Namaku Anita,
kelahiran Samarinda, kuliah di fakultas Ekonomi sebuah PTS cukup beken di kota
Malang, saat ini semester 6. Kabarnya teman kuliahku bilang aku cukup manis
untuk dipandang, dengan ukuran buah dada 34C, tubuhku seolah tak kuat menyangga
buah dadaku. Tinggiku 165 cm dan beratku 60 kg, kulitku putih mulus dan
pantatku berisi.
Tiap kuliah dengan kelebihan yang kupunya aku berusaha menarik
perhatian semua orang dengan pakaian ketat dan rok miniku berjalan melenggang.
Semua mata tertuju kepadaku ada juga beberapa berdecak kagum atas kemolekan
tubuhku dan, aku bangga menyaksikan semua itu.
Terus terang
aku sudah tidak perawan sejak usia 18 tahun pada waktu aku di SMA, karena
bebasnya pergaulan dan longgarnya tatanan keluargaku aku bebas pergi kemana
saja yang kusuka. Keperawananku hilang saat aku melakukan kegiatan “camping”
bersama teman-teman saat perpisahan sekolah di suatu tempat pariwisata. Aku
tidak menyesali karena kulakukan atas dasar suka sama suka.
Kuliah sore
ini adalah dosen favoritku. Faisal namanya, wajahnya ganteng atletis dan banyak
sekali mahasiswi yang berusaha menarik perhatiannya pada saat dia mengajar.
Bahkan aku pernah dari kakak tingkatku walau dia kelihatan alim sebenarnya
piawai juga dalam menaklukkan hati wanita yang diincarnya. Pak Faisal sudah
berkeluarga tetapai masih banyak juga mahasiswi yang tergila-gila melihat
penampilannya termasuk aku sendiri. Aku pilih tempat duduk paling depan lurus
dengan tempat duduknya biar aku dapat dengan mudah dan puas memandangnya. Tak
lama kemudian Pak Faisal memasuki ruangan, setelah memberikan salam dan
berbasa-basi pelajaran dilanjutkan. Aku tidak dapat konsentrasi pada kuliah
yang diajarkannya, pikiranku tertuju pada wajah dan bodinya yang tepat berdiri
di depanku. Sesekali kugerakkan kakiku untuk menarik perhatiannya dan dia
terpancing, diliriknya rokku yang cukup sempit itu, sreet. Dan dipalingkan
wajahnya pada pandangan lain, ah dia kena, pikirku. Dan secara tidak sengaja
dilemparkan pandangannya pada daerah dadaku Pak Faisal agak terbelalak melihat
belahan dadaku yang seolah mau melompat keluar karena ketatnya T-shirt yang
kukenakan.
Merah wajahnya
seketika menyadari keadaan ini dan dia pura-pura menulis di papan. Selang
beberapa saat dia melanjutkan membahas materi kuliah dan kini aku yang
benar-benar terkejut, kulihat celana Pak Faisal ada yang menggembung di bagian
depan. Beberapa mahasiswa tersenyum malu memandangnya bahkan ada yang sempat
terhenyak sampai menutup mulutnya. Kubayangkan betapa besar batang kemaluan Pak
Faisal yang sekarang sembunyi di balik celananya. Aku semakin terkagum dan
merinding membayangkan andaikan vaginaku yang sempit ini sempat disinggahi oleh
batang kemaluannya. Ketika kuliah usai mahasiswi ramai membicarakan kejadian
yang baru berlangsung yaitu menggembungnya celana Pak Faisal.
“Eh, Neti kamu
lihat nggak anunya Pak Faisal meradang”, tanya Nina sambil berbisik berbicara
dan menutup mulutnya.
“Iya Nin, Aku jadi merinding lho membayangkan, ngeri juga ya,
kalau kamu bagaimana Anita”, Tanyanya kepadaku, mereka berdua denganku (jadi
bertiga) adalah kelompok belajar yang kadang suka ngerumpi hal-hal yang
jorok-jorok untuk selingan, dan kedua temanku juga orangnya fair dia mengaku
sama-sama tidak perawan dan senang melakukan hubungan seks dengan orang yang di
sukai. Yang jelas ketiganya ini memang sedang berburu Pak Faisal, Karena konon
kabarnya Pak Faisal pernah juga terlibat beberapa kali affair dengan
mahasiswinya dan semua berjalan santai-santai saja.
“Pasti dong,
aku kan duduk depan sendiri jadi aku paling jelas lihat burung raksasanya,
benar juga ya kali. Kakak tingkat kita itu yang pernah sama dia pasti ketagihan
dibuatnya,..” cerita Anita berapi-api, ”Dan yang jelas aku pengin
mendapatkannya”, lanjutnya.
Setelah puas
ngerumpi kiri, kanan, depan dan belakang mengupas habis masalah dosen favorit,
aku berpisah dengan sahabatku untuk janji bertemu besok dan akan berusaha
bertemu dengan Pak Faisal pada minggu depan, aku berjalan kaki karena kebetulan
mobil yang biasa kupakai harus mengalami pemeriksaan medis di bengkel. Tak
kurasakan ada mobil berjalan pelan mengikutiku sampai akhirnya kira-kira
berjarak 300 meter di luar halaman kampus, kaca jendela mobil terbuka dan
kudengarkan suara yang tidak asing menawari untuk mengantarku. Aku menoleh dan,
deg, deg, deg, jantungku seakan berhenti. Pak Faisal yang baru saja kubicarakan
tersenyum manis mengajakku. Tanpa berkata lagi aku langsung membuka pintu kiri
dan kuletakkan pantatku pada tempat duduk kiri. Mata Pak Faisal tak luput
melihat pahaku yang tersingkap dan dengan cepat kututup pintu serta membenahi
letak dudukku yang terlalu sembrono itu.
Mobil berjalan
lambat kuperhatikan interior di dalamnya cukup mewah dengan lapisan karpet
halus dan bersih serta wangi, aku kerasan di dalam mobilnya. Sesekali mata Pak
Faisal mengarah pada belahan dada yang padat berisi, apabila jalan bergelombang
tak ayal lagi dadaku ikut turun naik sesuai irama jalan. Tak terasa perjalanan
sudah jauh melampaui arah kos-kosanku. Sambil bercerita ringan Pak Faisal
memindahkan persnelling tanpa melihatnya dan.. secara tidak sengaja dia
menyenggol pahaku, cepat-cepat ditarik tangannya sambil mengucapkan maaf
berkali-kali. Aku tersenyum saja padahal aku juga kepingin tangannya
berlama-lama di pahaku bahkan tidak hanya di paha saja.
Tak terasa
mobil dibelokkan pada restoran yang mewah dengan fasilitas karaoke. Pak Fasial
memilih tempat yang asri dengan lokasi pribadi ruang hanya untuk dua orang.
Setelah makanan tersedia Pak Faisal menikmati sambil bernyanyi. Merdu juga
suaranya, mesra di telinga. Ruangan ber-AC tinggi membuat aku agak dingin,
sengaja kurapatkan dudukku untuk tidak terlalu dingin, Pak Faisal masih terus
bernyanyi.
Dua lagu telah selesai dinyanyikan dan dengan lembut tangannya mulai
memeluk bahuku dan.. gila, aku menikmati sekali. Tak lama kemudian dia semakin
berani mempermainkan rambutku, aku tetap terpejam dan disentuh bibirku dengan
tangannya akhirnya perlahan dan lembut bibirnya merapat di bibirku. Aku tidak
menyia-nyiakan keadaan ini dengan cekatan pula kujulurkan lidah kecilku untuk
dinikmati dan kami saling berpagukan ketat. Kuhisap mulutnya dia juga membalas
tangkas sampai aku hampir kehabisan nafas, dia tidak diam dengan perlahan
diraihnya payudaraku dari luar kaos dan tangannya mulai menyibak kaosku.
Dingin
terasa payudaraku disentuh jari yang kokoh. Putingku tak luput dari jarinya dan
kurasakan pentilku mulai mengeras. Aku masih tetap memeluk dan kuciumi
lehernya. Perlahan ditarikknya kaosku keatas hingga tinggal BH dan rok miniku
saja, dia semakin agresif saja kelihatannya, Pak Faisal berdecak kagum melihat
buah dadaku meyembul besar seakan BH-ku tak sanggup menampung semua payudaraku
ini. Didekatkan kumisnya pada susuku aku kegelian dan kurasakan hangat lidahnya
mengulum pentilku, aku kegelian hebat. Rambut Pak Faisal jadi sasaran untuk
menahan geli, aku mengucek dan menjambak rambutnya, tetapi dia semakin menjadi.
Susuku diberi cupang hingga nampak merah pekat ganas sekali dia, pikirku.
Perlahan
diraihnya leher dan aku ditidurkan di atas sofa, lagu karaoke sendu menambah
gairahku semakin tinggi. Pak Faisal tak bosan-bosan menciumi bagian tubuhku dan
kurasakan pahaku bersentuhan dengan tangan berbulu milik Pak Faisal. Rokku
disibak dan ditariknya keras sehingga pengaitku lepas, gila cing.. kini tinggal
celana dalamku yang berwarna ungu serta BH dengan warna yang sama. Pak Faisal
semakin bernafsu, mulutnya menjalar kemana-mana aku hanya gelisah dan
mengerang, semakin aku mengerang semakin ganas dia melakukan aksinya.
“eeh, Pak, Pak, Faisal, aah”, Aku nggak betah saat dia memainkan vaginaku dengan tangannya dan dielus lembut bulu vaginaku yang mulai basah. Aku kegelian saat jari tengahnya dimasukkan kedalam lubang vaginaku, dia semakin bernafsu. “hhmm, Hmm”, lenguhnya.
“eeh, Pak, Pak, Faisal, aah”, Aku nggak betah saat dia memainkan vaginaku dengan tangannya dan dielus lembut bulu vaginaku yang mulai basah. Aku kegelian saat jari tengahnya dimasukkan kedalam lubang vaginaku, dia semakin bernafsu. “hhmm, Hmm”, lenguhnya.
Aku semakin
menjadi tak menentu, kekuatanku hilang saat Pak Faisal dengan fasih menaruh
lidahnya dalam lubang kemaluanku, digigit-gigit kecil kelentitku yang memanjang
dan semakin basah. Bunyi kecipak air kemaluanku menambah Pak Faisal semakin
berani menjulurkan lidahnya pada bagian dalam. Aku semakin kegelian. Semakin
aku menggeliat mengangkat pantat kurasakan sentuhan lidah dalam vaginaku dan
tangan Pak Faisal yang satu juga masih tidak mau lepas pada payudaraku. Lengkap
sudah kepuasan saat ini. Semua daerah sensitif milikku telah direngkuhnya.
Tangannya sekarang sibuk melepas baju dan kini dia tinggal celana saja.
Disuruhnya aku duduk dan dia berdiri, tanganku dituntun ke arah celananya dan
disentuhkannya pada benda yang mengeras dibaliknya. Kuelus lembut, kutempelkan
mukaku pada celana tersebut terasa berdenyut keras. Aku mulai tak sabar kubuka
retsleting celana Pak Faisal, kulihat putih warna celana dalamnya dan.. Astaga
kepala kemaluan Pak Faisal ternyata sudah keluar dari kolornya kucoba meraba
ujung kemaluannya, keluar air sedikit agak liat. Celana dalam putih kutarik ke
bawah dan aku kaget setengah mati, baru kali ini kulihat kemaluan lelaki kaku
mendongak ke atas, otot-ototnya kelihatan jelas meradang dan ukurannya tak
terbayangkan. Aku was-was, digoyang-goyangkan kemaluannya ke arah mukaku,
terasa pipiku seperti dipukul palu. Dengan senyum kupegang kemaluan Pak Faisal
dan.. Wuuiihh tanganku tak cukup melingkari bulat kemaluannya dan panjangnya
kuperkirakan sekitar 22 cm, dia juga tersenyum melihat kebingunganku. Kulihat
dia sambil melongo dan dia tidak menyia-nyiakan waktu dengan mendesakkan
kemaluannya ke mulutku.

Mulutku yang
kecil tidak muat mengulum semuanya hingga masih banyak yang tersisa di luar.
Aku dengan menganga penuh kususahan agar kemaluan Pak Faisal masuk dalam rongga
mulutku, tetapi masih tidak bisa. Akhirnya aku jilati secara merata, dia mulai
menggelinjang dan melenguh. Mulai dari ujung kugerakkan masuk dan keluar dengan
mulutku dia semakin tidak karuan juga geraknya.

Dengan susah payah kukelomoh
kemaluan Pak Faisal yang besarnya seperti botol, semakin cepat dan semakin
cepat. Kurasakan ada cairan manis keluar sedikit di mulutku. Kuhisap semakin
kuat dan kuat, Pak Faisal pun semakin keras erangannya. Pak Faisal mulai ingat
tangannya bekerja lagi mengelus vaginaku yang mulai mengering basah kembali.
Mulutku masih penuh kemaluan Pak Faisal dengan gerakan keluar masuk seperti
penyanyi karaoke.

Aku tersentak
merasakan Pak Faisal menarik kemaluannya agak keras menjauh dari mulutku dan
dengan sigap ditidurkannya aku di atas karpet, kedua kakiku diangkat diletakkan
di atas pundaknya kiri kanan sehingga posisiku mengangkang, dia bisa melihat
dengan jelas vaginaku yang kecil namun kelihatan gemuk seperti bakpau. Kulihat
dia mengelus kemaluannya dan menyenggol-nyenggolkan pada vaginaku aku kegelian.
Aku bersiap dibukanya kemaluanku dengan tangan kiri dan tangan kanan menuntun
penisnya yang gede menuju lubang vaginaku. Didorongnya perlahan, sreett, dia
melihatku sambil tersenyum dan dicobanya sekali lagi, mulai kurasakan ujung
kemaluan Pak Faisal masuk perlahan.

Aku mulai geli tetapi agak sakit sedikit.
Pak Faisal melihatku meringis menahan sakit dia berhenti dan bertanya, “Sakit
ya..”, Aku tidak menjawab hanya kupejamkan mataku ingin cepat merasakan
kemaluan besarnya itu. Digoyangnya perlahan dan.. Bleess digenjotnya kuat
pantatnya kedepan hingga aku menjerit, “aauu.” Kutahan pantat Pak Faisal untuk
tidak bergerak.

Rupanya dia mengerti vaginaku agak sakit dan dia juga ikut diam
sesaat. Kurasakan kemaluan Pak Faisal berdenyut dan aku tidak mau ketinggalan.
Aku berusaha mengejan sehingga kemaluan Pak Faisal merasa kupijit-pijit. Selang
beberapa saat vaginaku rupanya sudah dapat menerima semua kemaluan Pak Faisal
dengan baik dan mulai berair sehingga ini memudahkan Pak Faisal untuk bergerak.
Aku mulai basah dan terasa ada kenikmatan mengalir di sela pahaku. Perlahan Pak
Faisal menggerakkan pantatnya kebelakang dan kedepan, aku mulai kegelian dan
nikmat. Kubantu Pak Faisal dengan ikut menggerakkan pantatku berputar.

“Aduuhh,
Anita”, erang Pak Faisal menahan laju perputaran pantatku rupanya dia juga
kegelian kalau aku menggerakkan pantatku. Ditahannya pantatku kuat-kuat agar
tidak berputar lagi, justru dengan menahan pantatku kua-kuat itulah aku menjadi
geli dan berusaha untuk melepaskannya dengan cara bergerak berputar lagi tapi
dia semakin kuat memegangnya. Kulakukan lagi gerakanku berulang dan kurasakan
telur kemaluan Pak Faisal menatap pantatku licin dan geli.

Rupanya Pak Faisal
termasuk kuat juga berkali-kali kemaluannya mengocek kemaluanku masih tetap saja
tidak menunjukkan adanya kelelahan bahkan semakin meradang. Kucoba mempercepat
gerakan pantatku berputar semakin tinggi dan cepat kulihat hasilnya Pak Faisal
mulai kewalahan dia terpengaruh iramaku Yang semakin lancar.

Kuturunkan kakiku
mengkamit pinggangnya, dia semakin tidak leluasa untuk bergerak sehingga aku
bisa mengaturnya. Aku merasakan sudah tiga kali vaginaku mengeluarkan cairan
untuk membasahi kemaluan Pak Faisal tetapi Pak Faisal belum keluar juga.
“Kecepek,
kecepek, kecepek”, bunyi kemaluanku saat kemaluan Pak Faisal mengucek habis di
dalamnya aku kegelian hebat, “Anita, aku mau keluar, Tahan ya..” Pintanya
menyerah. Tanpa membuang waktu kutarik vaginaku dari kemaluannya, kugenggam dan
dengan lincah kumasukkan bonggol kemaluan tersebut kedalam mulutku, kukocok,
sambil kuhisap kuat-kuat, kuhisap lagi dan dengan cepat mulutku maju mundur
untuk mencoba merangsang agar air maninya cepat keluar. Mulutku mulai payah
tapi air mani yang kuharapkan tak juga keluar. Kutarik kemaluannya dari
mulutku. Pak Faisal tersenyum dan sekarang telentang. Tanpa menunggu komando
kupegang kemaluannya dan kutuntun kelubangku dengan mendudukinya. Aku bergerak
naik turun dan dia memegang susuku dengan erat. Tidak lama kemudian ditariknya
tubuhku melekat di dadanya dan aku juga terasa panas. Sreet, sreett, srreett
kurasakan ada semburan hangat bersamaan dengan keluarnya pelicin di vaginaku
dia memelukku erat demikian pula aku. Kakinya dijepitkan pada pinggangku
kuat-kuat seolah tak bisa lepas. Dia tersenyum puas.

“Nita, tak
pernah aku merasakan vagina kecil seperti punyamu ini, nikmat gila memijit
punyaku sampai nggak karuan rasanya, aku puas Nit.””aahh Bapak bohong, berarti
sering dong ngerasain yang lain”, manjaku.
Dia tidak
menjawab hanya tersenyum dan kembali mengulum bibirku kuat-kuat. Akhirnya kita
keluar dari karaoke dan pulang menuju ke rumah. Kini tangan Pak Faisal menempel
pada pahaku dan tanganku menempel di celananya. Sesekali kusandarkan wajahku di
dadanya dan jari nakal Pak Faisal mulai beraksi dengan manja. Kurasakan
gumpalan daging kemaluan Pak Faisal mulai mengeras lagi, dia tersenyum
melihatku dan dipinggirkan mobilnya pada tempat yang cukup sepi. Kugosok pelan
pelan kemaluan Pak Faisal semakin mengeras. “Gila baru main sudah minta lagi
rupanya, wah gawat ini bisa nggak pulang dong malam ini”, pikirku.

Diciumnya
kening dan pipiku dan dia berkata manja.”Kalau sekarang Nita boleh ngeluarin
punyaku ini dimulut seperti tadi”, aku terbelalak rupanya dia mengerti
keinginanku tadi belum kesampaian dan inilah saatnya. Tanpa ba bi Bu lagi
kuarahkan ke bawah retsleting celananya dan aku kaget ternyata Pak Faisal tidak
memakai celana dalam, gila dia sudah ngerti rupanya.
“Lho Kemana
CD-nya pak”, tanyaku pura-pura bingung.”Sudah tak taruh di bagasi kok”,
jawabnya kalem sambil mendorongkan kepalaku ke arah kemaluannya. Aku menurut,
malam ini aku bebas berbuat apa saja terhadap kemaluan Pak Faisal. Kuhisap
dengan berbagai cara agar aku puas dan puas, kursi ditarik kebelakang jadilah
posisi Pak Faisal seperti orang setengan telentang aku semakin leluasa
menghisap kemaluan itu. Tangan Pak Faisal pun tak tinggal diam diselipkan pada
vaginaku yang basah lagi, dia juga berusaha memasukkan jari tengahnya penuh ke
vaginaku, sesekali diremasnya kuat susuku saat dia kegelian.
Kulepas mulutku,
kulihat kemaluannya itu lagi sambil kugosok naik turun seperti onani, aku kagum
melihat ukurannya. Kuhisap lagi berulang sampai aku puas. Aku mulai merasakan
adanya cairan manis keluar dari ujung kemaluannya. Aku terus berusaha, mulutku
mulai payah, kugoyang-goyangkan telur kemaluan Pak Faisal, dia kegelian dengan
mengucek vaginaku dalam-dalam. “eehh, sstt,
aahh”, kudengar erangannya mulai tidak karuan, aku terus melakukan hisapan,
kuluman dan jilatan pada kemaluan yang membonggol itu dan hasilnya luar biasa.
“Nit, aku mau
keluar nih.” Mendengar perkataan itu aku semakin gencar melakukan hisapan
sambil tanganku bergerak naik turun untuk mempercepat rangsangannya.
Dan tak
lama kemudian, “Sreett.. srreett..” kurasakan dua semburan air warna putih
pekat masuk mulutku terasa agak manis asin. Karena kuatnya semprotan dari
kemaluan Pak Faisal kurasakan ada air mani yang langsung masuk tertelan. Aku
bertahan sambil terus menghisap dan dia semakin tidak karuan tingkahnya.
Kuhisap terus sampai terasa tidak ada lagi air mani yang keluar dari kemaluan
Pak Faisal. Kubersihkan kemaluan Pak Faisal dengan menjilatinya sampai bersih.
Aku puas merasakan semuanya dan Pak Faisal pun demikian. Masih terus kujilati
dan kudorong keluar masuk kemaluan Pak Faisal dia terus mengerang tidak karuan.
Aku bahagia, sebentar kemudian kurasakan kemaluannya mulai mengecil dan lemas,
pada saat kecil dan lemas tersebut aku merasakan mulutku mampu melahap
kemaluannya secara menyeluruh.
Diciumnya
keningku yang basah keringat, tepat pukul 22.00 aku sudah sampai di Kos-ku dan
berharap suatu saat Pak Faisal mengajakku kembali. Pada esoknya sahabatku hanya
ternganga mendengar ceritaku yang telah berhasil berkencan dengan Pak Faisal
sampai keluar air maninya dua kali, dia mengatakan aku curang karena tidak
memberi tahu bagaimana cara menggaet Pak Faisal. Aku cuek saja dan sampai kini
walaupun aku sudah berkeluarga aku masih sering membayangkan kemaluan Pak
Faisal yang tegak menantang itu, hal ini dikarenakan suamiku orangnya pekerja
keras sehingga lupa waktu dan jarang memberikan nafkah batin yang cukup, tetapi
sayang sejak menikah aku tidak pernah ketemu lagi sama orang yang memiliki
kemaluan dan permainan seks yang hebat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar