Aku berprofesi
sebagai bidan desa kebetulan aku bertugas di desa yang aku tempati bersama
kedua orangtuaku. Panggil saja aku Bidan Dhea, diusia 25 tahun aku sudah
diangkat menjadi pegawai negeri sipil, saat itu statusku masih Singgle dan
perawan. Jaman dulu masih mudah untuk menjadi pegawai apalagi profesi bidan
masih sangat jarang peminatnya.
Aku anak pertama
dari 3 bersaudara, ibuku pegawai kecamatan. Sedangkan bapakku seorang guru SD
dan Kedua adikku masih bersekolah. Aku termasuk orang yang beruntung karena
lulus dari kuliah aku langsung mendapat pekerjaan dandiangkat menjadi pegawai
negeri. Hanya wiyata bakti 2 bulan kala itu. Bapak ibu merasa bahagia setelah
aku menjadi PNS.
Mereka membiayai
kuliah tidak sedikit dan sekarang terbayarkan sudah. Apalagi aku ditempatkan di
desa tempat tinggalku selain menguasai wilayahnya aku juga tidak perlu pindah
tempat. Kalau saja aku dapat daerah lain aku butuh penyesuaian terlebih dahulu.
Semua serba kebetulan, aku bertempat tinggal di rumah dinas dekat dengan balai
desa.
Aku membuka praktek
disana , tempatnya tidak jauh dari rumah. Hanya saja aku sering pulang ke rumah
apabila malam hari. Paginya aku sudah dinas di desa. Seminggu sekali aku datang
ke puskesma untuk memberikan laporan kerja selama satu minggu di desa. Jarak
dari rumah ke puskesmas kira-kira 1.5 jam karena terbentur jalan yang rusak.
Belum lagi jika hujan pastinya sangat licin.
Namun semua aku
jalani dengan ikhlas. Aku jalani hari demi hari dengan penuh semangat apalagi
aku masih bujang. Pastinya jiwa mudanya masih mengebu-gebu semangat untuk
bekerja. Sampai aku lupa jik aku sudah berumur pengen juga memiliki pendamping
hidup. Kesibukan menjadi bidan desa menyita banyak waktu luangku. Setiap kali
ada waktu aku selalu mengerjakan laporan.
Hari-hariku kerja
dan mengabdi pada negara karena memang sudah menjadi tanggung jawabku. Aku
memiliki pengalaman cinta yang sangat unik. Beda dengan wanita lainnya, aku
tidak pernah berpacaran namun pengalamanku tidak kalah dengan wanita yang sudah
berkali-kali pacaran. Kala itu peraturan berubah aku harus menempati rumah
dinas tidak boleh pulang ke rumah.
Boleh pulang jika
libur saja, karena bidan desa memang harus menempati wilayah desanya. Aku
tinggal sendiri di rumah dinas tidak ada yang menemani. Aku termasuk pemberani
semua aku kerjakan sendiri dan tidak punya rasa takut sedikitpun. Setiap pagi
aku bersih-bersih rumah memasak mencuci pakaian sendiri , ya itung-itung
belajar mandiri.
Rumah dinas yang
berdampingan dengan kantor desa setiap pagi ramai para warga yang berdatangan
di kantor desa seringkali mampir ke rumahku. Untuk sekedar minta untuk di tensi
dan periksa. Ya lumayan penghasilanku bertambah jika kantor desa aktif setiap
harinya. Ya mungkin itu sudah rejekiku berada di lingkungan ini.
Kala itu ada
perangkat desa yang baru namanya Pak Dani. Dia perangkat desa baru sudah
memiliki anak dan beristri. Dia sering datang ke rumah untuk mengecekk tekanan
darah karena dia sering pusing. Pak Dani orangnya ramah baik pula. Aku sering
minta bantuan kepadanya,misalnya membetulkan lampu rumah yang mati atau kran
yang sering bocor.
Dia termasuk
perangkat desa yang disiplin karena selalu berangkat pagi bersih-bersih
kantordan menata ruangan. Pada waktu itu aku ada keperluan untuk bertemu dengan
pak Lurah. Beliau datangnya siang sekitar jam 10 aku menunggu lama sekali di
depan rumah, “bu Bidan nungguin
siapa? Tanya pak Dani..”. “hmmm…nunggu pak
Lurah pak lama sekali belum datang ya…”. “ohhh … pak Lurah
ada rapat bu di kecamatan jadi tidak berangkat ke kantor..”. “waduhh..padahal
mau minta tanda tangan nih pak untuk keperluan laporan saya..”
“apa gini aja bu,
laporannya saya bawa ke kecamatan biar nanti di tanda tangani pak Lurah gimana
bu? Ni saya mau ngantar stempel ke kecamatan..”. “wah kebetulan pak, sebentar pak saya nitip sekalian ya…”
Akhirnya aku
menitipkan laporan ke Pak Dani dan dia segera pergi ke kecamatan. Aku kembali
masuk ke rumah untuk memasak sembari menunggu pak Dani. Sekitar satu jam pak
Dani sudah pulang. Ternyata diluar hujan angin sangat deras aku pun resah
menunggu pak Dani takut laporanku basah. Aku mondar mandir di depan.
Tiba-tiba pak Dani
mengagetkan aku dari belakang, dia basah kuyup sementara laporanku aman.
Pak Dani basah karena tadi hujan-hujanan membetulkan genteng kantor. Aku
pun mempersilahkan pak Dani masuk ke rumah dan memberikannya handuk. Untung aja
dirumah ada pakaian bapak yang masih disini dan aku meminjamkan pakaian itu.
Pak Dani masuk ke
kamar mandi sementara aku membuatkan teh hangat untuknya. Seperti sudah biasa
aku dan pak Dani ngobrol di tengah derasnya hujan. Ngobrol tidak tahu waktu
hujan lama sekali belum juga reda. Pembicaraan kita yang sangat lama membuat
yang dibahas semakin mengarah ke hal-hal yang kurang baik.
Dia menanyakan
status aku kemudian dia bilang apakah aku masih perawan atau tidak. Aku
menjawab apa adanya, pak Dani duduk namun semakin mendekati aku, “kamu cantik
ya bu bidan…” sambil tangannya mengelus rambutku.
“aahhhh…Pak Dani
bisa aja sih…”
“iya kok bu .. ya
namanya masih perawan memang selalu bikin penasaran, ” ucap pak Dani.
Aku tersipu malu
ketika pak Dani berkata itu tentang aku. Dia menatap mataku dengan tajam,
tatapannya terlihat seperti ada sesuatu yang dia inginkan. Aku pun membalasnya
dengan terus melihat tatapan matanya. Jantungku semakin berdebar, walaupun
sudah beristri namun pak Dani seperti masih bujang. Rapi ganteng dan
wangi membuat aku terpesona.
Pak Dani meraba
pundakku , rambutku yang tergerai dia belai perlahan. Dia memelukku dengan erat
setelah itu dia mencium bibirku yang merona itu. Entah sore itu aku
seperti hilang akal aku selalu memberikan respon kepada pak Dani. Ciuman yang
sangat lembut bibirku di kecup begitu mesra. Belaian tangannya membuat aku
merinding seakan gairah ku bangkit.
Tangannya meraba
payudaraku dengan keras. Dia remas-remas payudaraku kedua tanganya memegang
payudara kanan dan kiriku. Bibirnya masih menciumiku, aku menjadi sangat
bergairah. Setelah itu bajuku dilepas dan aku hanya memakai bra saja. Pak Dani
menggendongku ke kamar periksa, aku ditidurkan disitu.
Tempat dimana aku
melayani pasien namun kala itu aku melayani birahi seorang pria. Tak lupa pak
Dani mengunci semua pintu agar tidak ada orang yang masuk. Hujan masih sangat
deras angin yang berhembus membuat udara semakin dingin. Seakan suasana
mendukung sekali buat bercumbu. Aku terbaring di kasur pak Dani melepas semua
bajunya dan hanya memakai celana dalam saja.
Setelah itu dia
kembali menciumi bibirku dengan beringas. Mungkin dia udah sangat horni melihat
tubuhku yang mulus putih itu. Tubuhnya berada diatasku, bibirnya mengulum
bibirku. Braku terlepas payudaraku bergesekan dengan dadanya. Dengan penuh
kegairahan pak Dani menciumi tubuhku, dia mengulum putting susuku, “aaaahhhhh….
pakk…. aaaahhh…. ooohhh… aaahhhhhh…..”

Tangannya
memutar-mutar putting susuku dengan perlahan. Gairah ku sangat lah tinggi
tubuhku menggeliat merasakan kenikmatan. Payudaraku kanan kiri dikulum dengan
bibirnya secara bergantian. Jemarinya memutar-mutar putting susuku,
“aaakkhhhh…aaakkkkhh…..ooohhh….aaahhhhh….aaakkkhhh…pak….lagi
pak… aahhhh…”
Penisnya bergesekan
dengan memekku terasa begitu geli. Gairah semakin memuncak ketika pak Dani
mengecup putingku serasa mau lepas. Dia tarik dengan bibiirnya dia lepaskan dia
tarik lagi,
“oooohhhhh
aaaahhhhhh… oohh….aahhhh….ooohh…..aaaahhhh pak…..”
Aku hanya mendesah
merasakan kenikmatan saat itu. Tubuhku terus bergetar merasakan kenikmatan. Dia
mencoba menciumi tubuhku dari atas hingga ke bawah. Memekku yang merekah
membuat di semakin bergairah. Memekku yang rimbun akan bulu kemaluan dia belai.
Dari atas turun lipatan demi lipatan dia buka dengan jemarinya,
“ooouugghhhh…aaahhhhh…aaaaaaahhhh…ougghh
pak…nikmat pak…. aaaaaahhhhh……”

Dia menjilati
selakanganku ohh nikmat sekali. Setelah itu dia mengecup memekku dengan
perlahan. Lidahnya terus menjilati semua bagian memekku yang membuat dia makin
horny. Aku terus mendesah sembari tubuhku bergerak, “aaaaaahhhhhh……. aaahhhhhhhhh……
aaaaakkkhhh…… aaaahhh…pak…..ooohh……”

Kemudian dia
membalikkan badan dengan posisi 69. Aku menciumi penisnya yang berdiri tegak
itu. Dia memintaku untuk memasukkan penisnya ke dalam mulutku. Aku jilati ujung
penisnya dia tampak senang sekali, “aaahhhh…masuk lagi…masukkan penisku kedalam…. aaaakkkhhh….”
Aku menuruti
permintaanya penisnya aku kulum keluar masuk ke dalam mulutku. Baru pertama
kali aku melakukan ini namun aku sudah lihay. Dia terus mendesah nikmat,
bibirnya masih saja mengulum memekku hingga aku mengeluarkan cairan. Setiap
kali aku merasa nikmat cairan itu keluar banyak sekali. Pak Dani mengelap
memekku dengan tisu dan terus menciuminya.
Penisnya masih saja
keluar masuk ke dalam mulutku. Aku mengocok penis pak Dani hingga dia lemas,
“enak sekali
bu…aaakkkhhh..terus masuk lagi… aaaaakkkhhh…ooohhh…..”
Kemudian kita
berubah posisi sepeti semula, dia berda diatasku. Penisnya dia gesek-gesekkan
dengan memekku. Nikmat sekali,
“oooohhhhh…aaahhh….ooohhh…aaahhhhh…..”
Ujung penisnya dia
coba masukkan ke dalam memekku, masih susah karena aku masih perawan. Dia tidak
pantang menyerah selalu ingin mencobanya. Hingga ujung penisnya masuk ke dalam
memekku,
“aawwww…sakit
pak…awwww….aaaahhhh…aaakkkhh…..ooohhh…….”
Ujung penisnya dia
tekan supaya seluruh batang penisnya mausk ke dalam memekku. Dia tekan perlahan
dan akhirnya masuk aku pun menjerit merasakan kesakitan, “aaaaawww….aahhh…..”
“kreeekkkkk….”
Seperti bunyi robekan

Mungkin selaput
keperawananku sudah pecah aku sudah berhasil diperawani oleh pak Dani. Dia
terus memasukkan penisnya keluar masuk ke dalam memekku. Tekanan yang pelan itu
berubah menjadi tekanan yang sangat keras, “aaaakkkhh….aaaahhh…ooohh…pak….nikmat
pak…. aaakkhhh…. lagi…..”
Aku memintanya lagi
dan lagi maju mundur penis itu. Tekanan yang semakin cepat membuat aku tak
berdaya. Penisnya seakan memompa masuk ke dalam memekku. Tubuhku bergetar pak
Dani memerah wajahnya ketika itu. Dia tampak sangat bergairah keringatnya jatuh
bercucuran membasahi tubuhku,

“aaaaahhhh… pak…..ooohh….aaahhhh………pak….ahhhh…..”
Penisnya seperti
tertancap di dalam memekku. Aku mengangkat sedikit pantatku terasa sangat
nikmat. Sesekali pak Dani mengoyangkan penisnya dan aku mendesah keras,
“ooohhh
pak….aaahhh….lagi pak….aahhh…aaakkkhhh…..oohh…pak….terus pak…”

Bibirnya masih
asyik mengulum putting susuku supaya aku makin bergairah. Lidahnya bermain
dengan putingku dia jilati berputar – putar lidahnya mengelilingi bagian yang
berwarna hitam di payudaraku,
“aaaaaaahhhhhhh…….aaaaaaakkkkkkkkkhhhhhhh…….”
Tak lama kemudian
sperma Pak Dani keluar dan dia semprotkan di bibirku. Bibirkupun banyak sperma
, aku menjilati dengan lidahku dan aku menelannya, “cccccccrrrrroooooooooottttt……
cccccccrrrrrroooooooootttt…… ccccccrrrooooooootttt…..”
Sperma itu banyak
dan terasa lengket sekali. Tampak kepuasan tersendiri terpancar dari wajah pak
Dani. Dia berhasil memerawani aku kala itu. Aku yang hanya pasrah dibuat lemas
oleh pak Dani. Lalu aku membersihkan mulutku dan mengenakan bajuku kembali. Pak
Dani juga memakai pakaiannya, hujansudah reda dia pun berpamitan pulang.

Ternyata pas pak
Dani keluar dari rumah dinasku ada orang yang melihat. Pak Lurahpun
menegtahuinya aku dipanggil dengan pak Dani. Aku mengakui semua perbuatan mesum
itu tanpa memikirkan bahwa pak Dani itu sudah berkeluarga. Dari pihak desa
melaporkan aku dengan dinas akupun dipndah di desa yang sangat jauh dan
terpencil.
Akibat perbuatanku
itu akupun menyesal saat itu. Jauh dari orangtua dan harus menyesuaikan lagi
dengan lingkungan. Jika aku tidak mau dipindah taruhanku adalah dipecat maka
aku menuruti semua yang diperintahkan kepala dinasku. Itulah kisahku mesum
dengan perangkat desa di rumah dinas ketika hujan sangat deras. Sekian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar