Ngantuk banget
rasanay di dalam pesawat yang hendak menerbangkanku dengan nada suara “Ladies
and gentlemen welcome aboard flight SQ318 destination Los Angeles from Taipei.
Blaaaa blaa blaa awal mula perjalanan ini pasti membosankan pikirku, tapi setelah
aku menengok kanan wanita cantik duduk di sebelahku.
Kulitnya putih manis
mukanya rambutnya pendek kurang lebih kalau di tokoh kartun seperti sailarmoon,
mataku tak berhenti di wajahnya tapi aku melihat dadanya yang tidak besar tapi
menonjolkan putingnya sungguh keras dan kencang payudaranya ditambah lagi
tubuhnya yang sempurna karena saat itu memakai kaos putih yang ketat.
Perutnya datar dan
pinggangnya yang melekuk sungguh aduhai.Tak kusadari dia melihat ke arahku. “Kok ngeliatin kayak
gitu sih Mas?” Mukaku langsung merah padam menanggung malu. Aku gelagapan
bilang, “Maaf Non habis kamunya cakep sih.”
Di luar dugaan dia
cuma tersenyum kecil. Sambil mengulurkan tangannya dia berkata, “Nama saya
Githa, nama kamu siapa?” aku agak bengong sebentar tapi kemudian menjabat
tangannya dan menjawab, “Eh.. nama saya Jonathan.” Tangannya lembut sekali. Pikiranku mulai
ngeres. Wah enak sekali kalau yang dipegang itu kemaluanku. “Kok jabat
tangannya nggak lepas-lepas sih?” aku tersentak lagi dan minta maaf. Aku
mengambil majalah dan mulai membacanya untuk menutupi mukaku yang mulai merah
menahan malu.

Aku memang boleh
dibilang jarang ada pacar walaupun aku boleh dibilang lumayan. Kalau masalah
seks, aku sih personal experience masih belum ada, cuma masturbasi saja pernahnya.
Aku sudah ngebet sekali nge-seks dengan cewek tapi sampai sekarang peruntungan
masih belum ada.
“Eh kamu pernah
sekolah di SMP Muda bukan?” tanyanya secara tiba-tiba.
“Kamu kok tahu?”
“Tadi waktu ngeliat
kamu rasanya aku pernah ngeliat kamu sih, apa lagi ngedenger nama kamu. Aku
dulu pernah sekelas sama kamu.”
“Tapi rasanya nggak
ada yang namanya Githa di kelasku.”
“Waktu itu aku belum
ganti nama, waktu itu namaku Li Ruyin, inget nggak?” Aku seperti tersentak
saja, si Li Ruyin itu pacar impianku, biarpun badannya tidak perfect tapi
cantik sekali. Tapi cewek yang di
depan mataku ini kelihatannya lain sekali, jauh lebih cantik. “Oh kamu toh,
gila, kamu beda banget. Kamu dulu kayak anak kecil saja, sekarang kayak
bidadari saja,” timpalku.Dia cuma tersipu saja, kemudian kami pun mulai
menceritakan keadaan masing-masing.

Ternyata setelah lulus
SMP, dia pergi ke Kanada untuk belajar di sana. Dari Kanada, dia berjalan-jalan
ke Taiwan dan dalam perjalanan balik ke Kanada tapi bakal tinggal di L.A untuk
sementara. Sementara di Kanada, dia tidak ada cowok, katanya sih tidak ada yang
mengejar dia. Gila, pikirku, cewek
cakep, body perfect seperti dia tidak ada yang mengejar. Akhirnya makan malam
pun mulai dihidangkan. Sebagai penumpang First Class, kami ditawari bermacam
jenis arak dan anggur.
“Whisky please,”
ucapku kepada sang pramugari. Dia menuangkan segelas Whisky. Githa ternyata
memilih untuk minum Brandy. Sewaktu makan malam dihidangkan, lampu mulai
diredupkan. Tiba-tiba saja aku ada rasa untuk mengungkapkan perasaanku
kepadanya yang tak tersampaikan sewaktu di Surabaya.
“Yin, aku mau tanya
nih tapi kamu jangan kaget ya…” Sambil tetap mengunyah dia menoleh ke arahku
dan mengangguk.
“Yin, aku waktu di
Muda dulu udah mulai suka sama kamu, tapi tidak ada kesempatan dan keberanian.”
“Jon, kamu mah gombal,” jawabnya sambil meminum Whisky-nya.
“Yin, yang mau aku
tanyain, kalau misalnya aku ngejar kamu gimana?” “Tergantung,” jawabnya polos. Aku
tidak banyak tanya lagi, kata “tergantung” sudah membuatku hilang semangat dan
putus asa.
Akhirnya piring kami
diambil kembali dan waktu telah agak malam dan aku sudah kepingin tidur. Aku
minta selimut kepada pramugari pesawat itu dan Githa pun juga minta selimut.
Tapi pramugarinya
kembali dan memberitahu kalau selimutnya tinggal satu saja tapi selimut ini
cukup untuk dua orang. Akhirnya aku dan Githa share selimut itu dan tempat
menaruh tangan di tengah kuangkat.
Aku masih tidak bisa
tidur, memikirkan si Githa. Bagiku kata “tergantung” adalah sebuah tolakan
halus yang menyakitkan. Pernah aku menunggu jawaban seorang cewek yang memberi
kata “tergantung” tetapi ternyata dia sudah punya pacar.
Tiba-tiba saja aku
merasakan kepala Githa di pundakku, rupanya dia tertidur dan tidak sengaja. Aku
tatap wajahnya yang manis dan cakep itu. Bibir imutnya seakan menggodaku untuk
menciumnya. Tetapi aku berhasil menahan nafsuku dan mulai membetulkan dudukku.
Aku menoleh lagi,
seakan aku ingin sekali melihati dia terus. Akhirnya tanpa peduli resiko,
tanganku, kutaruh di pinggangnya sementara tangan satunya kutaruh di belakang
kepalanya dan kucium bibirnya. Tanpa diduga, lidahnya mulai menerobos bibirku
dan akhirnya lidah kami berduel di dalam mulut kami.
Tangannya menarikku
supaya lebih dekat. Akhirnya kami beristirahat untuk mengambil nafas. “Yin, apa
sih maksudmu ‘tergantung’?”
“Maksudku, tergantung
kamu mau nggak ngejar aku. Kalau kamu mau, sih aku terima saja.”Aku tercengang,
ternyata tadi dia cuma main hard-to-get. Kucium dia sekali lagi tapi kali ini
aku mulai ciumi juga lehernya dan kupingnya.
Tanganku juga mulai
masuk ke dalam bajunya yang ketat itu. Akhirnya tanganku mulai menyentuh bagian
dasar payudaranya, dengan satu gerakan mulus, tanganku mulai menggenggam
payudaranya yang lentur itu.

Pentilnya yang sudah
berdiri itu kumainkan dengan ibu jariku. Dia cuma mendesah kecil. Dia melepas
ciuman kami dan di bawah selimut yang hangat itu dia melepaskan kaos dan
BH-nya. Penumpang lain sudah tidur dan kami duduk di kursi paling belakang,
sehingga tidak ada yang dapat melihat ataupun menduga apa yang kami lakukan.
Setelah itu kami pun
mulai melanjutkan permainan kami yang gila ini. Tanganku mulai meraba masuk
celananya tak dapat dikira, ternyata dia tidak memakai celana dalam. Tanganku
mulai menelusuri “hutan” kemaluannya dan akhirnya menemukan klitorisnya yang
juga telah berdiri seperti pentil payudaranya. Sewaktu tanganku menyentuh
klitorisnya, dia bergetar sedikit.

Kubenamkan kepalaku di
bawah selimut dan dengan lahapnya kuhisap dan kujilat pentilnya sementara
tanganku sibuk bermain dengan klitoris dan liang kemaluannya. Desahannya mulai
agak cepat dan aku mulai takut ketahuan dan tertangkap.
Jadi kucium dia sambil
tanganku tetap bermain di kemaluannya. Akhirnya dia mendapat klimaks dan
jeritannya cuma terdengar dalam mulutku. Ledakan klimaksnya sangat dahsyat dan
tanganku dibanjiri oleh air bah klimaksnya seolah-olah seperti bendungan pecah
keluar dari liang kemaluannya.
Celananya kini pun
telah basah oleh air klimaksnya.Tanganku yang untuk pertama kalinya bermain
dengan kemaluan cewek ini mulai pegal. Akhirnya kubetulkan posisi dudukku dan
kupeluk dia. Dia memakai kembali kaosnya dan bersandar pada dadaku.
“Jon, kamu belum puas
kan, aku puasin yah?” Aku mulai gelagapan, jangan-jangan si Githa mau main di
pesawat. Aku tidak mau menanggung malu kalau ketahuan orang-orang, jadi aku
bilang,
“Yin, kamu keliatannya
capek, kamu istirahat saja, kamu kalau mau puasin aku boleh saja tapi nanti
saja.”Akhirnya pesawat kami tiba di Honolulu, Hawaii untuk mengisi bahan bakar.
Kami diperbolehkan
menunggu di dalam pesawat ataupun turun pesawat dan melihat-lihat keadaan
Hawaii dari ruang tunggu.
Aku dan Githa turun
pesawat dan ke ruang tunggu. Kami punya 2 jam untuk jalan-jalan. “Yin, kita mau
ngapain?” tanyaku sambil menggandeng tangannya bak sepasang kekasih. “Kamu
maunya apa?” jawabnya sambil memberikan senyuman seribu arti.Waktu masuk, aku
melihat ada iklan hotel dalam airport.
Kuajukan saranku untuk
beristirahat di dalam hotel. Githa setuju saja dan kami memesan satu kamar.
Sesampai di kamar, aku langsung merebahkan diri di ranjang setelah melepas kaos
dan sepatu serta kaos kakiku.

Githa berdiri di depan
ranjang dan menyalakan TV, acara yang ditayangkan adalah MTV. Dia berjalan
pelan mendekati ranjang tanpa melepaskan kontak mata. Pinggulnya bergerak ke
kiri dan kanan dengan seksinya.
Dengan gerakan yang
mulus, dia mulai berdansa dengan seksinya. Satu persatu pakaiannya dilepas
hingga badannya tidak terbungkus sehelai kain pun. Batang kemaluanku sudah
tegang dan keras seperti baja. Perlahan-lahan dia naik ke ranjang.

Dengan kedua lututnya,
dia menopang badannya dan dia mulai menunduk dan menyingkapkan selimut ranjang
yang kupakai. Sabukku dilepasnya dan celanaku ditarik sampai ke lutut. Batang
kemaluanku sudah sangat menonjol dan kepalanya keluar dari bagian atas celana
dalamku.
Kutendang celanaku ke
lantai. Celana dalamku dipelorotnya dan mulutnya yang kecil itu mulai mengulum
batang kemaluanku. Semua itu dilakukannya tanpa melepaskan kontak matanya dari
mataku.

Gerakan mulutnya yang
naik turun diiringi dengan sedotannya yang keras sungguh membuat nafsuku
meledak. Pinggulku, kugerakkan naik turun seirama dengan naik turun
mulutnya.Kepalanya kupegang dan setiap kali kepalanya turun, kudorong kepalanya
serendah mungkin agar seluruh batang kemaluanku ditelannya sedalam mungkin.
Akhirnya klimaksku
mulai mendaki naik dengan tajam, gerakan mulutnya pun mulai cepat dan
hisapan-hisapannya semakin keras.

“Yin, aku mau keluar
nih, kalau kamu nggak lepasin entar aku bakal nyemprot di mulut kamu nih…”
ucapku.Dia tidak menggubris peringatan yang kuberikan, bahkan gerakannya makin
dipercepat.
“Ohhh yesss… arghhh…”
Aku menjerit keras.
Aku seolah melayang di
dimensi keempat dan kenikmatan yang kudapat tidak dapat dilukiskan dengan
kata-kata sewaktu aku menyemprotkan spermaku di dalam mulutnya yang mungil itu.
Seluruh spermaku ditelannya dan batang kemaluanku dijilatinya agar tidak ada
setetes sperma pun yang bakal tertinggal.

Dia memandangku dan
bertanya, “Gimana, aku hebat nggak?” Hebat? Apa saja yang dilakukannya sangat
hebat dan mungkin dia penjilat kemaluan laki-laki yang terbaik di dunia.
Aku tidak tahu berapa
tahun dia latihan dan berapa batang kemaluan yang telah dia hisap.”Yin, aku
nggak tahu gimana bilangnya, kamu bukan hebat lagi, kamu the best.”
“Jon, aku tahu kamu
cuma basa basi saja. Tadi itu pertama kali aku nyoba ngisep kontol orang loh…” “Yang bener saja, aku
tidak percaya Yin. Masa aku cowok pertama yang kamu isep.” “Okay deh Jon, aku
ceritain deh. Aku dulunya ada banyak cowok, tapi semua tidak cocok. Tiap kali aku sama cowok-cowokku
yang dulu dating, kami sampai petting.” “Terus?”
“Yah, waktu sampai
heavy petting, kusuruh cowokku ‘ngisep aku’ tapi tidak ada yang mau. Jadi satu
persatu aku putusin.” “Nah apa hubungannya sama kamu ‘ngisep aku’?”
“Aku sayang sama kamu
Jon, alasan kedua aku putusin cowok-cowokku yang dulu sebab aku tidak bisa
ngelupain kamu. Aku masih inget waktu itu aku diganggu sama orang jahat di
dekat Mal Galaxy, kamu ngebantu aku.
Kalau nggak ada kamu
aku nggak tahu bakalan gimana. Sejak waktu itu aku mulai suka sama kamu.”Hatiku
mulai tersentuh dengan ucapannya itu. Kupeluk dia dan kucium bibirnya. Ciumanku
mulai menjalar ke pipinya, kupingnya, dagunya dan lehernya.
Tak berapa lama,
ciumanku sampai ke buah dadanya. Sambil kucium dan kujilat pentil buah dadanya
yang mulai keras dan tegak, tanganku menelusuri perutnya, hutannya dan akhirnya
jariku masuk ke dalam liang kemaluannya.
Dia mulai mendesah
kecil. Tangannya mengelus kepalaku dan rambutku. Ciumanku mulai menurun ke
bawah sampai ke liang kemaluannya. Klitorisnya yang telah berdiri tegak
terlihat jelas. Kujilat sekali dan efeknya sangat dahsyat.
Jeritan-jeritan
kenikmatan mulai keluar dari mulutnya. Sambil jariku keluar masuk lubangnya
yang sempit itu, kujilati klitorisnya dengan penuh semangat. Bau odor seks yang
keluar dari kemaluannya terasa harum di hidungku, menambah semangatku.
Jilatanku keras dan
cepat. Irama sodokan jariku kupercepat dan kuperlambat, membuat Githa
menggeliat dan menjerit keenakan.”Jon, kontolmu Jon, masukin donk…”
“Yin, kamu udah pernah
belum?”
“Kok nanya sih? Pasti
belum lah!” “Yin, pertama kali bakal sakit loh.” “Gini saja Yin, aku tiduran di
ranjang and kamu mengangkang di atasku, terus kamu saja yang masukin agar kamu
enak.

Kalau gitu, semua kamu
yang ngatur. Kalau sakit diem, kalau udah biasa masukin lagi.”
“Suka-suka kamu
deh.”Akhirnya dia pun mengangkang di atas batang kemaluanku dan berat badannya
ditopang dengan lututnya.
Perlahan-lahan dia
menurunkan badannya. Tangannya memegang batang kemaluanku dan diarahkannya ke
dalam liang kemaluannya. Liang kemaluannya sempit sekali. Sedikit demi sedikit
batang kemaluanku ditelan lubang kemaluannya.
Kurasakan ada hambatan
di depan batang kemaluanku, rupanya dia masih benar-benar perawan.”Yin, waktu
hymen kamu pecah kamu pasti ngerasain sakit jadi kamu kerasin saja agar sekali
langsung masuk.”

Dia menurut anjuranku
dan menggunakan seluruh berat badannya dan gravitasi, dia menurunkan badannya.
Pada saat yang sama, kuangkat lututku untuk menopang badannya. Jeritannya
menggema di dalam kamar yang kecil itu dan seprei ranjang diremasnya kuat-kuat.
Kami beristirahat
sebentar, agar liang kemaluannya bisa beradaptasi dengan adanya batang
kemaluanku di dalam liang kemaluannya. Setelah kurang lebih 3 menit, kutidurkan
dia di ranjang. Kedua kakinya di pundakku dan aku bertanya,”Yin, aku mulai ya?”
“Iya Jon, tapi jangan
sakiti aku.”
“Tenang kalau sakit
bilang saja, aku pasti stop.”Pinggulku mulai kugerakan maju mundur dan jariku
bermain dengan klitorisnya. Irama sodokanku dimulai dengan irama yang pelan,
dan irama itu terkadang kupercepat.

Erangan kenikmatan
menggema di dalam kamar. Githa telah klimaks dua kali selama irama ini
kupermainkan. Akhirnya klimaksku pun telah mendekat. Iramanya kupercepat dan
Githa pun mengikuti iramaku dan menarik tanganku agar batang kemaluanku bisa
masuk sedalam mungkin.
Pas sebelum aku
klimaks, kurasakan dinding lubang kemaluan Githa mengeras dan mencengkeram
batang kemaluanku dengan kuatnya dan dia pun mendapatkan klimaksnya sekali
lagi. Tidak lebih dari dua detik, aku pun menyemprotkan spermaku di dalam liang
kemaluannya.

Badan kami penuh
keringat dan aku pun berbaring di sebelah Githa. Kami kembali berpakaian dan
bergegas menuju pesawat, sebab kami hanya ada sepuluh menit sebelum pesawatnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar