Aku meraba
klitorisku dengan jari jariku, terasa nikmat sekali, beberapa saat kututup
mataku. Cepat sekali vaginaku sudah licin, basah sekali, sentuhan jari jariku
semakin menebarkan rasa nikmat. Sesekali aku tekan lebih keras, tubuhku rasanya
tidak sanggup menopang tubuhku, lututku bergetar lemas tidak kuat menopang
tubuhku.
Oh ya,
keasikan neh, perkenalkan namaku dona, 26 tahun, masih single, aku bekerja
sebagai seorang guru SD di Jakarta. Hobiku adalah masturbasi sambil
menghayalkan pria pujaanku, fantasi-fantasi liar sering kali tidak dapat
kubendung, apalagi semenjak aku jomblo hampir setahun ini.
Dan
beginilah, belakangan ini jika sedang horny aku tidak kenal tempat untuk
memuaskan gejolak birahiku. Saking nikmatnya masturbasi di toilet sekolah, aku
sampai tidak menyadari kalau pintu toilet meski kututup tapi tidak kukunci. Aku
semakin tidak peduli, yang kutahu aku harus memuaskan birahiku yang sedang
terbakar, kucoba menahan desahanku, meski terkadang terlepas juga desisan
desisan kecil dari bibir tipisku.
“sshh..emhhh”,
desisan kecil sesekali kelaur dari bibir tipisku.
Aku
membayangkan bercinta dengan pak Oki, guru olah raga baru disekolah tempatku
bekerja, pak Oki sungguh tampan dan tubuhnya yang sangat kekar, tadi siang aku
memperhatikannya yang sedang memberi petunjuk cara meregangkan otot kepada
murid kelas 6 SD. ototnya begitu keakar, belum lagi ada tonjolan yang
menggelembung di antara pahanya.

Terus
terbayang-bayang, aku jadi ga kaut lagi menahan birahiku sampai akhirnya
berujung di toilet sekolah ini ketika jam pelajaran berakhir dan sekolah sudah
sepi. Aku membayangkan bercinta dengan pak Oki di toilet ini, dia memompa
k*ntolnya yang besar di vaginaku dari arah belakang, tubuhnya mendorong tubuhku
sehingga aku terpaksa menahan tubuhku di tembok toilet dan sedikit menungging.

Aku
mempraktekkannya seolah-olah semuanya nyata, satu tanganku bertopang di dinding
dan yang lain membelai klitorisku dari depan.
‘uuuh pak
oki’, desisku pelan. aku terus mengejar kenikmatan, keringatku mulai keluar
dari atas keningku. Tidak lama aku merasa hampir tiba di ujung kenikmatan itu,
namun tiba-tiba,
‘braaak’,
pintu toilet tiba tiba terbuka.
‘bu dona’,
kata orang yang berdiri di depan pintu toilet dengan mata yang tidak berkedip
sedikitpun melihatku. Aku tersentak kaget,
‘pak Hendra
ehhhh…’, kataku kaget ketika melihat pak Hendra, cleaning service sekolah yang
umurnya sekitar 40 tahun. Sangkin kagetnya dan tidak tau berbuat apa aku
jongkok merapatkan kakiku sangkin kagetnya, namun tanganku masih berada
diantara selangkanganku, aku begitu kaget sampai luapa menarik tanganku.
‘pak parmaan
keluar’, kataku dengan suara pelan. Wajahku pucat sangkin takut dan malunya.
Kurang ajar benar dia, bukannya keluar tapi malah cepat-cepat masuk dan menutup
pintu kamar toilet dan menguncinya.
‘ngapain pak…
keluar,’ perintahku dengan tetap berjongkok sambil merapikan rok ku ke bawah
yang tadinya tersingkap sampai ke pinggul.
‘Bu dona’,
kata Hendra sambil mendekatiku dan mendekap tubuhku. Aku bertambah kaget, tapi
aku tdak berani berteriak, aku takut ada orang yang mengetahui kalau aku
masturbasi di toilet sekolah.
‘jangaan
pak’, kataku berusaha melepaskan dekapannya, kugeser tubuhku untuk melepaskan
diri dari dekapannya, namun dia tetap mendekapku sampai aku menabrak dinding.
‘jangan
paak’, kataku takut, dia tidak mendengarkanku, bahkan dia mendekatkan wajahnya
dan menciumi leherku,
‘jangaaan’,
kataku lagi.
Melihat
Hendra yang begitu beringas dengan nafas mendengus dengaus menciumi leherku dan
tangannya mulai meraba raba buah dadaku. Aku menyadari kalau aku terjebak, aku
berusaha melawan, dengan sekuat tenaga aku dorong tubuhnya, berhasil, dia
terjatuh di lantai toilet.
Aku langsung
mengambil kesempatan, berdiri ke arah pintu, namun ketika aku mencoba membuka
grendel pintu toilet. Tanganku tertahan oleh tangan Hendra yang kekar,
‘lepaskan’,
kataku, namun Hendra yang sudah kesetanan itu tidak mendengarkanku, dia malah
memutar tangan kananku ke belakang tubuhku dengan paksa, tangannya yang lain
menahan tangan kiriku didinding. Aku terjebak, tenaganya kuat sekali, tubuhku
seperti terkunci dan tidak bisa bergerak, ‘pak parmman jangan…sakit..lepaskan’,
kataku memohon dengan suara memelas.
‘bu dona…
biarkan aku…’, katanya didekat telingaku, dengusan nafasnya sampai terasa
menerpa telingaku.
“ahhh
lepaskan’, aku memohon lagi begitu mengetahui tubuh kekarnya menekan tubuhku
kedinding. Aku sangat takut, ketika merasa ada benda yang keras kenyal menabrak
bokongku.
‘ahh batangnya
udah tegang, dia akan memperkosaku’, jerit batinku
Aku semakin
memberontak berusaha melepaskan kuncian tangannya yang menahan kedua tanganku.
‘sebaiknya bu
dona jangan berisik, nanti ada orang yag dengar, biarlah saya dipukuli orang
tetapi saya akan cerita ke semua orang kalau ibu dona masturbasi di kamar
mandi’, katanya mengancam, aku mengurangi perlawananku, ancamannya begitu
mengena. Apalagi di sekolah aku dikenal sebagai wanita anggun yang berkarisma.
Aku menghentikan perlawananku…berpikir sejenak.
Ternyata dia
mengetahui kalau aku mulai menikmati tusukan penis nya.

Aku terdiam malu, tidak
berani berkomentar, kalau kubilang tidak atau memaki makinya, dia pasti tahu
aku bohong karena vaginaku sudah mengeluarkan banyak cairan yang menandakan aku
juga terangsang dan menikmati enjotan tongkolnya. Aku menundukkan kepalaku dan
mencoba menghindari ciuman bibirnya yang mengecup pipi kananku.
‘Tunggingin
dikit bu dona’, katanya sambil menarik pantatku keatas. ‘Kurang ajaaar… berani
beraninya dia malah menyuruhku menungging’, umpatku dalam hati.

Tapi aku
tidak punya pilihan selain menuntaskan birahinya secepat mungkin, dan berharap
agar semuanya secepat mungkin berakhir. Aku ikuti saja kemauannya dengan
menunggingkan sedikit pantatku.
’emmh pantat
bo dona memang montok banget, ga salah apa yang aku khayalin selama ini’,
katanya sambil meremas remas bokongku gemas.
‘Gila,
ternyata aku sudah lama jadi fantasi laki laki ini’, pikirku dalam hati.

Merasa
posisiku sudah siap, sambil tangan kirinya menahan pinggulku, dia kembali
menggerakkan kontol nya kembali.
’emmh pak
pelan’, kataku ketika kurasakan penetrasi batang nya terasa lebih dalam dari
sebelumnya, mungkin karena aku menunggingkan pantatku sehingga posisi vaginaku
benar-benar bebas hambatan.
Hendra tidak
memperlambat kocokannya, dia malah mempercepat, aku mulai mendesah-desah pelan
masih menjaga sikapku, ’emmh emmmh’, desisku pelan merasakan gesekan
batangannya di lubang vaginaku.

Melihat
tubuhku yang terdorong dorong kedepan, Hendra sepertinya sengaja melepaskan kedua
tanganku sehingga aku dapat menahan tekanan tubuhnya, dengan kedua tanganku
bertopang pada tembok.
’emmmh gila
seret banget’, erangnya. Kini kedua-tangannya meremas remas bokongku yang bulat
padat sambil tidak berhenti mengocok penis nya.

‘ooh bu oooh’,
Hendra semakin keras mendesah, aku jadi takut kalau-kalau ada orang yang
mendengar desahannya itu.
“pak
Hendra..ja..jangan berisik pak..”, kataku memohon takut desahannya didengar
orang.
‘I..i..iya bu
emhh abis enak banget’, katanya pelan dengan nafas menderu.

Kocokan penis
nya terasa semakin cepat. Kurang puas meremas-remas bokongku, dia menguakkan
belahan pantatku. dan kurasakan satu jarinya membelai anusku. Kontan aja aku
menggeliat, pantatku bergoyang ke kanan ke kiri karena kegelian.

‘oooh pak
Hendra..oooh’, aku bukan lagi mendesis tetapi desahan mulai keluar dari
bibirku, rasa nikmat yang tercipta dari kocokan penis Hendra ditambai gesekan
jarinya yang membelai anusku seperti racikan yang pas membuat aku lupa diri,
dan membuatku tidak dapat membendung desahanku. Hebat sekali, rasanya aku mulai
benar benar menikmati semua ini, tubuhku terasa sangat geli, kenikmatan rasanya
menyebar diseluruh tubuhku.

‘oooh ahhh’,
aku semankin menggila desahanku bertambah keras saja, Hendra bukan saja hanya
membelai anusku dengan jarinya tetapi memasukkan satu jarinya ke anusku dan
menusuk nusuk jarinya ke anusku, refleks pantatku semakin kutungingin, tiap
kali dia menarik burung nya dia membalasnya dengan menusukkan jarinya ke
anusku. Jujur saja terlintas dibenakku untuk melakukan anal sex dengan pak
Hendra, seperti yang dulu pernah kulakuan dengan pacarku.
Hendra
semakin mengerang tak karuan, tidak kuhiraukan lagi apa yang dikatakan Hendra,
rasanya aku sudah mau orgasme.
‘saya mau
keluar..ahh bu dona’, kudengar samar samar erangannya, namun tidak kupedulikan
karena aku juga merasa sudah mau orgasme.
‘ooh emmmh
oooh’ desahku lebih keras, kurapatkan tubuhku kedinding, Hendra mengikuti
tubuhku dan menekan keras keras penis nya kedalam vaginaku, bahkan dia menusuk
jarinya sampai amblas didalam anusku, ‘ahhhh setaaan kau parmaaaaan’, lirihku
panjang, aku orgasme, aku tidak dapat menahannya, sungguh luar biasa aku bisa
orgasme ketika diperkosa.
Kutelan air
liurku menikmati sisa kenikmatan, masih kurasakan penis Hendra memenuhi
liangku, tetapi tidak kurasakan lagi jari Hendra di anusku, kedua tangannya
memegang pantatku dan memompa penis nya dengan ganas.
‘oooh bu dona
oooh’, tiba tiba Hendra mengerang keras dan menekan tubuhku keras, aku kaget
menyadari dia mau orgasme, tapi terlambat, diringi erangannya, burung Hendra
sudah menyemburkan sperma hangat menyirahi rahimku. Berkali kali dia
mengehentakkan penisnya dalam-dalam membuat tubuhku terdorong ke tembok.
‘ooooh
emmmh’, entah kenapa aku ikut menikmati sensasi ketika Hendra orgasme di
liangku, denyutan-denyutan kecil batang penis nya terasa di sinding lubang
vaginaku ketika cairan hangat spermanya berhamburan keluar menyirami lubangku.
‘Ahhh apa
yang kulakukan? Hendra orgasme di vaginaku’, pekikku dalam hati. Aku tersadar kembali,
kurapatkan tubuhku kedinding dan menarik nafasku, aku teringat kalau aku memang
sudah mau haid, aku hanya bisa berharap spermanya tidak membuahi telur
dirahimku.
‘ahh bu dona
emmh’, dia mencoba mencium pipiku tapi kudorong

dengan mata melotot. Bu...jilatin dulu bu, biar bersih burung saya...he...he... kurang ajar ...tapi aku menjilati kontolnya sampai bersih....heran juga kenapa aku turuti kemauannya itu ?.
‘Cepat keluar
pak’, kataku dengan suara lantang sambil merapikan posisi rokku. Hendra tanpa
berkata apa apa langsung keluar dan kukunci pintu toilet. Aku langsung
membersihkan kemaluanku dari cairanku sendiri dan sperma Hendra yang mengalir
keluar,
‘gila..banyak
banget spermanya’, umpatku dalam hati.
Aku
mengenakan celana dalam dan merapikan baju yang kukenakan. Aku mengendap endap
keluar toilet dengan hati berdebar, takut ada orang yang mengetahui apa yang
terjadi tadi di toilet. Suasana sekitar sekolah sepi, memang saat itu sudah
hampir jam 4 sore.
Dengan hati
berdebar aku memasuki ruangan guru, kulihat kepala sekolah dan 2 orang guru
belum pulang mereka lagi sibuk dengan urusan masing masing. Aku sedikit
bernafas lega meski perasaan kotor masih ada dipikiranku. Dan sore itu aku
pulang kerumah dengan perasaan yang tidak menentu antara malu, takjub dan
takut.
Aku tidak
tahu apa yang akan terjadi dihari-hari esok pada diriku…ahh hidup..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar