Cerita ini berawal pada tahun 2015 dan kejadian
itu terjadi di rumah istri om-ku. Om-ku itu bekerja pada bidang marketing, jadi
kadang bisa meninggalkan rumah sampai satu minggu lamanya, dan untuk mencukupi
kebutuhan hidup mereka berdua bersama tiga anaknya yang masih kecil, mendirikan
sebuah warung di depan rumah, Tanteku itu orangnya lumayan menarik dengan
postur tubuh setinggi 170 cm dengan ukuran dada 34B, berumur kira-kira 29 tahun.
Sebenarnya dulu aku suka sekali melihat tubuh mulus tanteku, secara tidak
sengaja ketika dia sedang mandi karena memang di tempat kami kamar mandi pada
saat itu atasnya tidak tertutup genteng dan tanpa berpintu, jadi kalau ada yang
mandi di situ hanya dengan melampirkan handuk di tembok yang menjadikan tanda
bahwa kamar mandi sedang dipakai. Tidak sampai di situ saja, kadang tanteku ini
suka memakai baju tidur yang model terusan tipis tanpa memakai BH dan itu
sering sekali kulihat ketika di pagi hari. Apalagi aku sering sekali bangun
pagi sudah dipastikan tanteku sedang menyapu halaman depan dan itu otomatis
ketika dia menunduk menampakkan buah dadanya yang lumayan besar dan montok.

Hal ini dilakukan sebelum dia menyiapkan
keperluan sekolah anaknya, kalau om-ku biasanya tidak ada di rumah karena
sering bertugas di luar kota selama empat hari. Pernah aku melamunkan bagaimana
rasanya jika aku melakukan persetubuhan dengan tanteku itu, namun akhirnya
paling-paling kutumpahkan di kamar mandi sambil ber-onani. Rupanya anga-anganku
itu dapat terkabul ketika aku sedang menumpang nonton TV di rumah tanteku pada
siang hari dimana ketiga anaknya sedang sekolah dan om-ku sedang bertugas
keluar kota pada pagi harinya.
Kejadian itu terjadi ketika aku sedang menonton
TV sendirian yang bersebelahan dengan warung tanteku. Ketika itu aku ingin
mengambil rokok, aku langsung menuju ke sebelah. Rupanya tanteku sedang menulis
sesuatu, mungkin menulis barang belanjaan yang akan dibelanjakan nanti.
“Tante, Diko mau ambil rokok, nanti Diko bayar
belakangan ya!” sapaku kepada tanteku. “Ambil saja, Ko!” balas tanteku tanpa
menoleh ke arahku yang tepat di belakangnya sambil meneruskan menulis dengan
posisi membungkuk. Karena toples rokok ketengan yang akan kuambil ada di
sebelah tanteku tanpa sengaja aku menyentuh buah dadanya yang kebetulan tanpa
memakai BH.
“Aduh! hati-hati dong kalau mau mengambil
rokok. Kena tanganmu, dada tante kan jadi nyeri!” seru tanteku sambil
mengurut-urut kecil di dadanya yang sebelah samping kirinya. Namun karena tidak
memakai BH, nampak dengan jelas pentil susu tanteku yang lumayan besar itu.
“Maaf Tan, aku tidak sengaja. Begini aja deh Tan, Diko ambilin minyak supaya
dada Tante tidak sakit bagaimana!” tawarku kepada tanteku. “Ya sudah, sana kamu
ambil cepat!” ringis tanteku sambil masih mengurut dadanya.
Dengan segera kuambilkan minyak urut yang ada
di dalam, namun ketika aku masuk kembali di dalam warung secara perlahan, aku
melihat tante sedang mengurut dadanya tapi melepaskan baju terusannya yang
bagian atasnya saja. “Ini Tante, minyak urutnya!” sengaja aku berkata agak
keras sambil berpura-pura tidak melihat apa yang tanteku lakukan. Mendengar suaraku, tanteku agak terkejut dan
segera merapikan bagian atas bajunya yang masih menggelantung di bagian
pinggangnya. Tampak gugup tanteku menerima minyak urut itu tapi tidak
menyuruhku untuk lekas keluar. Tanpa membuang kesempatan aku langsung
menawarkan jasaku untuk mengurut dadanya yang sakit, namun tanteku agak takut.
Pelan-pelan dengan sedikit memaksa aku berhasil membujuknya dan akhirnya aku
dapat ijinnya untuk mengurut namun dilakukan dari belakang.

Sedikit demi sedikit kuoleskan minyak di
samping buah dadanya dari belakang namun secara perlahan pula kumemainkan
jariku dari belakang menuju ke depan. Sempat kaget juga ketika tanteku
mengetahui aksi nakalku. “Diko! kamu jangan nakal ya!” seru tanteku namun tidak
menepis tanganku dari badannya yang sebagian ditutupi baju. Mendapati
kesempatan itu aku tidak menyia-nyiakan dan secara aktif aku mulai menggunakan
kedua tanganku untuk mengurut-urut secara perlahan kedua bukit kembar yang
masih ditutupi dari depan oleh selembar baju itu.

“Ohh… oohh…” seru tanteku ketika tanganku sudah
mulai memegang susunya dari belakang sambil memilin-milin ujung susunya.
“Jangan… Diko… jang…” tante masih merintih namun tidak kuacuhkan malah dengan
sigap kubalikkan tubuh tanteku hingga berhadapan langsung dengan diriku.
Kemudian dengan leluasa kumulai menciumi susu yang di sebelah kiri sambil masih
mengurut-urut susu di sebelahnya. Kemudian aku mulai mencucupi kedua puting
susunya secara bergantian dan tanteku mulai terangsang dengan mengerasnya kedua
susunya.
Tidak sampai di situ, rupanya tangan tanteku
mulai menjelajahi ke bawah perutku berusaha untuk memegang kemaluanku yang
sudah dari tadi mengencang. Ketika dia mendapatkannya secara perlahan,
dikocok-kocok batang kemaluanku secar perlahan dan tiba-tiba tanteku mengambil
sikap jongkok namun sambil memegang kemaluanku yang lamayan panjang. Untuk
diketahui, batang kemaluanku panjangnya kurang lebih 20 cm dengan diameter 3,5
cm.
Tanteku rupanya sedikit terkejut dengan ukuran
kemaluanku apalagi sedikit bengkok, namun dengan sigap tapi perlahan tanteku
mulai mengulum kemaluanku secara perlahan dan semakin lama semakin cepat.

“Ah…
ah… ah… yak.. begitu… terus… terus…” erangku sambil memegangi kepala tanteku
yang maju mundur mengulum batang kemaluanku. Kemudian karena aku sudah tidak
tahan, tubuh tante kuangkat agar duduk di pinggir meja dimana tadi dia menulis,
dan dengan sedikit gerakan paha tanteku kupaksa agar meregang. Rupanya tanteku
masih mengenakan CD dan dengan perlahan kubuka CD-nya ke samping dan
terlihatlah gundukan kemaluannya yang sudah basah.
Secara perlahan kuciumi kemaluan tanteku dan
kumain-mainkan klirotisnya. “Ah… ahhh.. Diko, Tante mau keluuuaarrr…” Beberapa
saat kemudian rupanya tanteku akan mengalami orgasme, dia langsung memegangi
kepalaku agar tetap di belahan kemaluannya dan kemudian mengeluarkan cairan
surganya di mulutku, “Crettt… crett… cret…” mulutku sampai basah terkena cairan
surga tanteku. Kemudian tanteku agak lemas namun masih kujilati kemaluannya
yang akhirnya membangkitkan nafsu untuk bersetubuh denganku.
Kuangkat tubuh tante ke bawah warung, dan
dengan sedikit agak keras aku dapat merubah posisinya menelentang di depanku,
kubukakan semakin lebar kedua kakinya dan mulai kuarahkan ujung kemaluanku ke
mulut lubang kemaluannya. Agak susah memang karena memang aku agak kurang
berpengalaman dibidang ini namun rupanya tanteku dapat memahaminya. Dengan
sabarnya dituntunnya ujung kemaluanku tepat di lubang kemaluannya. “Pelan-pelan
ya, Diko!” lirih tanteku sambil menggenggam kemaluanku.
Ketika baru masuk kepala kemaluanku tanteku
mulai agak meringis tetapi aku sudah tidak kuat lagi dengan agak sedikit paksa
akhirnya kemaluanku dapat masuk seluruhnya. “Diko… akh…” jerit kecil tanteku
ketika kumasukkan seluruh batang kemaluanku di dalam lubang kemaluannya yang
lumayan basah namun agak sempit itu sambil merapatkan kedua kakinya ke
pinggangku.

Perlahan aku melakukan gerakan maju mundur
sambil meremas-remas dua susunya. Hampir tiga puluh menit kemudian gerakanku
makin lama main cepat. Rupanya aku hampir mencapai puncak. “Tan… aku… aku
mauuu… keluar…” bisikku sambil mempercepat gerakanku. “Dikeluarkan di dalam
saja, Dik!” balas tanteku sambil menggeleng-gelengkan kecil kepalanya dan
menggoyangkan pantatnya secara beraturan. “Tan… aku… keluarrr…” pekikku sambil
menancapkan kemaluanku secara mendalam sambil masih memegangi susunya.
Rupanya tanteku juga mengalami hal yang sama
denganku, dia memajukan pantatnya agar kemaluanku dapat masuk seluruhnya sambil
menyemburkan air surganya untuk ketiga kalinya. “Cret… cret… cret…” hampir lima
kali aku memuntahkan air surga ke dalam lubang kemaluan tanteku dan itu juga di
campur dengan air surga tanteku yang hampir berbarengan keluar bersamaku.

“Cret… cret… cret… ahh…” tanteku melengkungkan badannya ketika mengeluarkan air
surga yang dari lubang kemaluannya.
Akhirnya kami tergeletak di bawah dan tanteku
secara perlahan bangun untuk berdiri sambil mencoba melihat kemaluannya yang
masih dibanjiri oleh air surga. “Diko! kamu nakal sekali, berani sekali kami
berbuat ini kepada Tante, tapi Tante senang kok, Tante puas atas kenakalan
kamu,” bisik tanteku perlahan. Aku hanya bisa terseyum, sambil menaikkan
kembali celanaku yang tadi dipelorotkan oleh tanteku. Tanteku akhirnya berjalan
keluar, namun sebelum itu dia masih menyempatkan dirinya untuk memegang
kemaluanku yang lumayan besar ini.
Inilah pengalamanku yang pertama, dan sejak itu
kami kadang mencuri waktu untuk mengulangi hal tersebut, apalagi jika aku atau
tanteku ingin mencoba posisi baru dan pasti ketika Om-ku dan anak-anak tanteku
berangkat sekolah.
Sekarang hal itu sudah tidak kulakukan lagi
karena tanteku sekarang ikut Om-ku yang mendapat tugas di daerah.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar