Aku sudah tidak berhubungan dengan oom Edo, memang setelah
ngentot dengan si oom, beberapa kali si oom mengajakku untuk nginep di
apartmentnya, sendiri tanpa teman, sehingga aku lemes banget melayani napsu si
oom yang kayanya gak pernah puas, tapi rasanya nikmat sekali ketika batang yang
besar, panjang dan sangat keras itu akhirnya mengecretkan pejunya di memekku
dengan semburan yang keras dan banyak.
Mana si oom, gak puas cuma
seronde lagi, sehingga aku harus melayani napsunya sendirian beberapa ronde. Kata
Winda, dia juga pernah diajak si oom ke apartmentnya sendirian. Sama seperti
aku, Winda pun lemes banget dientot si oom beberapa ronde. Cowokku ketika tau
aku dientot si oom, marah dan memutuskan hubungannya dengan aku, jadilah aku
kesepian. Makanya ketaku melihat tetangga baruku yang macho itu, napsuku tanpa
sadar bangkit lagi.
Tiba-tiba ia memandang ke arahku, jantungku berdegup keras. Dia mengenakan kaos singlet dan celana pendek, dari pangkal lengannya terlihat seburat ototnya yang masih kecang. Dia tersenyum, dan menyapaku : “Tinggal disebelah ya, kok sendirian, rajin banget olahraga, pantes badannya kenceng dan montok”. Memang aku juga memakai celana pendek dan kaos tanpa lengan yang ketat sehingga bodiku tercetak dengan jelas. Matanya jelalatan memandangi bodiku dari atas sampe ke bawah. “Bapak suka kan sama yang montok”, jawabku menggodanya. “Suka banget, kamu tinggak disebelah sendirian ya, sama dong dengan saya, saya Dio”, katanya memperkenalkan diri. “Saya Ines, pak”, jawabku. Dia meremas tanganku ketaku berjabat tangan. “Kok sendirian pak”, tanyaku lagi. “Jangan panggil pak, oom saja. Saya sudah cerai dan anak saya ikut ibunya”, jawabnya lagi.
Tiba-tiba ia memandang ke arahku, jantungku berdegup keras. Dia mengenakan kaos singlet dan celana pendek, dari pangkal lengannya terlihat seburat ototnya yang masih kecang. Dia tersenyum, dan menyapaku : “Tinggal disebelah ya, kok sendirian, rajin banget olahraga, pantes badannya kenceng dan montok”. Memang aku juga memakai celana pendek dan kaos tanpa lengan yang ketat sehingga bodiku tercetak dengan jelas. Matanya jelalatan memandangi bodiku dari atas sampe ke bawah. “Bapak suka kan sama yang montok”, jawabku menggodanya. “Suka banget, kamu tinggak disebelah sendirian ya, sama dong dengan saya, saya Dio”, katanya memperkenalkan diri. “Saya Ines, pak”, jawabku. Dia meremas tanganku ketaku berjabat tangan. “Kok sendirian pak”, tanyaku lagi. “Jangan panggil pak, oom saja. Saya sudah cerai dan anak saya ikut ibunya”, jawabnya lagi.
“Mampir yuk ke rumah saya,
bisa ngopi. Disini kan banyak nyamuk”, ajaknya. Bagai tersihir, aku ikut saja
ketaku dia menggandeng tanganku masuk kerumahnya. Dia membuat kopi 2 cangkir
dan satu diberakunnya ke aku. “Mau pake susu?” tanyanya. “Gak usah oom, kan
udah ada creamernya”, jawabku. “Iya ya, sudah punya kok ya, besar - kenceng
lagi”, godanya. Aku hanya tersipu mendengar guyonannya yang mulai mengarah.
Kami ngobrol ngalor ngidul, dia mengarahkan pembicaraan kearah ngentot. Aku
bercerita terus terang tentang pengalamanku dalam soal itu. “Boleh dong, kamu
nemenin saya kalo malem, daripada masing2 sendirian di rumah”, tawaran yang
merangsang napsuku kembali. Aku terdiam. “Kok diem, diem itu artinya mau lo”,
godanya terus. Karena sudah terang, aku pamit kembali ke rumah untuk
mengerjakan pembersihan rumah. “Nanti malem ya”, katanya sambil tersenyum. Aku
hanya tersenyum. “Boleh gak tau no HP nya”, tanyanya lagi. “Supaya gampang kalo
mau janjian”. Aku memberikan no HP ku dan kembali kerumahku.
Hari itu berjalan sangat
lambat rasanya, aku sudah gak sabar menanti datangnya malam, aku mau tau apakah
dia akan mengundangku ke rumahnya atau tidak. Aku membayangkan apa yang akan
dilakukannya terhadapku, kalo nanti malam aku kerumahnya. Itu membuat napsuku
berkobar2 dengan sendirinya. Hal itu membuat aku tidak bisa berkonsentrasi
mengerjakan tugas yang diberikan kepadaku oleh yang bekerja di rumah itu.
Akhirnya saatnya tiba, malam sudah agak larut ketika HP ku berdering, ada sms
dari dia yang mengajak aku ke rumahnya. SMS kubales bahwa aku beberes dulu
sebelum ke rumahnya. Aku hanya mengenakan daster yang tipis kerumahnya, dia
sudah membuka pintu pager dan menungguku dikegelapan karena lampu depan
rumahnya sengaja tidak dinyalakannya.
“Masuk yuk”, katanya sambil mengunci pintu pager. Aku digandengnya masuk kerumahnya. Dia cuma mengenakan baju mandi. Makan malem yang dibelinya direstoran sudah disiapkan di meja makan. Aku diajak makan sambil ngobrol. Selesai makan aku mencuci peralatan makan, sedangkan dia menungguku disofa di depan TV. Aku duduk disebelahnya, langsung tangannya memeluk pundakku. Karena bajuku seksi tipis, maka bra dan CDku berbayang.
“Masuk yuk”, katanya sambil mengunci pintu pager. Aku digandengnya masuk kerumahnya. Dia cuma mengenakan baju mandi. Makan malem yang dibelinya direstoran sudah disiapkan di meja makan. Aku diajak makan sambil ngobrol. Selesai makan aku mencuci peralatan makan, sedangkan dia menungguku disofa di depan TV. Aku duduk disebelahnya, langsung tangannya memeluk pundakku. Karena bajuku seksi tipis, maka bra dan CDku berbayang.

Dia mulai merayuku “Kamu seksi sekali Nes, toket kamu besar, pantat
kamu juga padet. Apalagi bulu tangan kamu panjang2, pasti jembut kamu juga
lebat kan”, katanya sambil mengelus tanganku. Tangan lainnya mulai mengelus2
pundakku. “Emangnya kalo jembutnya lebat kenapa oom”, tanyaku pura2 gak ngerti.
“Cewek yang jembutnya lebat, napsunya besar, kalo dientot gak puas kalo cuma
seronde, mesti berkali2 baru puas, iya kan”, jawabnya.
Aku tidak menjawab, kepalaku kusenderkan dipundaknya. Dasterku yang tipis tersingkap sehingga betis dan pahaku terbuka, aku tidak mencoba membetulkannya, aku pura-pura tidak tau. “Nes kakimu mulus sekali ya”, katanya. “Ah.. Oom bisa aja,” balasku sekenanya. Kurasakan tangannya mengelus dan mengusap pahaku, aku diam saja, aku menikmatinya, napsuku makin lama makin berkobar. “Nes, Oom jadi terangsang, gimana nih?” suaranya terdengar kalem tanpa emosi. Aku menggelinjang ketika jari tangannya mulai menggosok pangkal paha dekat memekku yang terbungkus CD. Dan… astaga! ternyata dibalik baju mandinya dia tidak mengenakan CD sehingga kontolnya yang membesar dan tegak, keluar belahan baju mandinya tanpa disadarinya.
Aku tidak menjawab, kepalaku kusenderkan dipundaknya. Dasterku yang tipis tersingkap sehingga betis dan pahaku terbuka, aku tidak mencoba membetulkannya, aku pura-pura tidak tau. “Nes kakimu mulus sekali ya”, katanya. “Ah.. Oom bisa aja,” balasku sekenanya. Kurasakan tangannya mengelus dan mengusap pahaku, aku diam saja, aku menikmatinya, napsuku makin lama makin berkobar. “Nes, Oom jadi terangsang, gimana nih?” suaranya terdengar kalem tanpa emosi. Aku menggelinjang ketika jari tangannya mulai menggosok pangkal paha dekat memekku yang terbungkus CD. Dan… astaga! ternyata dibalik baju mandinya dia tidak mengenakan CD sehingga kontolnya yang membesar dan tegak, keluar belahan baju mandinya tanpa disadarinya.
Nafasku sesak melihat batang besar dan panjang yang berdiri keras
penuh dengan tonjolan otot di sekelilingnya dan kepala yang licin mengkilat.
Ingin rasanya aku memegang dan mengelusnya. Tetapi kutahan napsuku. Dia
membungkuk menciumku, kurasakan bibirnya yang hangat menyentuh bibirku dengan
lembut. Kurasakan lidahnya mencari-cari lidahku dan maka kusambut dengan
lidahku pula, aku melayani hisapan-hisapannya dengan penuh napsu. Separuh
tubuhnya sudah menindih tubuhku, kontolnya menempel di pahaku sedangkan tangan
kirinya telah berpindah ke toketku. Dia meremas toketku dengan lembut sambil
menghisap bibirku. Tanpa canggung lagi kurengkuh tubuhnya, kuusap punggungnya
dan terus ke bawah ke arah pahanya yang penuh ditumbuhi rambut. Dadaku berdesir
enak sekali, tangannya sudah menyelusup ke balik
daster dan braku, remasan jarinya sangat ahli, kadang pentilku dipelintir
sehingga menimbulkan sensasi yang luar biasa.Nafasku makin memburu ketaku dia
melepas ciumannya. Kutatap wajahnya, dia tersenyum dibelainya wajahku. “Nes
kamu cantik” dia memujaku. “Bagaimana Nes? kita teruskan?” tangannya masih
mengusap rambutku, aku tak menjawab. Tanpa menunggu lagi tangannya sudah
melucuti daster dan bra ku, aku tinggal mengenakan CD, dia juga telah telanjang
utuh. Seluruh tubuhnya mengkilat karena keringat, kontolnya panjang dan besar
berdiri tegak.
Diangkatnya pantatku
dilepaskannya CDku yang telah basah sejak tadi. “Wow, lebat banget jembutmu,
basah lagi, kamu pasti sudah napsu banget ya Nes”, katanya tersenyum. Kubiarkan
tangannya membuka selangkanganku lebar-lebar. Kulihat memekku telah merekah
kemerahan bibirnya mengkilat lembab, itil ku terasa sudah membesar dan memerah,
memekku telah terbanjiri oleh lendir yang siap melumasi setiap barang yang akan
masuk.

Dia membungkuk, menyingkirkan jembutku dan mulai menjilat bagian kiri dan kanan memekku, terasa nikmat sekali aku menggeliat, lidahnya menggeser makin ke atas ke arah itilku, kupegang kepalanya dan aku mulai merintih kenikmatan. Beberapa lama dia menggeserkan lidahnya di atas itilku yang makin membengkak. Karena kenikmatan tanpa terasa aku telah menggoyang pantatku, kadang kuangkat kadang ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba dia melakukan sedotan kecil di itilku, kadang disedot kadang dipermainkan dengan ujung lidah. Kenikmatan yang kudapat luar biasa, gerakanku makin tak terkendali, “Oom… aduh.. Oom… Ines mau keluar….” Kuangkat tinggi tinggi pantatku, aku sudah siap untuk nyampe, tapi pada saat yang tepat dia melepaskan ciumannya dari memekku. Dia menarikku bangun dan menyorongkan kontolnya kemulutku. ” Gantian ya Nes.. aku ingin kamu ngisep kontolku.”

Kutangkap kontolnya, terasa penuh dan keras dalam genggamanku. Dia sudah berdiri dihadapan ku dan posisiku membungkuk siap untuk mengulum kontolnya. Aku
sering membayangkan dan aku juga beberapa kali menonton dalam film biru.
Napsuku sudah sampai puncak. Kutelusuri kontolnya dengan lidahku dari pangkal
sampai ke kepalanya yang mengkilat berkali-kali. “Ahhh… Enak sekali Nes…” dia
berdesis. Kemudian kukulum dan kusedot-sedot dan kujilat dengan lidah sedangkan
pangkal kontolnya kuelus dengan jariku. Suara desahannya membuatku tidak tahan
menahan napsuku. Kusudahi permainan di kontolnya, aku sudah setengah jongkok di
atas tubuhnya, kontolnya persis di depan memekku. “Oom, Ines masukin ya, Ines
pengen sekali.” Dia hanya tersenyum. Kupegang kontolnya, kutempelkan pada bibir
memekku, kusapu-sapukan sebentar di itilku dan kepala kontolnya kumasukan ke
memekku, aku hampir terbang.

Beberapa detik aku tidak bergerak, tanganku masih
memegangi kontolnya, ujung kontolnya masih menancap dalam memekku. Kurasakan
kedutan-kedutan kecil dalam memekku.Kuangkat sedikit pantatku, dan gesekan itu
ujung kontolnya yang sangat besar terasa menggeser bibir dalam dan
itilku.
Kudorong pinggulku ke bawah makin dalam kenikmatan makin dalam, separuh kontolnya sudah melesak dalam memekku. Kukocokkan kontolnya naik-turun, kujepit kontolnya dengan otot dalam, kusedot ke dalam, kulepas kembali berulang-ulang. “Oh.. Nes kau hebat, jepitanmu nikmat sekali”, dia mendesis-desis, toketku diremas-remas dan membuat aku merintih-rintih.
Kudorong pinggulku ke bawah makin dalam kenikmatan makin dalam, separuh kontolnya sudah melesak dalam memekku. Kukocokkan kontolnya naik-turun, kujepit kontolnya dengan otot dalam, kusedot ke dalam, kulepas kembali berulang-ulang. “Oh.. Nes kau hebat, jepitanmu nikmat sekali”, dia mendesis-desis, toketku diremas-remas dan membuat aku merintih-rintih.

Dia mengocokkan kontolnya dari bawah. Aku merintih,
mendesis, mendengus, dan akhirnya kehilangan kontrolku. Kudorong pinggulku ke
bawah, terus ke bawah sehingga kontolnya masuk semua ke memekku. Luar biasa
nikmatnya. Dari posisi duduk, kurubuhkan badanku di atas badannya, toketku
menempel didadanya, perutku merekat pada perutnya. Kudekap dia erat-erat.
Tangan kirinya mendekap punggungku, sedang tangan kanannya mengusap-usap
pantatku.. Aku makin kenikmatan. Sambil merintih-rintih kukocok dan kugoyang
pinggulku, sedang kurasakan kontol besarnya meyodok-nyodok dari bawah.

Tiba-tiba aku tidak tahan lagi, kedutan tadinya kecil makin keras dan akhirnya meledak. Kutekan memekku ke kontolnya, kedutannya keras sekali, nikmat sekali. Dan hampir bersamaan dari dalam memek terasa cairan hangat, menyemprot dinding rahimku. Beberapa menit aku terdiam di atasnya, dan kontolnya masih menyesaki memekku. Kurasai memekku masih berkedut dan makin lemah. Disentuh bibirku dengan bibirnya. Aku tidak menyia-nyiakannya. Dengan cekatan pula kujulurkan lidah kecilku untuk dinikmati dan kami saling berpagutan ketat. Kuhisap mulutnya dia juga membalas tangkas sampai aku hampir kehabisan nafas. “Oom, nikmat banget deh batang oom, besar, panjang, keras lagi, memek Ines sampe sesek rasanya”, kataku setelah dia menyudahi ciumannya.
“Aku belum ngecret Nes”, jawabnya. Kemudian dia meremas2 toketku. Pentilku tak luput dari jarinya dan kurasakan pentilku mulai mengeras lagi. “Oom, enjot lagi dong”. Dia membalikkan posisi sehingga dia sekarang diatas. Perlahan dia menggerakkan pantatnya kebelakang dan kedepan, aku mulai kegelian dan nikmat. Kubantu dengan ikut menggerakkan pantatku berputar, Dia mengerang menahan laju perputaran pantatku, rupanya dia juga kegelian kalau aku menggerakkan pantatku. Ditahannya pantatku kuat-kuat agar tidak berputar lagi, justru dengan menahan pantatku kuat-kuat itulah aku menjadi geli dan berusaha untuk melepaskannya dengan cara bergerak berputar lagi tapi dia semakin kuat memegangnya. Kulakukan lagi gerakanku berulang dan kurasakan bijinya menyentuh pantatku, licin dan geli. Rupanya dia termasuk kuat juga berkali-kali kontolnya mengocek memekku masih tetap saja tidak menunjukkan adanya kelelahan bahkan semakin meradang. Kucoba mempercepat gerakan pantatku berputar semakin tinggi, kakiku mengamit pinggangnya dia semakin tidak leluasa untuk bergerak sehingga aku bisa mengaturnya, tetapi dia belum ngecret juga.
Memekku berbunyi kecepek2 saat kontolnya mengucek habis didalamnya aku kegelian hebat, tiba-tiba aku merasakan getaran hebat dalam tubuhku, Aku mengerang, aku menyerah aku tidak dapat menahan segala kenikmatan ini, “Terus.oom…Ines mau nyampe lagi” ucapku, gerakanku semakin kencang dan toketku bergoncang membuat dia tambah bernafsu mengentotiku. Pinggulku terangkat saat merasakan puncaknya, memekku terasa becek sekali,nafasku tersengal-sengal, badanku terasa lemas. Belum lagi reda rasa nikmatku dia manarik kontolnya keluar dari memekku. Melihat kontolnya yang besar itu membuat napsuku bangkit kembali lalu dengan reflek kugenggam dan dengan lincah kumasukkan kepalanya kedalam mulutku, kukocok lagi, sambil kuhisap kuat-kuat dan dengan cepat mulutku maju mundur untuk mencoba merangsang agar pejunya cepat ngecret. Mulutku mulai payah tapi peju yang kuharapkan tak juga keluar. Aku tersentak merasakan dia menarik kontolnya agak keras menjauh dari mulutku dan dengan sigap dibukanya memekku dengan tangan kiri dan tangan kanan menuntun kontolnya yang gede menuju memmekku.
Didorongnya perlahan, dia melihatku sambil tersenyum dan bleeesssss, digenjotnya kuat pantatnya kedepan hingga kontolnya kembali menghunjam semuanya kedalam memekku. Aku menjerit. Aku berusaha mengejan sehingga kontolnya merasa kupijit pijit. Dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan keras dan cepat. Tidak lama kemudian dipeluknya tubuhku sambil mengerang. “Nes, .. aku mau ngecret”. “Keluarin aja oom didalem” pintaku agar kenikmatan yang kurasakan bertambah dan akhirnya pejunya menyemprot didalem memekku, kurasakan ada semburan hangat dimemekku. Dia memelukku erat demikian pula aku. Dia tersenyum puas. “Nes, . Tak pernah aku merasakan memek kecil seperti punyamu ini, enak banget memijit kontolku sampai nggak karuan rasanya, aku puas Nes”. Dia memelukku lama sekali sambil beristirahat, terus dia mengajakku ke kamarnya. “Terusin diranjang ya Nes”, katanya sambil mencabut kontolnya dari memekku. Lemes saja kontolnya sudah besar, gak heran kalo ngaceng menjadi besar banget dan panjang lagi. Dia masuk ke kamar mandi, sedang aku tergolek diranjangnya. Keluar dari kamar mandi, dia berbaring disebelahku. Kembali dia mengulum bibirku kuat- kuat.
Kupegang kontolnya sambil kukocok pelan2. Gak lama kemudian, kontolnya mulai mengeras lagi. Luar biasa orang ini, baru ngecret sudah bisa ngaceng lagi. Aku jilati kontolnya lagi, dia mulai menggelinjang dan melenguh.

Mulai dari ujung kugerakkan masuk dan keluar
dengan mulutku dia semakin tidak karuan juga geraknya. Semakin cepat dan
semakin cepat. Kuhisap semakin kuat dan kuat, dia pun semakin keras erangannya.
Dia mulai mengelus memekku sehingga mulai basah kembali. Mulutku masih penuh
kontolnya dengan gerakan keluar masuk. Sesekali diremasnya toketku saat dia
merasa geli yang hebat. Kulepas mulutku dan kukocok kontolnya naik turun.
Kuhisap lagi berulang-ulang. Aku terus berusaha, mulutku mulai payah,
kugoyang-goyang bijinya, dia kegelian dan mengucek memekku dalam dalam.
“ahh…oom, geli”, kataku sambil melepaskan kontolnya dari mulutku. Kelihatannya
dia sudah pengen mengentoti aku lagi. Dimainkan pentilku, aku mendesah
keenakan, setiap ciuman ditubuhku membuatku geli dan membuat napsuku kembali
meningkat. Kurasakan jarinya bergerak makin liar di dalam memekku, membuatku
juga semakin liar, desahan dan eranganku makin keras.
Pantatku sedikit-sedikit terangkat karena jarinya, sedangkan toketku sedang di lahapnya, dicium, di jilat, dan dikulum pentilnya, ah nikmat sekali rasanya, beberapa kali dia mengecup daerah sekitar dada dan leherku, “Oom, Ines udah nggak tahan nih”, erangku pengen segera dientot. “Nes, sekal sekali pantatmu.” katanya sambil meremas pantatku. Aku tersenyum “suka kan,…?” aku menggerakkan pantatku seperti meledeknya agar dia lebih bernafsu, lalu dia menindihku, kurasakan sedikit demi sedikit kontolnya masuk kememekku.
Pantatku sedikit-sedikit terangkat karena jarinya, sedangkan toketku sedang di lahapnya, dicium, di jilat, dan dikulum pentilnya, ah nikmat sekali rasanya, beberapa kali dia mengecup daerah sekitar dada dan leherku, “Oom, Ines udah nggak tahan nih”, erangku pengen segera dientot. “Nes, sekal sekali pantatmu.” katanya sambil meremas pantatku. Aku tersenyum “suka kan,…?” aku menggerakkan pantatku seperti meledeknya agar dia lebih bernafsu, lalu dia menindihku, kurasakan sedikit demi sedikit kontolnya masuk kememekku.

“Oom, besar sekali”, aku menyukainya,
kontolnya yang besar dapat membuatku terlena, “ah enak banget oom”. Dia terus
menggoyangkan pantatnya dan aku berusaha menandingi gerakannya, tetapi aku
merasa kewalahan. Satu tangannya meremas toketku, membuat nafsuku terus
memuncak hingga ke ubun-ubun. “Enak oom terus oom” kurasakan aku hampir nyampe,
aku tidak bisa menahan lagi, pantatku makin naik, “oom…aku nggak tahan ahhhh”
aku mendesis seiring dengan gerakanku yang melemah, aku lemas sekali rasanya
tulangku hampir lepas, akan tetapi segalanya bercampur rasa nikmat.
“Kenapa capek yah?” aku mengangguk, nafasku terengah-engah dadaku turun naik. “tapi aku belum ngecret, sebentar lagi yah”, perlahan tapi pasti kontolnya kembali disodok2an kedalam memekku. Goyanganku makin liar membuat dia juga mendesah-desah keenakan. Kedua tangannya meremas-remas kedua toketku, napsuku sudah benar-benar tinggi, nafasku juga sudah makin tak teratur, dia begitu lihai dalam bercinta. Aku merasa tidak dapat bertahan lebih lama lagi, frekuensi goyanganku kutambah, lalu aku mencium bibirnya. Tubuh kami terus berpacu sambil bermain lidah dengan liarnya sampai ludah kami menetes-netes di sekitar mulut, eranganku teredam oleh ciumannya. Mengetahui aku sudah mau nyampe lagi, dia menekan-nekan bahuku ke bawah sehingga kontolnya menghujam makin dalam dan memekku makin terasa sesak. Tubuhku bergetar hebat dan jeritanku terdengar, perasaan itu berlangsung selama beberapa saat sampai akhirnya aku terkulai lemas dalam pelukannya.
Aku hanya bisa pasrah saja ditindihnya. Dengan lembut dia mengecup keningku, dari sana kecupannya turun ke pipi, hingga berhenti di bibir, mulut kami kembali saling berpagutan. Saat berciuman itulah, kenikmatan ini pun berlanjut, aku sangat menikmati gesekan-gesekan pada dinding memekku. Toketku saling bergesekan dengan dadanya yang sedikit berbulu, kedua pahaku kulingkarkan pada pinggangnya. Aku mendesah tak karuan sambil mengigiti jariku sendiri. Sementara pinggulnya dihentak-hentakkan diatasku, mulutnya tak henti-hentinya melumat atau menjilati bibirku, wajahku jadi basah bukan saja oleh keringat, tapi juga oleh liurnya. Telinga dan leherku pun tak luput dari jilatannya, lalu dia angkat lengan kananku ke atas dan dia selipkan kepalanya di situ. Aahh.. ternyata dia sapukan bibir dan lidahnya di ketiakku yang halus tak berbulu itu sehingga desahanku bercampur dengan ketawa geli. Aku kembali nyampe. Memekku terasa semakin banjir, namun tak ada tanda-tanda dia akan segera ngecret, dia terlihat sangat menikmati mimik wajahku yang sedang nyampe.
Suara kecipak cairan terdengar jelas setiap kali dia menghujamkan kontolnya. Tanpa melepas kontolnya, dia bangkit berlutut di antara kedua pahaku dan menaikkan kedua betisku ke pundaknya. Tanpa memberiku istirahat dia meneruskan mengocok memekku, aku sudah tidak kuat lagi mengerang karena leherku terasa pegal, aku cuma bisa mengap-mengap.”Aku udah mau ngecret Nes” desahnya dengan mempercepat enjotannya. Enjotannya makin cepat sampai akhirnya dia mengerang keras dan pejunya menyemprot deras didalam memekku. “Oom enak benget deh”, kataku lemes. “Iya Nes, aku juga nikmat banget ngecret dimemek kamu”, jawabnya.
“Kenapa capek yah?” aku mengangguk, nafasku terengah-engah dadaku turun naik. “tapi aku belum ngecret, sebentar lagi yah”, perlahan tapi pasti kontolnya kembali disodok2an kedalam memekku. Goyanganku makin liar membuat dia juga mendesah-desah keenakan. Kedua tangannya meremas-remas kedua toketku, napsuku sudah benar-benar tinggi, nafasku juga sudah makin tak teratur, dia begitu lihai dalam bercinta. Aku merasa tidak dapat bertahan lebih lama lagi, frekuensi goyanganku kutambah, lalu aku mencium bibirnya. Tubuh kami terus berpacu sambil bermain lidah dengan liarnya sampai ludah kami menetes-netes di sekitar mulut, eranganku teredam oleh ciumannya. Mengetahui aku sudah mau nyampe lagi, dia menekan-nekan bahuku ke bawah sehingga kontolnya menghujam makin dalam dan memekku makin terasa sesak. Tubuhku bergetar hebat dan jeritanku terdengar, perasaan itu berlangsung selama beberapa saat sampai akhirnya aku terkulai lemas dalam pelukannya.
Aku hanya bisa pasrah saja ditindihnya. Dengan lembut dia mengecup keningku, dari sana kecupannya turun ke pipi, hingga berhenti di bibir, mulut kami kembali saling berpagutan. Saat berciuman itulah, kenikmatan ini pun berlanjut, aku sangat menikmati gesekan-gesekan pada dinding memekku. Toketku saling bergesekan dengan dadanya yang sedikit berbulu, kedua pahaku kulingkarkan pada pinggangnya. Aku mendesah tak karuan sambil mengigiti jariku sendiri. Sementara pinggulnya dihentak-hentakkan diatasku, mulutnya tak henti-hentinya melumat atau menjilati bibirku, wajahku jadi basah bukan saja oleh keringat, tapi juga oleh liurnya. Telinga dan leherku pun tak luput dari jilatannya, lalu dia angkat lengan kananku ke atas dan dia selipkan kepalanya di situ. Aahh.. ternyata dia sapukan bibir dan lidahnya di ketiakku yang halus tak berbulu itu sehingga desahanku bercampur dengan ketawa geli. Aku kembali nyampe. Memekku terasa semakin banjir, namun tak ada tanda-tanda dia akan segera ngecret, dia terlihat sangat menikmati mimik wajahku yang sedang nyampe.
Suara kecipak cairan terdengar jelas setiap kali dia menghujamkan kontolnya. Tanpa melepas kontolnya, dia bangkit berlutut di antara kedua pahaku dan menaikkan kedua betisku ke pundaknya. Tanpa memberiku istirahat dia meneruskan mengocok memekku, aku sudah tidak kuat lagi mengerang karena leherku terasa pegal, aku cuma bisa mengap-mengap.”Aku udah mau ngecret Nes” desahnya dengan mempercepat enjotannya. Enjotannya makin cepat sampai akhirnya dia mengerang keras dan pejunya menyemprot deras didalam memekku. “Oom enak benget deh”, kataku lemes. “Iya Nes, aku juga nikmat banget ngecret dimemek kamu”, jawabnya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar