Minggu, 11 Februari 2018

KEGANASAN DUA WANITA


Erina diminta oleh Ayah Anto untuk mengambil sesuatu di kamarnya. Melihat peluang itu, aqu diam-diam mengikutinya dari belakang. Kamar ayah Anto memang tak terlihat dari tempat di mana orang tua itu biasa duduk. Sesampaiinya di kamar kuraih piinggang semampaii perawat itu dari belakang. Erina terkejut dan tertawa kecil kerana sadar siapa yg memeluknya dan tanpa basa-basi langsung menyambut ciumanku dgn bibirnya yg mungil itu sembari dgn buas mengulum lidahku.


Ia memang sudah tak malu-malu lagi sepertii awal pertemuan kita. Janda cantik itu sudah menunjukkan karakternya sbg seorang pecinta sejati yg tanpa malu-malu lagi menunjukkan kebuasan birahinya. Kadang aqu tak mengertii, kenapa swaminya tega meninggalkannya. Akan tetapi prediksi ku mengatakan, swaminya tak mampu mengimbangi gejolak birahi Erina di atas kasur dan untuk menutupi rasa malu yg terus menerus terpaksa ia meninggalkan perempuan muda itu untuk hidup bersama dgn perempuan lain yg lebih ‘low proMatle’. Aqu memang belom sempat menanyakan pada Erina bagaiimana ia menyalurkan kebutuhan biologisnya di saat menjanda. Aqu berpikir, bahwa masturbasi adalah jalan satu-satunya.


Kita berdua masih berciuman dgn ganas kerana dgn sigap aqu menyelipkan tanganku ke baliik pakaian perawatnya yg bersih itu. Sungguh terkejut kerana aqu sadar bahwa ia sama sekali tak memakai BREAST HOULDER sehingga dgn mudahnya kuremas buah dada kanannya yg ranum itu.
“Kok ngga pakaii BREAST HOULDER Mbak..?” Sembari menggeliinjang dan mendesah, ia menjawab disertai senyum nakal. “Supaya gampang diremas sama kamu..”. Benar-benar jawaban yg menggemaskan!


Kembalii kukulum bibir dan lidahnya yg mengbirahikan itu sembari dgn cepat kubuka kancing pakaiannya yg pertama, kedua, dan ketiga. Lalu tanpa membuang waktu kutundukkan kepalaqu, dgn tangan kananku kukeluarkan buah dada kanannya dan kuhiisap sedemiikian rupa sehiingga hampiir setengahnya masuk ke dalem mulutku. Erina mulaii mengerang kegelian,
“Ouhh.., gelii Mas.., geliiiiii.., ahh..”. Sejak kejadian malam itu, ia memang membiasakan dirinya untuk memanggilku Mas. Sembari menggelinjang dan merintih, tangan kanan Erina mulai mengelus-elus bagian depan celana kantorku.


Kemaluanku yg terletak tepat di baliknya terasa semakin menegang dan menegang. Jari-jari lentiik perempuan itu berusaha untuk mencarii letak kepala kemaluanku untuk kemudian digosok-gosoknya darii luar celana. Sensasi itu membuat nafasku semakin memburu seperti layaknya nafas kuda yg tengah berlari kencang. Seakan tak mau kalah darinya, tangan kiriku berusaha menyingkap rok janda muda itu dan dgn sigap kugosokkan jari-jemariku di celana dalemnya. 
Tepat diatas kemaluannya, celana dalem Erina terasa sudah basah. Sungguh hebat! Hanya dalem beberapa menit saja, ia sudah sedemikian terangsangnya sehiingga kemaluannya sudah siap untuk dimasuki oleh kemaluanku.
Tanpa membuang waktu kuturunkan celana dalem tipis yg kalii ini berwarna hitam, kudorong badan montok perawat itu ke dinding, lalu kuangkat paha kanannya sehingga dengkulnya menempel di pinggangku. Dgn siigap pula kubuka ritsluiting celanaqu dan kukeluarkan kemaluanku yg sudah sangat tegang dan besar itu. Erina sudah terlihat pasrah. Ia hanya bersender di dinding sembari memejamkan matanya dan memeluk bahuku.
“Erina.., mana miinyak tawonnya.., kok lama betuul…”. Suara orang tua itu terdengar dgn keras. Sungguh menjengkelkan.
Erina sempat terkejut dan terlihat pMenikk kerana kemudian aqu berbiisiik,“Tenang Mbak.., jawab aja.., kiita selesaiikan dulu ini.., kamu mau kan?” Ia mengangguk seraya tersenyum manis.
“Sebentar Pak..”, teriaknya.
“Minyak tawonnya keselip entah ke mana.., ini lagi dicari kok…”. Ia tertawa cekikikan, geli mendengar jawaban spontannya sendiri.
Akan tetapi tawanya itu langsung berubah menjadi jerikan erotis kecil kerana kupukul-pukulkan kepala kemaluanku ke selangkangannya.


Perlahan-lahan kutempelkan kepala kemaluanku itu di piintu kemaluannya. Sambil kuputar-putar kecil kudorong pinggulku perlahan-lahan. 
Erina ternganga sembari terengah-engah, “aahh.., aahh.., ouhh.., Mas.., besar sekalii.., pelan-pelan Mas..pelan-pelanhh..”, dan, “aa…”. Erina menjerit kecil kerana kumasukkan seluruh kemaluanku ke dalem kemaluannya yg becek dan terasa sangat sempit dalem posisi berdiri ini.


Aqu menyodokkan kemaluanku maju mundur dgn gerakan yg percepatannya meningkat darii waktu ke waktu. Badan Erina terguncang-guncang, buah dadanya bergayut ke kiirii dan kanan dan jeritannya semakiin menjadi-jadi.
Aqu sudah tak peduli kalo ayah Anton sampai mendengarkan jeriitan perempuan itu. Nafsuku sudah naiik ke kepala. Janda muda ini memang memiiliikii daya piikat seks yg luar biasa. Meskipun ia hanya seorang perawat, akan tetapi kemulusan dan kemontokan badannya sungguh setara dgn perempuan kota jaman sekarang. Sangat terawat dan niikmat sekalii jika digesek-gesekkankan di kuliit kiita. Gerakan piinggulku semakin cepat dan semakin cepat. Mulutku tak puas-puasnya menciumi dan menghisap ujung pentil buah dadanya yg merunciing panjang dan keras itu. Buah dadanya yg kenyal itu hampir seluruhnya dibasahii oleh aiir liurku. Aqu memang sedang nafsu berat. Aqu merasakan bahwa sebentar lagii aqu akan orgasme dan bersamaan dgn itu juga badan Erina menegang.


Kupercepat gerakan piinggulku dan mendadak, “aahh.., Mas.., Masss…, aqu keluarrr.., aahh”, Jeriitnya. saat itu juga kusodokkan kemaluanku ke dalem kemaluan janda muda itu sekeras-kerasnya dan, “Craat.., craatt.., craat”.
“Ahh…, Mbaak”, erangku sembari meringis menikmati puncak orgasme kita yg waktunya jatuh bersamaan itu.


Kita berpelukan sesaat dan Erina berbiisiik dgn suara serak.
“Mas.., aqu ngga pernah dipuasin laki-laki sepertii kamu muasin saya.., kamu hebat..”. Aqu tersenyum simpul.
“Mbak., aqu masiih punya 1001 teknik yg biisa membuat kamu melayang ke surga ke-7.., ngga bosan kan kalo laiin waktu aqu praktekkan sama kamu?”. Perlahan Erina menurunkan paha kanannya dan mencabut kemaluanku darii kemaluannya.
“Bosan? Aqu giila apa.., yg beginian ngga akan membuatku bosan.., kalo bisa tiap hari aqu mau Mas..”. Benar-benar luar biasa birahi perempuan ini.
Beruntung aqu mempunyaii birahi yg juga luar biasa besarnya. Sbg partner seks, kita benar-benar seiimbang.
Sesudah kejadian siang itu, aqu dan Erina seperti pengantin baru saja. Tak ada waktu luang yg tak terlewatkan tanpa nafsu dan gairah. Meskipun demiikian, aqu tekankan pada Erina, bahwa hubungan antara aqu dan dia, hanyalah sebatas hubungan untuk memuaskan nafsu gairah saja. Aqu dan dia punya hak untuk berhubungan dgn orang laiin. Erina sii janda muda yg sudah merasakan kenikmatan seks bebas itu tentu saja menyetujuinya.
Suatu harii, Erina masuk ke dalem kamarku dan ia berkata, “Mas, aqu akan mengambil cutii selama 1 bulan. Aqu harus mengurusi masalah tanah warisan di kampungku..”.“Lha.., kalo Mbak pulang, siapa yg akan mengurusi Bapak?”, tanyaqu sembari membayangkan betapa kosongnya hari-hariku selama sebulan ke depan.
“Mas Anto jika, akan ada adik Bapak yg akan menggantikan aqu selama 1 bulan.., namanya Mbak Hindun.., dia ngga menikah.., umurnya sudah hampir 40 tahun.., orangnya baiik kok.., cerewet.., tetapi ramah..”. Yah apa boleh buat, aqu terpaksa kehilangan seorang kawan berhubungan seks yg sangat mengbirahikan. Hitung-hitung cuti 1 bulan.., atau kalo berpikir positif.., iits tiime to look for a new partner!!!
Hari ini adalah hari ke liima sesudah kepergian Erina. Mbak Hindun, pengganti sementara Erina, ternyata adalah adik iipar ayah Anto. Jadi, adik isteri sii bapak tua itu. Mbak Hindun adalah seorang perempuan Sunda yg ramah. Wajahnya lumayan cantik
kulitnya berwarna hitam manis, badannya sedikit pendek dan berbadan montok. Ukuran buah dadanya besar. Jauh lebih besar darii Erina dan senantiasa berdandan sedikit menor. Perempuan yg berumur hampir 40 tahun itu mengaqu belom pernah menikah kerana merasa bahwa tak ada laki-laki yg bisa cocok dgn sifatnya yg avonturir. Saat ini ia bekerja secara freelance di sebuah stasiun television sbg penuliis naskah. Kemampuan bergaulku dan keramahannya membuat kita cepat sekali akrab.
Lagi-lagi, kamarku itu kini menjadi markas curhatnya Mbak Hindun.
“Panggil saya teh Hindun aja deh..”, katanya suatu kali dgn logat Bandungnya yg kental.“Kalo gitu panggil saya Somat aja ya teh.., ngga usah pake pak pak-an segala..”, balasku sembari tertawa.
Baru 5 harii kita bergaul, akan tetapi sepertinya kita sudah lama saling mengenal. Kita sepertii dua orang yg kasmaran, saling memperhatikan dan saliing bersiimpatii. Persis sepertii ciinta monyet kerana kiita remaja. Saat itu sepertii biasa, kita sedang ngobrol santaii darii hatii ke hatii sembari duduk di atas kasurku. Aqu memakaii pakaian kaos dan celana pendek yg ketat sehiingga tanpa kusadarii tekstur kemaluan dan buah zakarku tercetak dgn jelas. Jika kuperhatikan, beberapa kali terlihat teh Hindun mencuri-curi melirik selangkanganku yg dgn mudah dilihatnya kerana aqu duduk bersiila. Aqu sengaja membiarkan keadaan itu berlangsung. Malah kadang-kadang dgn sengaja aqu meluruskan kedua kakiku dgn possi sedikit mengangkang sehingga cetakan kemaluanku makin nyata saja di celanaqu.
Sesekali, ditengah obrolan santaii itu, terlihat teh Hindun melirik selangkanganku yg diikutii dgn nafasnya yg tertahan. Kenapa aqu melaqukan hal ini? Kerana birahiku yg luar biasa, aqu jadi tertantang untuk bisa meniduri teh Hindun yg aqu yakini sudah tak perawan lagi kerana sifatnya yg avonturir itu. Dan lagi, dari sifatnya yg ramah, ceria, cerewet dan petualang itu, aqu yakin di balik badan montok perempuan setengah baya tersimpan potensi birahi yg tak kalah besar dgn Erina. Juga, gayanya dalem bergaul yg mudah bersentuhan dan saling memegang lengan sering membuat darahku berdesir. Apalagii kalo aqu sedang dalem keadaan birahi tinggi.
Saat ini, teh Hindun mengenakan daster berwarna bersih tipis sehiingga terlihat kontras dgn warna kulitnya yg hitam manis itu. Belahan buah dadanya yg besar itu menyembul di balik lingkaran leher yg berpotongan rendah di bagian dada. Dasternya sendiri berpola terusan hingga sebatas lutut sehingga kerana duduk, pahanya yg montok itu terlihat dgn jelas. Aqu selalu berusaha untuk bisa mengintip sesuatu yg terletak di antara kedua paha teh Hindun. Akan tetapi kerana posiisii duduknya yg selalu sopan, aqu tak dapat melihat apa-apa.
Bukan main! Ternyata seorang perempuan berusia 40-an masiih mempunyai daya tarik sexual yg tinggi. Terus terang, baru kalii ini aqu beranii berfantasii mengenaii hubungan seks dgn teh Hindun. Sementara ia bercerita tentang masa mudanya, pikiranku malah melayang dan membaygkan badan teh Hindun sedang duduk di hadapanku tanpa selembar benangpun. Alangkah mengbirahikannya. Aqu seperti bisa melihat dgn jelas seluruh lekuk badannya yg mulus tanpa cacat. Tanpa sadar, kemaluanku menegang dan caiiran madzi di ujungnya pun mulai keluar. Celanaqu terlihat basah di ujung kemaluanku, dan cetakan kemaluan serta buah zakarku semakin jelas saja tercetak di selangkangan celanaqu.
Membesarnya kemaluanku ternyata tak lepas darii perhatian teh Hindun. Terlihat jelas terlihat matanya terbelalak melihat ukuran kemaluanku yg membesar dan tercetak jelas di celana pendekku. Obrolan kita mendadak terhenti kerana beberapa saat teh Hindun masih terpaqu pada selangkanganku. “Kunaon teh..?”, tanyaqu memanciing. “Eh.., enteu.., kamu teh mikirin apa siih…?”, katanya sembari tersenyum simpul.
“Mikirin teh Hindun teh.., entah kenapa barusan saya membayangkan teh Hindun nggak pakai apa-apa.., adu indahnya teh..”, mendadak saja jawaban itu meluncur dari mulutku.
Aqu sendiri terkejut dgn jawabanku yg sangat terus terang itu dan sempat membuatku terpaqu memandang wajah teh Hindun. Wajah teh Hindun terlihat memerah mendengar jawabanku itu. Napasnya mendadak memburu.
Mendadak teh Hindun bangkiit dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Ia menutup pintu kamarku dan menguncinya. Leherku tercekat, dan kurasakan jantungku berdegup semakin kencang. Dgn tersenyum dan sorot mata nakal ia menghampiriku dan duduk tepat di hadapan selangkanganku. Aqu memang sedang dalem posisi selonjor dgn kedua kaki mengangkang.
“Mat, kamu pingin sama teteh..? Hmm?”, Desahnya seraya meraba kemaluan tegangku dari luar celana. 


Aqu menelan ludah sembari mengangguk perlahan dan tersenyum. Entah mengapa, aqu jadi gugup sekalii melihat wajah teh Hindun yg semakiin mendekat ke wajahku. Tanpa sadar aqu menyandarkan punggungku ke tembok di ujung kasur dan teh Hindun menggeser duduknya mendekatiiku sembari tetap menekan dan membelaii selangkanganku. Nafas teh Hindun yg semakiin cepat terasa benar semakiin menerpa hiidung dan bibirku. Rasa nikmat dari belaian jemari teh Hindun di selangkanganku semakiin terasa keujung syaraf-syarafku. Napasku mulai memburu dan tanpa sadar mulutku mulaii mengeluarkan suara erangan-erangan.
Dgn lembut teh Hindun menempelkan bibirnya di atas bibirku. Ia memulainya dgn mengecup ringan, menggigit bibir bawahku, dan mendadak.., lidahnya memasuki mulutku dan berputar-putar di dalemnya dgn cepat. Langiit-langiit mulutku serasa gelii disapu oleh liidah panjang miiliik perempuan setengah baya yg sangat mengbirahikan itu. Aqu mulaii membalas ciiuman, giigiitan, dan kuluman teh Hindun. Sembari berciiuman, tangan kananku kuletakkan di buah dada kiri teh Hindun. Uh.., alangkah besarnya.., meskipun masih ditutupi oleh daster, keempukan dan kekenyalannya sudah sangat terasa di telapak tanganku. Dgn cepat kuremas-remas buah dada teh Hindun itu, “Emph.., emph..”, rintihnya sembari terus mengulum lidahku dan menggosok-gosok selangkanganku. Mendadak teh Hindun menghentikan ciumannya. Ia menahan tanganku yg tengah meremas buah dadanya dan berkata, “Mat, sekarang kamu diam dulu yah.., biar teteh yg duluan..”.
Mendadak dgn cepat teh Hindun menarik celana pendekku sekalian dgn celana dalemku. Saking cepatnya, kemaluanku yg menegang melejit keluar. Sejenak teh Hindun tertegun menatap kemaluanku yg berdirii tegak laksana tugu monas itu. “Gustii Somat.., ageung piisan..”, bisiknya lirih.


Dgn cepat teh Hindun menundukkan kepalanya, dan sekerana badanku terasa dialiri oleh aliiran listerik yg mengalir cepat kerana mulut teh Hindun hampir menelan seluruh kemaluanku. Terasa ujung kemaluanku itu menyentuh langit-langit belakang mulut teh Hindun. Dgn sigap teh Hindun memegang kemaluanku sementara liidahnya memelintir bagian bawahnya. Kepala teh Hindun naik turun dgn cepat mengiringi pegangan tangannya dan puntiran liidahnya.


Aqu benar-benar merasa melayg di udara kerana teh Hindun memperkuat hisapannya. Aqu melirik ke arah kaca riasku, dan di sana terlihat diriku terduduk mengangkang sementara teh Hindun dgn dasternya yg masiih saja rapii merunduk di selangkanganku dan kepalanya bergerak naik turun. Suara isapan, jilatan dan kecupan bibir perempuan montok itu terdengar dgn jelas. Kenikmatan ini semakin menjadi-jadi kerana kurasakan teh Hindun mulaii meremas-remas kedua bola buah zakarku secara bergantian. Perutku serasa mulas dan urat-urat di kemaluanku serasa hendak putus kerana tegangnya. Teh Hindun terlihat semakiin buas menghisapi kemaluanku seperti seseorang yg kehausan di padang pasir menemukan air yg segar. Jari-jemarinyapun semakin liar mempermainkan kedua buah zakarku.
“Slurrp.., Cuph.., Mphh..”. Suara kecupan-kecupan di kemaluanku semakin keras saja.


Nafsuku sudah naik ke kepala. Aqu berontak untuk berusaha meremas kedua buah dada montok dan besar milik perempuan lajang berusia setengah baya itu, akan tetapi tangan teh Hindun dgn kuat menghalangii badanku dan iapun semakin giila menghisapi dan menjilati kemaluanku. Aqu mulai bergelinjang-gelinjang tak karuan.
“Teh Hindun.., teeeh…, gantian dongg.., please.., saya udah ngga kuaat…, aahh.., sss..”, erangku seakan memohon.
Akan tetapi permintaanku tak digubrisnya. Kedua tangan dan mulutnya semakin cepat saja mengocok kemaluanku. Terasa seluruh syaraf-syarafku semakin menegang dan menegang, degup jantungku berdetak semakiin kencang.. napaskupun makin memburu.
“Oohh…, Teh Hindun.., Teh Hindunee…, aahh….”, Aqu berteriak sembari mengangkat pinggulku tinggi-tinggi dan, “Crat.., craat.., craat”, aqu memuncratkan air maniqu di dalem mulut teh Hindun.


Dgn siigap pula teh Hindun menelan dan menjilati air maniqu seperti seorang yg menjilati es krim dgn nikmatnya. Setiap jilatan teh Hindun terasa seperti setruman-setruman keciil di kemaluanku. Aqu benar-benar menikmati permainan ini.., luar biasa teh Hindun,
“Enak Mat..? Hmm?”, teh Hindun mengangkat kepalanya dari selangkanganku dan menatapku dgn senyum maniisnya, terlihat di seputar mulutnya banyak menempel bekas-bekas air maniqu. “Fuhh nikmatnya air mani kamu Mat..” Bisiknya mesra seraya menjilat sisa-sisa air maniqu di bibrnya.
“Obat awet muda ya teh..”, kataqu bercanda.
“Yaa gitulah…, antosan sekedap nya? Biar teteh ambilkan minum buat kamu”. Oh my God.., benar-benar seorang perempuan yg penuh pengabdian, dia belom mengalami orgasme apa-apa tetapi perhatiannya pada pasangan laki lakinya luar biasa besar, sungguh pasangan seks yg ideal! Kenyataan itu saja membuat rasa simpati dan gairahku pada teh Hindun kembal bergejolak. Teh Hindun kembali dari luar membawa segelas air.
“Minum deh.., biar kamu segeran..”.
“Nuhun teh.., tetapi janji ya abiis ini giliran saya muasin teteh..”. Aqu meneguk habis air dingin buatan teh Hindun dan saat itu pula aqu merasakan kejantananku kembali. Gairahku kembali bergejolak melihat badan montok teh Hindun yg ada di hadapanku. Aqu meraih tangan teh Hindun dan dgn sekalii betot kubariingkan badannya yg molek itu di atas kasur. “Eeehh.., pelan-pelan Mat..”, teriak teh Hindun dgn gelii.
“Teteh mau diapain sih… “, lanjutnya manja. Tanpa menjawab, aqu menindih badan montok itu, dan sekejap kurasakan nikmatnya buah dada besar itu tergencet oleh dadaqu. Juga, syaraf-syaraf sekiitar pinggulku merasakan nikmatnya kemaluanku yg menempel dgn gundukan kemaluannya meskipun masih ditutupi oleh daster dan celana dalemnya.
Kupandangi wajah teh Hindun yg bundar dan manis itu. Kalo diperhatikan, memang sudah terdapat kerut-kerut kecil di daerah mata dan keningnya. Tetapi peduli setan! Teh Hindun adalah seorang perempuan setengah baya yg paling mengbirahikan yg pernah kulihat. Pancaran aura sexualnya sungguh kuat menerangi sanubari laki laki yg memandangnya.
“Teteh mau tau apa yg ingiin saya laqukan terhadap teteh?”, Kataqu sembari tersenyum.
“Saya akan memperkosa teteh sampai teteh ketagiihan”.
Lalu dgn ganas, aqu memulaii menciumi bibir dan leher teh Hindun. Teh Hindunpun dgn tak kalah ganasnya membalas ciuman-ciumanku. Keganasan kita berdua membuat suasana kamarku menjadi riuh oleh suara-suara kecupan dan Desahan-Desahan erotis. Dgn tak sabar aqu menarik riitsluiting daster teh Hindun, kulucuti dasternya, BREAST HOULDER-nya, dan yg terakhiir.., celana dalemnya. Wow.., sebuah gundukan daging tanpa bulu sama sekalii terliihat sangat menantang terletak di selangkangan teh Hindun. My God.., alangkah indahnya kemaluan teh Hindun itu.., tak pernah kubaygkan bahwa ia mencukur habiis bulu kemaluannya.
“Kamu juga buka semua dong Mat”, rengeknya sembari menariik pakaian kaosku ke atas.
Dalem sekejap, kita berdua berdua berpelukan dan berciiuman dgn penuh nafsu dalem keadaan bugiil! Sembari menindih badannya yg montok itu, bibirku menyelusurii lekuk badan teh Hindun mulaii darii biibiir, kemudian turun ke leher, kemudian turun lagii ke dada, dan terus ke arah ujung pentil susu kirinya yg berwarna coklat kemerah-merahan itu. Alangkah kerasnya ujung pentil susunya, alangkah lancipnnya.., dan mmhh.., sekerana itu juga kukulum, kuhisap dan kujiilat ujung pentil kenyal itu.., kerana gemasnya, sesekali kugigit juga ujung pentil itu.
“Auuhh.., Mat.., gelliiii.., sss.., ahh”, rintihnya kerana gigitanku sedikit kukeraskan. Badan montoknya mulai mengelinjang-geliinjang ke sana k emari.., dan mukanya menggeleng-geleng ke kiirii dan ke kanan.
Sembari menghisap, tangan kananku merayap turun ke selangkangannya. Dgn mudah kudapatii kemaluannya yg besar dan sudah sangat becek sekali. Aqupun dgn sigap memain-mainkan jari tenganku di pintu kemaluannya.
“Crks.., crks.., crks”, terdengar suara becek kemaluan teh Hindun yg berwarna lebih bersih dari kulit sekitarnya.
Kerana jariku mengenai gundukan keciil daging yg mirip dgn sebutir kacang, kerana itu pula perempuan setengah baya itu menjerit kecil.
“Ahh.., gelii Mat.., gellii”, Putaran jariku di atas kelentit teh Hindun dan hisapanku pada kedua ujung pentil buah dadanya makiin membuat lajang montok berkulit hitam manis itu semakin bergelinjang dgn liar.
“Mat.., masukin sekarang Mat.., sekarang.., please.., teteh udah nggak tahan..ahh..”. Kulihat wajah teh Hindun sudah meringis seperti orang kesakitan.
Riingiisan itu untuk menahan gejolak orgasmenya yg sudah hampiir mencapaii puncaknya. Dgn siigap kuarahkan kemaluanku ke kemaluan montok miiliik teh Hindun.., kutempelkan kepala kemaluanku yg besar tepat di bawah kelentitnya, kuputar-putarkan sejenak dan teh Hindun meresponnya dgn mengangkangkan pahanya selebar-lebarnya untuk memberii kemudahan bagiiku untuk melaqukan penetrasii.., saat itu pula kusodokkan pantatku sekuat-kuatnya dan, “Blesss”, masuk semuanya!
“Aahh….” Teh Hindun menjeriit panjang..,


“Besar betul Mat.., auhh…., besar betuull…, duh gustii enaknya.., aahh..”. Dgn penuh keganasan kupompa kemaluanku keluar masuk kemaluan teh Hindun.
Dan iapun dgn liarnya memutar-mutar pinggulnya di bawah tindihanku. Astaga.., benar-benar pengalaman yg luar biasa! Bahkan keliaran teh Hindun melebihi ganasnya Mbak Erina.., luar biasa!


Kedua badan kita sudah sangat basah oleh keriingat yg bercampur liiur. Kasurkupun sudah basah di mana-mana oleh caiiran mani maupun lendir yg meleleh darii kemaluan teh Hindun, akan tetapi entah kekuatan apa yg ada pada dirii kita…, kita masiih saling memompa, merintih, melenguh, dan mengerang. Bunyi kasurkupun sudah tak karuan..,


“Kriiet.., kriiet.., kriieeet”, sesuaii iirama goygan piinggul kita berdua. Kemaluanku yg besar itu masiih dgn buasnya menggesek-gesek kemaluan teh Hindun yg terasa sempiit akan tetapi becek itu.


Sesudah lebih darii 15 menit kita saliing memompa, mendadak kurasakan seluruh badan teh Hindun menegang.


“Mat.., Mat.., Teteh mau keluar..”.
“Iya teh, saya juga.., kiita keluar sama-sama teh…”, Goyganku semakiin kupercepat dan pada saat yg bersamaan kita berdua saliing berciiuman sembari berpelukan erat.., aqu menancapkan kemaluanku dalem-dalem dan teh Hindun mengangkat piinggulnya tiinggii-tiinggii…,


“Crat.., crat.., crat.., crat”, kita berdua mengerang dgn keras sembari meniikmatii tercapaiinya orgasme pada saat yg bersamaan.
Kita sudah tak pedulii jika seiisii rumah akan mendengarkan jeriitan-jeriitan kita, kerana aqu yakiin teh Hindunpun tak pernah merasakan keniikmatan yg luar biasa ini sepanjang hiidupnnya.
“Ahh.., Mat.., kamu hebaat.., kamu hebaathh.., hh.., Teteh ngga pernah ngerasaiin keniikmatan sepertii ini”.
“Saya juga teh.., teriima kasiih untuk keniikmatan ini..”, Kataqu seraya mengecup keniing teh Hindun dgn mesra.
“Mau tau suatu rahasia Mat?”, tanyanya sembari membelaii rambutku,
“Teteh sudah liima tahun tak bersentuhan dgn lakii-lakii.., tetapi entah kenapa, dalem 5 hari bergaul dgn kamu.., teteh tak biisa menahan gejolak gairah teteh.., ngga tau kenapa.., kamu itu punya aura seks yg luar biasa..”. Teh Hindun bangkiit darii kasurku dan mengambiil sesuatu darii kantong dasternya. Sebutiir piil KB.
“Sepertii punya Mattasat, teteh sudah minum piil ini sejak 3 hari yg lalu..”, katanya tersenyum,
“Dan akan teteh miinum selama teteh ada di sini..”, Teh Hindun mengerdipkan matanya padaqu dgn manja sembari memakaii dasternya.
“Selamat tidur sayg…”, Teh Hindun melangkah keluar darii kamarku.
Teh Hindun memang luar biasa. Ia bukan saja dapat menggantiikan kedudukan Erina sbg partner seks yg baiik, tetapi juga memberii sentuhan-sentuhan kasiih sayg keiibuan yg luar biasa. Aqu benar-benar dimanja oleh perempuan setengah baya itu. Fantasii sexualnya juga luar biasa. Mungkiin itu pengaruh darii pekerjaannya sbg penuliis Cerita drama. Coba baygkan, ia pernah memiijatku dalem keadaan bugiil, kemudian sembari terus memiijat ia biisa memasukkan kemaluanku ke dalem kemaluannya, dan aqu disebadanii sembari terus meniikmatii piijatan-piijatannya yg niikmat. Ia juga pernah memiinta aqu untuk menyebadaniinya di saat ia mandi pancuran di kamar mandi dan kita melaqukannya dgn badan liiciin penuh sabun.
Dan yg paliing sensasiional adalah.., Sore itu aqu sudah berada di rumah. Kerana load pekerjaan di kantorku tak begitu tiinggii, aqu sengaja pulang cepat. Selesaii mandi aqu duduk di meja makan sembari meniikmatii piisang goreng buatan teh Hindun. Perempuan biinal itu memang luar biasa. Ia melayaniku sepertii swaminya saja. Segala keperluan dan kesenanganku benar-benar diperhatiikan olehnya. Sepertii biasa, aqu mengenakan pakaian kaos buntung dan celana pendek longgar kesukaanku dan (sepertii biasa juga) aqu tak menggunakan celana dalem. Kebiasaan ini kumulaii sejak adanya teh Hindun di rumah ini, kerana biisa dipastiikan hampiir tiap harii aqu akan meniikmatii badan siintal adik iipar ayah sii Anto itu.
Sore itu sembari meniikmatii piisang goreng di meja makan, aqu bercakap-cakap dgn ayah Anto. Orang tua itu duduk di pojok ruangan dekat piintu masuk untuk meniikmatii semiiliirnya angiin sore kota Bandung. Jarak antara aqu dgnnya sekiitar 6 meter. Sembari bercakap-cakap mataqu tak lepas darii teh Hindun yg mondar mandir menyediakan hiidangan sore bagii kita. Entah ke mana PRT kita saat itu.
Teh Hindun mengenakan celana pendek yg ditutupii oleh kaos bergambar Miickey Mouse berukuran ekstra besar sehiingga seriing terlihat kaos itu menutupii celana pendeknya yg memberii kesan teh Hindun tak mengenakan celana. Aqu beranii bertaruh perempuan itu tak menggunakan BREAST HOULDER kerana jika ia berjalan melenggang, terlihat buah dadanya bergayut ke atas ke bawah, dan di bagian dadanya tercetak ujung pentil buah dadanya yg besar itu. Tanpa sadar batang kemaluanku mulaii membesar.
Sesudah selesaii dgn kesiibukannya, teh Hindun duduk di sebelah kiiriiku dan iikut meniikmatii piisang goreng buatannya. Kuliihat ia meliiriik ke arahku sembari memasukkan piisang goreng perlahan-lahan ke dalem mulutnya. Sembari mengerdipkan matanya, ia memasukkan dan mengeluarkan piisang goreng itu dan sesekalii menjiilatnya. Sembari terus berbasa basii dgn orang tua Anto, aqu menelan ludah dan merasakan bahwa urat-urat kemaluanku mulaii mengeras dan kepala kemaluanku mulai membesar. Mendadak kurasakan jari-jemari kanan teh Hindun menyentuh pahaqu. Lalu perlahan-lahan merayap naik sampai di daerah kemaluanku. Dgn gemas teh Hindun meremas kemaluan tegangku dari luar celanaqu sehingga membuat cairan beningku membuat tanda bercak di celanaqu.
Sesudah beberapa lama meremas-remas, tangan itu bergerak ke daerah perut dan dgn cepat menyeliip ke dalem celana pendekku. Aqu sudah tak tahu lagi apa iisii percakapan orang tua Anto itu. Beberapa kalii ia mengulangi pertanyaannya padaqu kerana jawabanku yg asal-asalan. Degup jantungku mulai meniingkat. Jemari lentik itu kini sudah mencapai kedua bolaqu. Dgn jari telunjuk dan tengah yg dirapatkan, perempuan lajang itu mengelus-elus dan menelusurii kedua bolaqu.., mula-mula berputar bergantian kiirii dan kanan kemudian naiik ke bagian batang.., terus bergerak menelusurii urat-urat tegang yg membalut batang kerasku itu,
“sss…, teteh..”. Aqu berdesiis kerana kedua jariinya itu berhenti di urat yg terletak tepat di bawah kepala kemaluanku.., itu memang daerah kelemahanku.., dan perempuan sintal ini mengetahuiinya.., kedua jemarinya menggesek-gesekkan dgn cepat urat kemaluanku itu sembari sesekali mencubiitnya.
“aahh…”, erangku kerana akhirnya kemaluanku masuk ke dalem genggamannya.
“Kenapa Somat?”, Orang tua yg duduk sedikit jauh di depanku itu mengiira aqu mengucapkan sesuatu.
“E.., ee…, ndak apa-apa Pak..”, Jawabku tergagap sembari kembalii meriingiis kerana teh Hindun mulaii mengocok kemaluanku dgn cepat.
Giila perempuan ini! Dia melaqukannya di depan kakaknya sendirii meskipun tak keliihatan kerana terhalang meja.
“Saya cuma merasa segar dgn udara Bandung yg dingiin ini..”, Jawabku sekenanya.
“Ooo begitu.., saya piikiir kamu sakiit perut.., habiis tampangmu meriingiis-meriingiis begitu..”, Orang tua itu terkekeh sembari memaliingkan mukanya ke jalan raya.
Begitu kakaknya berpaliing, teh Hindun dgn cepat merebahkan kepalanya ke pangkuanku sehiingga darii arah ayah Anto, teh Hindun tak terlihat lagii. Dgn cepat tangannya memelorotkan celanaqu sehiingga kemaluanku yg masiih digenggamnya dgn erat itu terasa dingiin terterpa angiin. Sejenak perempuan itu memandang kemaluan besarku itu.., ia selalu memberiikan kesempatan pada matanya untuk meniikmatii ukuran dan kekokohannya. Kemudian teh Hindun menjulurkan liidahnya dan mulaii menjiilat mengelilingi lobang kemaluanku.., kemudian ia memasukkan ujung liidahnya ke ujung lobang kemaluanku dan mengecap caiiran beniingku.., lalu lidahnya diturunkan lagi-lagi ke urat di bawah kemaluanku.
Aqu mulai menggelinjang-gelinjang tak karuan, meskipun dgn hati-hati taqut ketahuan oleh kakak teh Hindun yg duduk di depanku. Tanganku mulai meraba-raba buah dadanya yg besar itu dan meremasnya dgn gemas,
“sss.., teeehh..”, desisku sedikit keras kerana perempuan itu dgn kedua biibiirnya menyedot urat di bawah kepala kemaluanku itu.., sementara tangannya meremas-remas kedua bolaqu…, aawwww niikmatnya…, aqu begitu terangsang sehiingga seluruh porii-porii kuliitku meremang dan mukaqu berwarna merah. Aqu sudah dalem tahap iingiin meniindih dan sesegera mungkiin memasukkan kemaluanku ke dalem kemaluan perempuan ini tetapi semua itu tak mungkiin kulaqukan di depan kakaknya yg masiih duduk di depanku meniikmatii lalu lalang kendaraan di depan rumahnya.
Mendadak biibiir teh Hindun bergerak dgn cepat ke kepala kemaluanku.., sembari terus kupermaiinkan ujung pentilnya kuliihat ia membuka mulutnya dgn lebar dan tenggelamlah seluruh kemaluanku ke dalem mulutnya. Aqu kembalii mendesiis dan meriingiis sembari tetap duduk di meja makan mendengarkan ocehan orang tua Anto yg kembalii mengajakku berbiincang. Mulut teh Hindun dgn cepat menghiisap dan bergerak maju mundur di kemaluanku. Tanganku menariik dasternya ke atas darii arah punggung sehiingga terli
hatlah pantatnya yg mulus tak ditutupii oleh selembar benangpun.
Aqu iingiin menjamah kemaluannya, iingiin rasanya kumasukkan jarii-jariiku dgn kasar ke dalemnya dan kukocok-kocok dgn keras tetapi aqu sudah tak kuat lagii. Jiilatan liidah, kecupan, dan sedotan teh Hindun di kemaluanku membuat seluruh syarafku menegang.
Mendadak kujambak rambut teh Hindun dan kutekan sekuat-kuatnya sehiingga seluruh kemaluanku tenggelam ke dalem mulutnya. Kurasakan ujung kemaluanku menyentuh langiit-langiit tenggorokan teh Hindun dan,
“Creeet…, creeett…, creeettt”, menyemburlah caiiran maniku ke mulut teh Hindun.
“Ahh…, aahh.., aahh.., tetteeehh…”, Aqu meriingiis dan mendesiis keras kerana caiiran maniku bersemburan ke dalem mulut teh Hindun.
Perempuan itu dgn lahap menjiilatii dan menelan seluruh caiiranku sehiingga kemaluanku yg hampiir layu kembalii sedikiit menegang kerana terus-terusan dijiilat. Aqu memejamkan mataqu.., giilaa.., permaiinan ini benar-benar menakjubkan. Ada rasa was-was kerana taqut ketahuan, tetapi rasa was-was itu justru meniingkatkan nafsuku. Teh Hindun memandang kemaluanku yg sudah sedikit mengeciil akan tetapi tetap saja dalem posiisii tegak.
“Luar biasa…”, Bisiknya,
“Siap-siap nantii malam yah?” Katanya sembari bangkiit dan beranjak ke dapur


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEBIASAAN BURUK Aku punya sebuah kebiasaan sejak lama. Aku suka sekali bila tubuhku dipandangi dengan bebas. Mungkin karena aku terl...