Aku sekarang juga
masih menyambi kuliah aku menikah dengan suamiku yang umurnya terpaut jauh
denganku yaitu 7 tahun, orangtuaku yang menjodohkan aku dengannya walau begitu
aku juga sangat menyayangi suamiku. Karena aku dilahirkan dari keluarga
yang taat agama, maka aku pun seorang yang taat agama.Setelah pernikahan
menginjak usia 1 tahun, suami aku oleh perusahaan ditugasi untuk bekerja di
pabrik di daerah bogor.
Sebagai fasilitas,
kami diberikan sebuah rumah sederhana di komplek perusahaan. Sebagai seorang
istri yang taat, aku menurutinya pindah ke tempat itu. Komplek tempat tinggal
aku ternyata masih kosong, bahkan di blok tempat aku tinggal, baru ada rumah
kami dan sebuah rumah lagi yang dihuni, itu pun cukup jauh letaknya dari rumah
kami.
Karena rumah kami
masih sangat asli kami belum memiliki dapur, sehingga jika kami mau memasak aku
harus memasak di halaman belakang yang terbuka, ciri khas rumah sederhana.
Akhirnya suami memutuskan untuk membangun dapur dan ruang makan di sisa tanah
yang tersisa, kebetulan ada seorang tukang bangunan yang menawarkan jasanya.
Karena kami tidak
merasa memiliki barang berharga, kami mempercayai mereka mengerjakan dapur
tersebut tanpa harus kami tunggui, suami tetap berangkat ke kantor sedangkan
aku tetap kuliah.
Sampai suatu hari, aku
sedang libur dan suami aku tetap ke kantor. Pagi itu setelah mengantar Bang
Febri sampai ke depan gerbang, aku pun masuk ke rumah. Sebenarnya perasaan aku
sedikit tidak enak di rumah sendirian karena lingkungan kami yang sepi.
Sampai ketika beberapa
saat kemudian Om Bagas dan dua orang temannya datang untuk meneruskan kerjanya.
Dia tampak cukup terkejut melihat aku ada di rumah, karena aku tidak bilang
sebelumnya bahwa aku libur.
“Eh, kok Buk Hetta
nggak berangkat kuliah..?”
“Iya nih Om Bagas,
lagi libur..” jawab aku sambil membukakan pintu rumah.
“Kalo gitu aku mau
nerusin kerja di belakang buk..” katanya.
“Oh, silahkan..!” kata
aku.
Tidak lama kemudian
mereka masuk ke belakang, dan aku mengambil sebuah majalah untuk membaca di
kamar tidur aku. Namun ketika baru saja aku mau menuju tempat tidur, aku lihat
melalui jendela kamar Om Bagas sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian kotor
yang biasa dikenakan saat bekerja.
Dan alangkah
terkejutnya aku menyaksikan bagaimana Om Bagas tidak menggunakan pakaian dalam.
Sehingga aku dapat melihat dengan jelas otot tubuhnya yang bagus dan yang
paling penting penisnya yang sangat besar jika dibandingkan milik suami aku.

Aku seketika terkesima
sampai tidak sadar kalau Om Bagas juga memandang aku. “Eh, ada apa buk..?”
katanya sambil menatap ke arah aku yang masih dalam keadaan telanjang dan aku
lihat penis itu mengacung ke atas sehing terlihat lebih besar lagi.
Aku terkejut dan malu
sehingga cepat-cepat menutup jendela sambil nafas jadi terengah-engah. Seketika
diri aku diliputi perasaan aneh, belum pernah aku melihat laki-laki telanjang
sebelumnya selain suami, bahkan jika sedang berhubungan sex dengan suami aku,
suami masih menutupi tubuh kami dengan selimut, sehingga tidak terlihat
seluruhnya tubuh kami.
Aku mencoba
mengalihkan persaan aku dengan membaca, tetapi tetap saja tidak dapat hilang.
Akhirnya aku putuskan untuk mandi dengan air dingin. Cepat-cepat aku masuk ke
kamar mandi dan mandi. Setelah selesai, aku baru sadar aku tidak membawa handuk
karena tadi terburu-buru, sedangkan pakaian yang aku kenakan sudah aku basahi
dan penuh sabun karena aku rendam.
Aku bingung, namun
akhirnya aku putuskan untuk berlari saja ke kamar tidur, toh jaraknya dekat dan
para kuli bangunan ada di halaman belakang dan pintunya tertutup. Aku yakin
mereka tidak akan melihat, dan aku pun mulai berlari ke arah kamar aku yang
pintunya terbuka.
Namun baru aku akan
masuk ke kamar, tubuh aku menabrak sesuatu hingga terjatuh. Dan alangkah
terkejutnya, ternyata yang aku tabrak itu adalah Om Bagas.
“Maaf Buk.., tadi aku
cari Buk Hetta tapi Buk Hetta nggak ada di kamar. Baru aku mau keluar, eh Buk
hetta nabrak aku..” katanya dengan santai seolah tidak melihat kalau aku sedang
telanjang bulat.
Aku begitu malu
berusah bangkit sambil mentupi dada dan bagian bawah aku.
Namun Om Bagas segera
menangkap tangan aku dan berkata,
“Nggak usah malu
buk.., tadi Buk juga udah ngeliat punya aku, aku nggak malu kok..”
“Jangan Pak..!” kata
aku, namun Om Bagas malah mengangkat aku ke arah halaman belakang menuju dua
orang temannya. Aku berusaha memberontak dan berteriak, tapi Om Bagas dengan
santainya malah berkata, “Tenang aja Buk.., di
sini sepi. Suara teriakan Buk nggak bakal ada yang denger..” Melihat tubuh
telanjang aku, kedua teman Om Bagas segera bersorak kegirangan. “Wah, bagus betul ni
tetek..” kata yang satu sambil membetot dan meremas payudara aku
sekeras-kerasnya.
”Tolong jangan perkosa
aku, aku nggak bakalan lapor siapa-siapa…” kata aku.
“Tenang aja deh kamu
nikmati aja…” kata teman Om Bagas yang badannya sedikit gendut sambil tangannya
meraba bulu kemaluan aku, sedang Om Bagas masih memegang kedua tangan aku
dengan kencang.
Tidak berapa lama
kemudian aku lihat ketiganya mulai melepas pakaian mereka. Aku melihat
tubuh-tubuh mereka yang mengkilat karena keringat dan penis mereka yang
mengacung karena nafsunya. Dengan cepat mereka membaringkan tubuh aku di atas
pasir. Kemudian Om Bagas mulai menjilati kemaluan aku.
“Wah.., vaginanya
wangi loh..” katanya.
Aku segera berontak,
namun kedua teman Om Bagas segera memegangi kedua tangan dan kaki aku. Yang
botak memegang kaki, sedangkan yang gendut memegang kedua tangan aku sambil
menghisap puting susu aku. Tidak berapa lama kemudian Om Bagas mulai
mengarahkan penisnya yang besar ke lubang vagina aku.
Dan ternyata, yang
tidak aku duga sebelumnya, rasanya ternyata sangat nikmat. Benar-benar berbeda
dengan suami aku. Namun karena malu, aku terus berontak sampai Om Bagas mulai
mengoyangkan penisnya dengan gerakan yang kasar, tapi entah kenapa aku justru
merasa kenikmatan yang luar biasa, sehingga tanpa sadar aku berhenti berontak
dan mulai mengikuti irama goyangnya.
Melihat itu kedua
teman Om Bagas tertawa dan mengendurkan pegangannya. Mendengar tawa mereka, aku
sadar namun mau memberontak lagi aku merasa tanggung, sehingga yang terjadi
adalah aku terlihat seperti sedang berpura-pura mau berontak namun walau
dilepaskan aku tetap tidak berusaha melepaskan diri dari om bagas.
Tidak lama kemudian Om
Bagas membalikkan tubuh aku dalam posisi doggie tanpa melepaskan miliknya dari
kemaluan aku. Melihat itu, tanpa dikomando si gendut langsung memasukkan
penisnya ke mulut aku. Aku berusaha berontak, namun si gendut menjambak aku
dengan keras, sehingga aku menurutinya.
Aku benar-benar
mengalami sensasi yang luar biasa, sehingga beberapa saat kemudian aku
mengalami orgasme yang luar biasa yang belum pernah aku alami sebelumnya. Tubuh
aku menjadi lemas dan jatuh tertelungkup. Namun tampaknya Om Bagas belum
selesai, sehingga genjotannya dipercepat sampai kemudian dia mencapai kelimaks
dan memuntahkan spermanya ke dalam rahim aku.
Begitu Om Bagas
mencabutnya, si botak langsung memasukkan kemaluannya ke dalam milik aku tanpa
memberi waktu untuk istirahat. Tidak lama kemudian si gendut mencapai kelimaks,
dia menekan kemaluannya ke dalam mulut aku dan tanpa aba- aba, langsung
menembakkan spermanya ke dalam mulut aku. Banyak sekali spermanya yang aku
rasakan di mulut aku, namun ketika aku hendak membuang sperma itu, Om Bagas
yang aku lihat sedang duduk beristirahat berkata. “Jangan dibuang dulu,
cepet kamu kumur-kumur mani itu yang lama… pasti nikmat… ha.. ha.. ha..”

Dan seperti seekor
kerbau yang bodoh, aku menurutinya berkumur dengan seperma itu. Sementara si
botak terus mengocok penisnya di dalam kemaluan aku, aku melihat Om Bagas masuk
ke dalam rumah aku dan keluar kembali dengan membawa sebuah terong besar yang
aku beli tadi pagi untuk aku masak serta sebuah kalung mutiara imitasi milik
aku. Tidak berapa lama kemudian si botak mencapai kelimaks dan aku pun terjatuh
lemas di atas pasir tersebut. Melihat temannya sudah selesai, Om
Bagas menghampiri aku sambil memaksa aku kembali ke posisi merangkak.
“Sambil menunggu
tenaga kita kembali pulih, mari kita lihat hiburan ini..” katanya sambil
memasukkan terong ungu yang sangat besar itu ke dalam vagina aku. Tentu saja
aku terkejut dan berusaha memberontak, tetapi kedua temannya segera memegangi
aku.
Dan tidak lama
kemudian, “Bless..!” terong itu masuk 3/4-nya ke dalam vagina aku. Rasa
sakitnya benar-benar luar biasa, sehingga aku menggoyang-goyangkan pantat aku
ke kiri dan kanan. “Lihat anjing ini.. ekornya aneh.. ha… ha… ha…” kata si
tukang bangunan.

“Sekarang kamu
merangkak keliling halaman belakang ini, ayo cepat..!” kata si tukang bangunan.
Dengan perlahan aku merangkak, dan ternyata rasanya benar-benar nikmat.
Karena rasa geli-geli
nikmat itu, sedikit-sedikit aku berhenti, tetapi setiap aku berhenti dengan
segera mereka mencambuk pantat aku. Tidak berapa lama aku mencapai kelimaks,
melihat itu mereka tertawa. Om Bagas kemudian menghampiri aku, lalu mulai
memasukkan kalung mutiara imitasi yang sebesar kelereng tadi satu persatu ke
dalam lubang anus aku. Aku kembali menjerit,
tetapi dengan tenang dia berkata,
“Tahan dikit ya..,
nanti enak kok..!” Sampai akhirnya, kemudian kalung itu tinggal seperempatnya
yang terlihat, lalu sambil menggenggam sisa kalung tersebut dia berkata.
“Sekarang kamu maju
pelan-pelan..” Dan ketika aku bergerak, kembali kalung itu tercabut pelan-pelan
dari anus aku sampai habis. Begitulah mereka mempermainkan aku sampai kemudian
mereka siap memperkosa aku lagi berulang-ulang sampai sore hari, dan anehnya
setiap mereka kelimaks aku pun turut orgasme dengan arti aku menikmati
diperkosa.

Malam harinya ketika
suami aku pulang, aku sama sekali tidak melaporkan kejadian tersebut kepadanya,
ga tau entah kenapa!mungkin saking nikmatnya ngentot bareng 3 buruh bangunan
sehingga pemerkosaan tersebut terus terjadi berulang-ulang setiap aku sedang
tidak kuliah.
Dan setiap memperkosa,
buruh bangunan ini selalu menyelingi dengan mengerjai aku dengan cara yang
aneh-aneh, dan itu berlangsung sampai dapur aku selesai dibangun! Sunguh
nikmatnya diperkosa buruh bangunan lho tubuh mereka kekar dan tenaga meraka
sangat kuat dalam melakukan hubungan sex!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar