Kisahku ini berawal dari kenangan
bersama seoarang gadis yang bernama Lia, yang berusia 23 tahun dan berstatus
sebagai seorang mahasisiwi dari sebuah perguruan tinggi di Jakarta.
Saat itu
Lia yang sedang mengadakan liburan di sebuah tempat pariswisata yang terkenal
dengan wisata pegunungan dan pantainya di sebelah timur pulau Bali, tanpa
sengaja bertemu dengan diriku yang menjadi seorang pemain musik di cafe.
Pertemuan itu sendiri terjadi di internet cafe, yang kebetulan
saat itu aku sedang mengetik beberapa lagu-lagu karanganku sendiri yang sengaja
aku simpan di folder mailku. Lia saat itu sedang mencari informasi tentang
tujuan wisata yang ada di daerah itu, namun sampai beberapa saat sepertinya Lia
tidak menemukan apa yang dia cari.
Dengan sangat sopan dan ramah Lia memulai percakapan dengan
menanyakan tempat-tempat yang bagus buat di kunjungi ke padaku. “Maaf apakah
anda tahu tempat-tempat wisata unggulan daerah ini?” tanya Lia tiba-tiba. Aku
yang saat itu duduk berjarak 2 meja darinya terkejut oleh pertanyaan spontan
itu. “Anda bertanya kepada saya?” tanyaku kemudian. “Iya, maaf kalau
mengejutkan anda!” Ujarnya kemudian. Dengan sedikit gugup, kemudian aku
menjawab pertanyaan Lia, karena saat itu juga aku masih serius dengan file-file
aku.
“Di daerah ini yang menjadi primadona wisatanya adalah
pegunungannya, kedua wisata pantai yang menawarkan pemandangan bawah air yang
terkenal dengan karang birunya, setelah itu wisata budaya yang menampilkan
objek rumah adat daerah ini,” terangku kemudian. Mungkin karena penjelasan ku
cukup menarik buat Lia, dengan raut muka yang ramah, kemudian dia duduk di
sebelah mejaku yang tanpa dia sengaja juga dia telah memandangi monitor di
depanku yang saat itu terpampang file dari lirik lagu-lagu karanganku yang saat
itu sedang aku print. “Kamu mengarang lagu sendiri yah?” tanya Lia lagi. “Iya,
kebetulan aja aku pemain musik di cafe dan suka menulis lirik lagu,” terangku
lagi. “Boleh aku baca lirik lagu-lagu kamu?” sahut Lia kemudian. “Silakan,
dengan senang hati,” lanjutku dengan menarik kursi di sebelahku dan menyodorkan
kepada Lia, yang saat itu sedang berdiri di sampingku.
Setelah beberapa saat Lia membaca semua lirik lagu-lagu aku
dengan serius, tak lama Lia berkata, “Kamu menulis kisah pribadi kamu menjadi
lirik lagu yah?” tanya Lia lagi. Yang kemudian aku timpali dengan tersenyum
kepada Lia. “Semua lirik lagu- laguku memang dari pengalaman pribadi, karena
aku ingin apa yang menjadi kisah hidupku bisa aku rekam dalam bentuk sebuah
seni dan akan menjadi kenangan yang sangat berharga bagiku nantinya,” jelasku
lebih jauh. “Oh iya, kita sudah lama ngobrol nih tapi belum mengenal nama
masing-masing diantara kita” sahut Lia spontan. Lia mengawalinya dengan
menyodorkan tangannya.. “Lia..” ujarnya pendek. Yang kemudian giliran aku utuk
melakukan hal yang sama. “Adietya,” sahutku juga. Dari perkenalan yang singkat
itu, kami sudah saling akrab seperti layaknya teman lama. Saat itu juga dia
memutuskan pergi besok paginya untuk mengisi acara liburannya dengan snorkeling
di sebuah pulau kecil yang sepi dan berpasir putih. Waktu menunjukan pukul
08.00 WITA,
sesuai janjiku dengan Lia. Aku sudah berdiri di depan kamarnya
dan kemudian aku mengetuk pintunya. Tak lama ada sahutan dari dalam. “Pagi
Adiet.. Tunggu bentar yah, aku sudah siap kok,” Dalam hitungan menit Lia sudah
keluar dari kamarnya. “Ayo kita berangkat!” katanya kemudian. Dengan berjalan
menyusuri pantai kita menuju ke perahu motor yang sudah aku pesan semalam.
Sebelum naik ke atas perahu motor, aku mengambil peralatan snorkeling untuk
kita berdua berupa dua pasang masker berikut finnya. Dalam perjalanan menuju
pulau kecil yang hanya membutuhkan waktu 45 menit, aku menjelaskan pemandangan
sekitar kita saat itu.
Di samping kiri ada pemandangan Gunung Agung dari kejauhan,
namun cukup jelas karena cuaca begitu bagus pagi itu. Sesampainya di tujuan aku
dan Lia turun dari perahu motor dan kita lanjutkan dengan berjalan kaki
menyusuri hamparan pasir putih. Aku sudah membuka kaos saat di perahu motor
tadi, dan hanya mengenakan celana renang ketika menuju lokasi snorkeling. Tak
lama setelah sampai di bawah rindangnya pohon cemara, Lia membuka kaos nya dan
terpampanglah suatau pemandangan yang membuat jantungku berdetak sesaat. Saat
itu Lia mengenakan bikini. Mataku tertuju di tonjolan dadanya yang aku perkirakan
berukuran 36b.

Kemudian pandanganku beralih kebawah menuju pahanya yang mulus
di topang oleh sepasang kaki jenjangnya, menjadikan pesona tubuh Lia semakin
sempurna. Aku hanya bisa menelan ludah saat itu dan berhayal seandainya aku
bisa memeluk tubuh yang sexy itu betapa beruntungnya diriku. “Hai.. Kenapa
melamun?” tegurnya mengejutkanku. “Aku sudah siap nih” sahut Lia melanjutkan.
“Baiklah kalau begitu” ujarku menimpali tegurannya. Ini adalah pengalaman
pertama bagi Lia untuk snorkeling, dan sebelumnya Lia minta di ajarin sampai
bisa. Hal yang paling sulit adalah saat bernafas melalui mulut, karena seluruh
wajah tertutup oleh masker, kecuali bagian mulut.
Dengan penuh kesabaran aku mengajari cara-cara snorkeling yang
umum dilakukan. Pertama aku membantunya memasang masker yang mana saat itu aku
berdiri begitu dekat dengan nya, aroma khas tubuh Lia tercium sesaat, ketika
aku membetulkan anak rambut yang menutupi raut wajahnya. Kemudian Lia memasang
fin sendiri, tanpa aku bantu. Tak lama berselang tubuh kita berdua sudah masuk
ke dalam air. Perlahan aku berenang beriringan dengan Lia menuju ke tengah,
yang aku perhatikan gaya berenang Lia sangat bagus. Setelah pengenalan di air
cukup, akhirnya aku berenang agak menjauh, untuk memberikan kepercayan buat Lia
melakukan snorkelingnya. Dari dalam air, beberapa kali aku sempat memandangi
bentuk tubuh Lia yang aduhai dari arah belakang saat dia berenang, mulai dari
belahan pantatnya yang ranum sampai ke tonjolan di dadanya yang menantang.
Kembali aku berenang beriringan dengan Lia untuk meyakinkan
kalau dia baik-baik aja. Saat sedang asyiknya kita berenang, tiba-tiba kaki Lia
kram. Dengan tindakan spontan aku memeluknya, agar tidak tenggelam dan
membawanya ke sebuah batu karang besar yang menonjol di tengah laut. Kita
berdiri di atas batu karang yang, masih menyisakan bagian leher kita yang tidak
tenggelam. “Thanks ya Diet.. Atas bantuannya,” Ujar Lia sesaat setelah kejadian
itu. “Sama-sama,” timpalku kemudian. Setelah acara snorkeling yang melelahkan,
kita bersepakat untuk istirahat di bawah pohon cemara yang ada di tepian
pantai. Sambil ngobrol tentang pribadi kita masing- masing, Lia meluruskan
kakinya yang jenjang di hamparan pasir putih. Lia bercerita tentang kisah
asmaranya dengan mantan pacarnya yang berakhir, karena cowoknya yang super
sibuk sudah jarang lagi memperhatikannya.
Aku berusaha menghiburnya dengan mengatakan, kalau seandainya
kalian tulus saling mengasihi hal itu tidak akan terjadi dan yang lebih
terpenting adalah kedewasaan pasangan itu sendiri dalam menentukan sikap.
Sepertinya Lia sangat senang dengan pendapatku yang demikian, hal itu terlihat
dari sikapnya yang terpancar lewat senyumnya yang mengembang. “Makasih ya
Diet.. Kamu sudah mau menjadi teman curhatku,” sahut Lia kemudian. Aku hanya
tersenyum sambil mengatakan, “Saat ini aku sudah bisa membuat kamu tersenyum,
mungkin saat lain kamu yang akan membuatku tersenyum.” timpalku pelan. Tak terasa
kedekatan ini membuat tubuh kita semakin dekat, aku mendahuluinya dengan
merengkuh tubuhnya untuk merapat ke pelukanku. Lia hanya diam sambil tersipu
malu.

“Betapa bahagianya seorang cowok jika mendapatkan dirimu Lia,”
lanjutku lagi. “Kamu begitu baik, sabar, cantik dan memiliki tubuh yang sexy
lagi,” tambahku kemudian Yang di jawab dengan senyumannya yang mempesona.
Dengan sedikit keberanian aku mendekatkan bibirku ke bibir Lia yang terbuka
basah yang kedua matanya juga sudah terpejam. Sangat beruntung sekali suasana
pantai siang itu sepi dan yang lebih menguntungkan lagi, karena memang lokasi
kita duduk jauh berada di ujung. Dengan lembut aku mengulum bibir Lia yang
ranum, dan terdengar desahan halus darinya.
“Ohh.. Diet,” desahnya. Sembari
membisikan kata-kata mesra aku melanjutkan ciumanku. “Aku sayang kamu Lia,” bisikku pelan. Tanganku juga tak tingal diam, dengan perlahan
aku mengelus punggung Lia yang hanya di lapisi bikini tanpa bra di dalamnya.
Sesaat tindakan ini membuat Lia semakin terangsang yang diiringi dengan sikap
memelukku erat.

“Oh.. Diet teruskan,” desahnya lagi. Tanpa menghentikan
tindakanku, tanganku yang satunya meremas payudara yang berukuran 36b itu dari
luar bikini yang disambut dengan desahan berikutnya. “Ohh..” desah Lia kembali.
Perlahan aku mulai membuka bikini Lia dari bagian atasnya dan berhenti sesaat
sampai di pinggangnya, maka tersembulah payudara Lia yang ranum menggairahkan
dengan di hiasi ujung nya yang merah dan mulai keras. Sepertinya Lia mulai
terangsang sekali. Tanpa menunggu lama lidahku langsung mengecup permukaan
payudar Lia dengan lembut dan pelan. Lidahku menelusuri setiap bagian
payudaranya dengan lincah. Putingya aku hisap dengan lembut, sesaat setelah Lia
bergetar pelan. Beralaskan kain pantai warna biru, aku merebahkan tubuh Lia
yang sexy pelan. Aku melanjutkan kegiatanku dengan memegang telapak kaki Lia
kemudian, sesaat setelah Lia menelentang dan mencumbui setiap jengkal kakinya.
Di mulai dengan menjilati tepalak kakinya yang mulus dan jari-jari kakinya yang
lentik. Lidahku juga menghisap ujung jari- jari kakinya, yang membuat Lia
semakin menggelinjang lembut. “Oh.. Diet.. Kamu pintar menaikkan gairahku,”
desahnya pelan. Berikutnya lidahku berpindah untuk memberikan kepuasan lagi ke
bagian tubuh Lia yang lain.
Kali ini adalah bagian lehernya yang aku mulai dengan mencumbu
bagian belakang telinganya. Kembali Lia mendesah pelan.. “Ohh.. Teruskan Diet,”
desahnya. Setelah cukup lama tangan Lia berdiam diri, akhirnya tergerak juga
untuk mengambil bagian di kesempatan ini.
Tonjolan di celana renangku sudah
begitu keras, setelah tangan Lia masuk membelai penisku dengan lembut. “Oh..
Lia.. Sss..” desahku kemudian. Kemudian aku lanjutkan untuk membuka sisa dari
bikini Lia yang di pinggang dengan menariknya kebawah sampai ke pangkal kaki.
Dengan lembut aku menjulurkan lidahku ke bagian perut Lia yang ternyata dia
sedikit kegelian.
“Hek.. Geli Diet,” ujarnya. Seketika aku menghentikan
menjilati bagian perutnya, yang aku lanjutkan dengan menjlati pahanya bagian
dalam yang berakhir di pangkalnya yang berbulu hitam dan sangat lebat, tapi
tertata rapi dan beraroma khas. Tak lama berselang aku menjulurkan lidahku ke
bibir luar vagina Lia dengan lembut. Hal ini menimbulkan sensasi tersendiri
buat Lia. “Ohh.. Diet.. Sss..” desahnya bergetar. Kemudian aku lanjutkan dengan
menjulurkan ujung lidahku di clitorisnya yang sudah menonjol dikit. Tubuh Lia
semakin bergetar setelah menerima perlakuan lidahku. “Ohh.. Enak.. Sayang..”
desahnya pelan. Lendir di lubang vagina Lia semakin deras keluar, menandakan kalau Lia begitu terangsang hebat.

“Ohh.. Diet..
Masukin sekarang.. Sayang..” pintanya mesra. Sambil merangkak aku kembali
menciumi bibir Lia yang terbuka, karena menahan rangsangan yang hebat. Dengan
lembut aku memegang penisku dan mengarahkan nya ke lubang vagina Lia pelan.
Tanpa kesulitan aku melesakan penisku ke dalam lubang vagina Lia, karena lendir
Lia cukup memudahkan bagi penisku untuk menyeruak ke bagian dalam vaginanya.

“Ohh.. Tekan lebih dalam.. Diet..” pintanya kemudian. Yang diiringi dengan
bibirnya mendesis lirih. “Ssshh..” desis Lia. Perlahan dan lembut aku memaju
mundurkan pinggulku untuk menusukkan penisku lebih dalam lagi. Sret.. Sret..,
irama penisku beradu dengan vagina Lia. Setelah cukup lama bersentuhan, terasa
tubuh Lia bergetar dan mendesirlah cairan di dalam vagina Lia dengan hangat,
menyirami kepala penisku. Lia mencapai orgasmenya di barengi dengan jeritan nya
yang menggairahkan. “Diet.. Aku sampai.. Ohh..” teriaknya lembut.

Kemudian aku mengecup bibir Lia dengan lembut, dan kembali
memaju mundurkan penisku. Dalam beberapa saat aku merasakan tanda-tanda akan
mencapai puncak, seketika aku mempercepat kocokan ku ke dalam vagina Lia.

Sret.. Sret.. Sret, bunyi penisku beradu dengan vagina Lia. Bergetar tubuhku
saat aku menyemprotkan spermaku ke dalam vagina Lia dengan deras, sambil
memeluk erat tubuh Lia yang sexy.

“Ohh.. Sayang.. Enak.. Sekali..” jeritku
sesaat setelah spermaku membasahi seluruh bagian dalam vagina Lia. Setelah itu
aku kembali mengecup bibir Lia dengan lembut dan membisikkan kata-kata..
“Makasih yah sayang.. Kamu sudah membahagiakan aku,” bisikku lembut. Begitulah
seterusnya kisah cinta antara aku dan Lia yang berujung hubungan lebih serius
sepulang nya Lia Ke Jakarta. Sampai di sini dulu kisahku, nantikan kisahku yang
lainnya.
E N D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar