kembali memasukan penisku ke dalam celana dalamku, sambil
beranjak keluar pintu kamar mandi kusempatkan tangan kananku mencolek toketnya
yg ditutupi dgn tangannya sambil berkata,
“Maaf
ya mbak…”. Secara reflek bu Bekti menampar tanganku seraya berbisik,
“Kurang ajar, awas ya nanti”.
“Kurang ajar, awas ya nanti”.
Aku
segera kembali ke teras, kulihat istriku dan pak Bekti masih asyik mengobrol.
Aku pun kembali duduk di samping istriku seolah-olah tak terjadi apa-apa, tapi
istriku tiba-tiba menyeletuk, “Cuma
kencing saja bajuknya kog sampai basah semua pak”. Aku tak menanggapi perkataan
istriku dan mencoba menenangkan diri sambil meminum segelas teh yg telah
disediakan. Setelah beberapa saat, bu Bekti datang dari arah belakang dgn
memakai daster. Meskipun begitu tetap saja membuatku terpesona apalagi bentuk
kakinya yg kecil serta putih mulus. Setelah duduk bu Bekti menawarkan mandi
kepadaku dan istriku. “Pak…
buk, silakan mandi dulu biar terasa segar sebelum kita makan malam” ucapnya. Beberapa
menit kemudian aku segera ke kamar mengambil baju ganti dan langsung pergi ke
kamar mandi. Sengaja pintu kamar mandi tidak kukunci dari dalam dgn harapan bu
Bekti akan tiba-tiba masuk dan akan melakukan hal sama seperti yg kulakukan
tadi, tp kupikir mana mungkin, jadi segera kubuang pikiran itu jauh-jauh.
Sambil mengosok-gosok badan aku membayangkan tubuh bu Bekti. Walopun sudah
berumur tp toketnya masih terlihat kencang dan memeknya yg tertutupi jembut yg
lebat dan hitam. Seketika penisku jadi menegang dan semakin mengeras ketika
kuelus-elus menggunakan sabun. Sampai mandiku selesai harapanku tinggal harapan
saja. Ketika aku selesai mandi dan kembali ke teras ternyata pak dan bu Bekti
serta istriku masih asyik ngobrol. Sambil duduk kembali aku gantian menyuruh
istriku untuk mandi.Malam hari kami berempat makan malam bersama dan
dilanjutkan dgn mengobrol kembali di teras sampai larut malam.
Esok
harinya, aku dan istriku berencana pergi ke kota Malang yg jaraknya ga begitu
jauh kira-kira 2 jam perjalanan dgn mobil untuk menjemput anakku yg nomer 2 yg
sedang kuliah disana agar bisa mengikuti acara pernikahan kakaknya. Tapi entah
karena makan malamku yg terlalu banyak ato karena ngobrol sampai larut malam
perutku pagi itu terasa sakit sehingga membuatku beberapa kali harus ke belakang.
Sehingga aku menyuruh istriku saja yg menjemput anak kami diantar dgn sopir.
Seberangkatnya istriku, tak lama kemudian pak dan bu Bekti muncul di kamarku
menanyakan keadaanku.
“Pagi
pak, kata ibu, bapak sedang sakit perut ya? maaf apa mungkin ada makanan yg
dihidangkan tidak cocok dgn perut bapak” tanya pak Bekti dgn penuh rasa
khawatir.
“Eeehh….bukan
sakit perut kog pak” jawabku sambil kutinggikan bantalku sehingga posisi
tidurku setengah duduk.
“Cuma
masuk angin kayaknya pak…paling sebentar lagi juga sembuh” imbuhku sambil
kupandangi keduanya secara bergantian.
“Bapak biasanya minum obat apa jika masuk angin, biar saya ambilkan” kata bu Bekti.
“Ga usah bu…tadi sudah dipijitin istri saya, biasanya sih dikerokin, tapi karena takut ke Malangnya kesiangan jadi kerokannya ga jadi” sahutku.
“Kalo biasanya dikerokin sembuh, biar istri saya aja pak yg ngerokin, dia ahlinya dalam kerokan” kata pak Bekti. Aku hanya terdiam.
“udah bu sana ambil alat kerokmu, tolong pak Udin dikerokin biar cepat sembuh dan setelah itu disuruh minum tolak angin biar segera baikan soalnya kan besuk ajara nikahan anak kita” ujar pak Bekti pada istrinya.
“Bapak biasanya minum obat apa jika masuk angin, biar saya ambilkan” kata bu Bekti.
“Ga usah bu…tadi sudah dipijitin istri saya, biasanya sih dikerokin, tapi karena takut ke Malangnya kesiangan jadi kerokannya ga jadi” sahutku.
“Kalo biasanya dikerokin sembuh, biar istri saya aja pak yg ngerokin, dia ahlinya dalam kerokan” kata pak Bekti. Aku hanya terdiam.
“udah bu sana ambil alat kerokmu, tolong pak Udin dikerokin biar cepat sembuh dan setelah itu disuruh minum tolak angin biar segera baikan soalnya kan besuk ajara nikahan anak kita” ujar pak Bekti pada istrinya.
Tanpa
disuruh lagi bu Bekti segera mengambil alat kerokan serta segelas air minum dan
obat tolak angin. Setelah meletakkan barang bawaannya di meja bu Bekti berkata,
“Pak
lebih baik kaosnya dibuka saja biar leluasa ngeroknya” kata bu Bekti. Saat itu
pak Bekti masih berada di kamarku, dia kemudian malanjutkan perkataan bu Bekti,
“Iya pak lepas saja”. “Oh iya bu aku mau ke KUA sebentar menyelesaikan administrasinya buat besuk” imbuh pak Bekti. “Iya pak jangan lama-lama ya…masih banyak yg belum beres lho di rumah” jawab bu Bekti sambil berjalan keluar mengantarkan pak Bekti pergi. Tak lama kemudian bu Bekti kembali ke kamarku dan menutup pintu kamar.
“Iya pak lepas saja”. “Oh iya bu aku mau ke KUA sebentar menyelesaikan administrasinya buat besuk” imbuh pak Bekti. “Iya pak jangan lama-lama ya…masih banyak yg belum beres lho di rumah” jawab bu Bekti sambil berjalan keluar mengantarkan pak Bekti pergi. Tak lama kemudian bu Bekti kembali ke kamarku dan menutup pintu kamar.
“Lho mas, kaosnya kog belum dibuka” kata bu Bekti ketika melihatku masih
tiduran.
“ga ah mbak malu” jawabku sambil duduk dipinggir tempat tidur.
“Kenapa malu, lagian udah sama tuanya kog…udah cepetan buka” kata bu Bekti.
“ga ah mbak malu” jawabku sambil duduk dipinggir tempat tidur.
“Kenapa malu, lagian udah sama tuanya kog…udah cepetan buka” kata bu Bekti.
Tanpa
disuruh lagi segera kubuka kaos yg kupakai dan terus duduk membelakangi bu
Bekti, dan tiba-tiba bu Bekti mencubit pinggangku sambil berkata,
“Ih
mas, kamu udah tua masih saja genit ya…”. Karena cubitannya agak kuat dan
secara tiba-tiba membuatku kaget dan berteriak “Aduuuh”. Lalu kuputar badanku
sehingga kami duduk berhadapan. Lalu kuambil barang yg berada ditangannya dan
kutaruh di meja. kemudian kupegang kedua bahunya sambil kukatan,
“Mbak,
kamu yg membuatku jadi genit…”. Kemudian kupeluk erat tubuhnya terasa sekali
toketnya mengganjal di dadaku. Aku lalu mulai menciumi bibirnya, kujulurkan
lidahku ke dalam mulutnya. Nafas kami berdua pun mulai tak beraturan. Tanganku
pun mulai bergerilya menyusup ke dalam kemeja dan mengelus-elus toketnya.
Disela-sela
ciuman kami terdengar bu bekti mendesah manja. Tnagn bu Bektipun tak tinggal
diam, diarahkannya ke celanaku dan mengelus-elus penisku dari luar celana.
Karena aku sudah terlalu bernafsu aku langsung mengangkat berdiri tubuh bu
Bekti dan mulai melepaskan seluruh pakaiannya. Meskipun tanpa penolakan tp bu
Bekti sempat berkata manja padaku,

“Iiiihhh
mas jangan nakal deh…”. Mendengar ucapan nakal bu Bekti aku semakin tak tahan
ingin segera menyetubuhinya. Aku lalu melapskan celana kolorku serta celana
dalamku. Aku dan bu Bekti pun sekarang dalam kedadaan sama2 telanjang. Begitu
melihat penisku yg sudah menegang bu Bekti kembali mengelus-elusnya sambil
berkata,
“Ayo
mas masukin sekarang aja keburu suamiku pulang”. Tanpa pemanasan lagi segera
aku merebahkan tubuh Bu Bekti dan lalu aku menindihnya.

Perlahan aku memasukan
batang penisku ke dalam memek bu Bekti yg sudah basah. Dan tanpa ada kendalan
penisku pun berhasil masuk ke dalam memeknya, “Bleeessss…” diiringi dgn desahan
bu Bekti,“Sssstthhhh…aaahhh….”

“Mantap ga buuu?” tanyaku.
“Aduh
mas mantap sekali….ayo mas genjokan penismu di memekku” pinta bu Bekti. Tanpa
disuruh dan tanpa aba-aba segara aku mengenjot memeknya secara perlahan namun
mantab. Tak henti-hentinya bu Bekti mendesah dan mengerang merasakan kenikmatan
yg kuberikan pada memeknya.

“Ayo mas, sodok lebih kencang lagi…penismu benar-benar mantab….” desahnya. Ritme genjotanku pun semakin kupercepat dan kutambihi lagi tenangaku. Sehingga membuat Buketi serta merta teriak keenakan.”

“Ayo mas genjot terus mas, aku mau keluaaarrr….” erangnya manja. Tak berapa lama kemudian tubuh bu Bekti mengejang dan kedua tanganya mencengkeram kedua lenganku dia berteriak, “Aaaaahhh…aku keluaaar maaasss…enak sekaliii…..”. Bu Bekti telah meraih orgasmenya. Tak berapa lama aku juga merasakan akan ada sesuatu yg akan keluar dari dalam penisku, dan dalam beberapa genjotan aku pun tak tahan dibuatnya. Sambil menggenjot keras aku berteriak, “Aaaahhh…. nikmaaaatttt…. CROOOTTT… CROOOTTT… CROOOTT>…”

Seluruh
spermaku tumpah ke dalam memek bu Bekti. Kami berdua terkapar diatas kasur dgn
nafas ngos-ngosan. Setelah beberapa saat dan ketika nafas kami kembali normal
aku dan bu Bekti segera berpakaian kembali. Bu Bekti segera keluar dari kamarku
dan aku kembali tiduran di kasur kamarku. Hingga akhirnya pak Bekti pulang dari
KUA.
TAMAT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar