Sabtu, 21 Oktober 2017

Buruh Bangunan

Aku sekarang juga masih menyambi kuliah aku menikah dengan suamiku yang umurnya terpaut jauh denganku yaitu 7 tahun, orangtuaku yang menjodohkan aku dengannya walau begitu aku juga sangat menyayangi suamiku.  Karena aku dilahirkan dari keluarga yang taat agama, maka aku pun seorang yang taat agama.Setelah pernikahan menginjak usia 1 tahun, suami aku oleh perusahaan ditugasi untuk bekerja di pabrik di daerah bogor.
Sebagai fasilitas, kami diberikan sebuah rumah sederhana di komplek perusahaan. Sebagai seorang istri yang taat, aku menurutinya pindah ke tempat itu. Komplek tempat tinggal aku ternyata masih kosong, bahkan di blok tempat aku tinggal, baru ada rumah kami dan sebuah rumah lagi yang dihuni, itu pun cukup jauh letaknya dari rumah kami.
Karena rumah kami masih sangat asli kami belum memiliki dapur, sehingga jika kami mau memasak aku harus memasak di halaman belakang yang terbuka, ciri khas rumah sederhana. Akhirnya suami memutuskan untuk membangun dapur dan ruang makan di sisa tanah yang tersisa, kebetulan ada seorang tukang bangunan yang menawarkan jasanya.
Karena kami tidak merasa memiliki barang berharga, kami mempercayai mereka mengerjakan dapur tersebut tanpa harus kami tunggui, suami tetap berangkat ke kantor sedangkan aku tetap kuliah.
Sampai suatu hari, aku sedang libur dan suami aku tetap ke kantor. Pagi itu setelah mengantar Bang Febri sampai ke depan gerbang, aku pun masuk ke rumah. Sebenarnya perasaan aku sedikit tidak enak di rumah sendirian karena lingkungan kami yang sepi.
Sampai ketika beberapa saat kemudian Om Bagas dan dua orang temannya datang untuk meneruskan kerjanya. Dia tampak cukup terkejut melihat aku ada di rumah, karena aku tidak bilang sebelumnya bahwa aku libur.
“Eh, kok Buk Hetta nggak berangkat kuliah..?”
“Iya nih Om Bagas, lagi libur..” jawab aku sambil membukakan pintu rumah.
“Kalo gitu aku mau nerusin kerja di belakang buk..” katanya.
“Oh, silahkan..!” kata aku.
Tidak lama kemudian mereka masuk ke belakang, dan aku mengambil sebuah majalah untuk membaca di kamar tidur aku. Namun ketika baru saja aku mau menuju tempat tidur, aku lihat melalui jendela kamar Om Bagas sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian kotor yang biasa dikenakan saat bekerja.
Dan alangkah terkejutnya aku menyaksikan bagaimana Om Bagas tidak menggunakan pakaian dalam. Sehingga aku dapat melihat dengan jelas otot tubuhnya yang bagus dan yang paling penting penisnya yang sangat besar jika dibandingkan milik suami aku.


Aku seketika terkesima sampai tidak sadar kalau Om Bagas juga memandang aku. “Eh, ada apa buk..?” katanya sambil menatap ke arah aku yang masih dalam keadaan telanjang dan aku lihat penis itu mengacung ke atas sehing terlihat lebih besar lagi.
Aku terkejut dan malu sehingga cepat-cepat menutup jendela sambil nafas jadi terengah-engah. Seketika diri aku diliputi perasaan aneh, belum pernah aku melihat laki-laki telanjang sebelumnya selain suami, bahkan jika sedang berhubungan sex dengan suami aku, suami masih menutupi tubuh kami dengan selimut, sehingga tidak terlihat seluruhnya tubuh kami.

Aku mencoba mengalihkan persaan aku dengan membaca, tetapi tetap saja tidak dapat hilang. Akhirnya aku putuskan untuk mandi dengan air dingin. Cepat-cepat aku masuk ke kamar mandi dan mandi. Setelah selesai, aku baru sadar aku tidak membawa handuk karena tadi terburu-buru, sedangkan pakaian yang aku kenakan sudah aku basahi dan penuh sabun karena aku rendam.
Aku bingung, namun akhirnya aku putuskan untuk berlari saja ke kamar tidur, toh jaraknya dekat dan para kuli bangunan ada di halaman belakang dan pintunya tertutup. Aku yakin mereka tidak akan melihat, dan aku pun mulai berlari ke arah kamar aku yang pintunya terbuka.
Namun baru aku akan masuk ke kamar, tubuh aku menabrak sesuatu hingga terjatuh. Dan alangkah terkejutnya, ternyata yang aku tabrak itu adalah Om Bagas.
“Maaf Buk.., tadi aku cari Buk Hetta tapi Buk Hetta nggak ada di kamar. Baru aku mau keluar, eh Buk hetta nabrak aku..” katanya dengan santai seolah tidak melihat kalau aku sedang telanjang bulat.
Aku begitu malu berusah bangkit sambil mentupi dada dan bagian bawah aku.
Namun Om Bagas segera menangkap tangan aku dan berkata,
“Nggak usah malu buk.., tadi Buk juga udah ngeliat punya aku, aku nggak malu kok..”
“Jangan Pak..!” kata aku, namun Om Bagas malah mengangkat aku ke arah halaman belakang menuju dua orang temannya. Aku berusaha memberontak dan berteriak, tapi Om Bagas dengan santainya malah berkata, “Tenang aja Buk.., di sini sepi. Suara teriakan Buk nggak bakal ada yang denger..” Melihat tubuh telanjang aku, kedua teman Om Bagas segera bersorak kegirangan. “Wah, bagus betul ni tetek..” kata yang satu sambil membetot dan meremas payudara aku sekeras-kerasnya.
”Tolong jangan perkosa aku, aku nggak bakalan lapor siapa-siapa…” kata aku.
“Tenang aja deh kamu nikmati aja…” kata teman Om Bagas yang badannya sedikit gendut sambil tangannya meraba bulu kemaluan aku, sedang Om Bagas masih memegang kedua tangan aku dengan kencang.
Tidak berapa lama kemudian aku lihat ketiganya mulai melepas pakaian mereka. Aku melihat tubuh-tubuh mereka yang mengkilat karena keringat dan penis mereka yang mengacung karena nafsunya. Dengan cepat mereka membaringkan tubuh aku di atas pasir. Kemudian Om Bagas mulai menjilati kemaluan aku.
“Wah.., vaginanya wangi loh..” katanya.
Aku segera berontak, namun kedua teman Om Bagas segera memegangi kedua tangan dan kaki aku. Yang botak memegang kaki, sedangkan yang gendut memegang kedua tangan aku sambil menghisap puting susu aku. Tidak berapa lama kemudian Om Bagas mulai mengarahkan penisnya yang besar ke lubang vagina aku.
Dan ternyata, yang tidak aku duga sebelumnya, rasanya ternyata sangat nikmat. Benar-benar berbeda dengan suami aku. Namun karena malu, aku terus berontak sampai Om Bagas mulai mengoyangkan penisnya dengan gerakan yang kasar, tapi entah kenapa aku justru merasa kenikmatan yang luar biasa, sehingga tanpa sadar aku berhenti berontak dan mulai mengikuti irama goyangnya.
Melihat itu kedua teman Om Bagas tertawa dan mengendurkan pegangannya. Mendengar tawa mereka, aku sadar namun mau memberontak lagi aku merasa tanggung, sehingga yang terjadi adalah aku terlihat seperti sedang berpura-pura mau berontak namun walau dilepaskan aku tetap tidak berusaha melepaskan diri dari om bagas.
Tidak lama kemudian Om Bagas membalikkan tubuh aku dalam posisi doggie tanpa melepaskan miliknya dari kemaluan aku. Melihat itu, tanpa dikomando si gendut langsung memasukkan penisnya ke mulut aku. Aku berusaha berontak, namun si gendut menjambak aku dengan keras, sehingga aku menurutinya.
Aku benar-benar mengalami sensasi yang luar biasa, sehingga beberapa saat kemudian aku mengalami orgasme yang luar biasa yang belum pernah aku alami sebelumnya. Tubuh aku menjadi lemas dan jatuh tertelungkup. Namun tampaknya Om Bagas belum selesai, sehingga genjotannya dipercepat sampai kemudian dia mencapai kelimaks dan memuntahkan spermanya ke dalam rahim aku.
Begitu Om Bagas mencabutnya, si botak langsung memasukkan kemaluannya ke dalam milik aku tanpa memberi waktu untuk istirahat. Tidak lama kemudian si gendut mencapai kelimaks, dia menekan kemaluannya ke dalam mulut aku dan tanpa aba- aba, langsung menembakkan spermanya ke dalam mulut aku. Banyak sekali spermanya yang aku rasakan di mulut aku, namun ketika aku hendak membuang sperma itu, Om Bagas yang aku lihat sedang duduk beristirahat berkata. “Jangan dibuang dulu, cepet kamu kumur-kumur mani itu yang lama… pasti nikmat… ha.. ha.. ha..”


Dan seperti seekor kerbau yang bodoh, aku menurutinya berkumur dengan seperma itu. Sementara si botak terus mengocok penisnya di dalam kemaluan aku, aku melihat Om Bagas masuk ke dalam rumah aku dan keluar kembali dengan membawa sebuah terong besar yang aku beli tadi pagi untuk aku masak serta sebuah kalung mutiara imitasi milik aku. Tidak berapa lama kemudian si botak mencapai kelimaks dan aku pun terjatuh lemas di atas pasir tersebut. Melihat temannya sudah selesai, Om Bagas menghampiri aku sambil memaksa aku kembali ke posisi merangkak.
“Sambil menunggu tenaga kita kembali pulih, mari kita lihat hiburan ini..” katanya sambil memasukkan terong ungu yang sangat besar itu ke dalam vagina aku. Tentu saja aku terkejut dan berusaha memberontak, tetapi kedua temannya segera memegangi aku.
Dan tidak lama kemudian, “Bless..!” terong itu masuk 3/4-nya ke dalam vagina aku. Rasa sakitnya benar-benar luar biasa, sehingga aku menggoyang-goyangkan pantat aku ke kiri dan kanan. “Lihat anjing ini.. ekornya aneh.. ha… ha… ha…” kata si tukang bangunan.


“Sekarang kamu merangkak keliling halaman belakang ini, ayo cepat..!” kata si tukang bangunan. Dengan perlahan aku merangkak, dan ternyata rasanya benar-benar nikmat.
Karena rasa geli-geli nikmat itu, sedikit-sedikit aku berhenti, tetapi setiap aku berhenti dengan segera mereka mencambuk pantat aku. Tidak berapa lama aku mencapai kelimaks, melihat itu mereka tertawa. Om Bagas kemudian menghampiri aku, lalu mulai memasukkan kalung mutiara imitasi yang sebesar kelereng tadi satu persatu ke dalam lubang anus aku. Aku kembali menjerit, tetapi dengan tenang dia berkata,
“Tahan dikit ya.., nanti enak kok..!” Sampai akhirnya, kemudian kalung itu tinggal seperempatnya yang terlihat, lalu sambil menggenggam sisa kalung tersebut dia berkata.
“Sekarang kamu maju pelan-pelan..” Dan ketika aku bergerak, kembali kalung itu tercabut pelan-pelan dari anus aku sampai habis. Begitulah mereka mempermainkan aku sampai kemudian mereka siap memperkosa aku lagi berulang-ulang sampai sore hari, dan anehnya setiap mereka kelimaks aku pun turut orgasme dengan arti aku menikmati diperkosa.


Malam harinya ketika suami aku pulang, aku sama sekali tidak melaporkan kejadian tersebut kepadanya, ga tau entah kenapa!mungkin saking nikmatnya ngentot bareng 3 buruh bangunan sehingga pemerkosaan tersebut terus terjadi berulang-ulang setiap aku sedang tidak kuliah.
Dan setiap memperkosa, buruh bangunan ini selalu menyelingi dengan mengerjai aku dengan cara yang aneh-aneh, dan itu berlangsung sampai dapur aku selesai dibangun! Sunguh nikmatnya diperkosa buruh bangunan lho tubuh mereka kekar dan tenaga meraka sangat kuat dalam melakukan hubungan sex! 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEBIASAAN BURUK Aku punya sebuah kebiasaan sejak lama. Aku suka sekali bila tubuhku dipandangi dengan bebas. Mungkin karena aku terl...