KEGANASAN DUA WANITA

Erina diminta oleh
Ayah Anto untuk mengambil sesuatu di kamarnya. Melihat peluang itu, aqu
diam-diam mengikutinya dari belakang. Kamar ayah Anto memang tak terlihat dari
tempat di mana orang tua itu biasa duduk. Sesampaiinya di kamar kuraih
piinggang semampaii perawat itu dari belakang. Erina terkejut dan tertawa kecil
kerana sadar siapa yg memeluknya dan tanpa basa-basi langsung menyambut
ciumanku dgn bibirnya yg mungil itu sembari dgn buas mengulum lidahku.

Ia memang sudah tak
malu-malu lagi sepertii awal pertemuan kita. Janda cantik itu sudah menunjukkan
karakternya sbg seorang pecinta sejati yg tanpa malu-malu lagi menunjukkan
kebuasan birahinya. Kadang aqu tak mengertii, kenapa swaminya tega
meninggalkannya. Akan tetapi prediksi ku mengatakan, swaminya tak mampu
mengimbangi gejolak birahi Erina di atas kasur dan untuk menutupi rasa malu yg
terus menerus terpaksa ia meninggalkan perempuan muda itu untuk hidup bersama
dgn perempuan lain yg lebih ‘low proMatle’. Aqu memang belom
sempat menanyakan pada Erina bagaiimana ia menyalurkan kebutuhan biologisnya
di saat menjanda. Aqu berpikir, bahwa masturbasi adalah jalan satu-satunya.

Kita berdua masih
berciuman dgn ganas kerana dgn sigap aqu menyelipkan tanganku ke baliik
pakaian perawatnya yg bersih itu. Sungguh terkejut kerana aqu sadar bahwa ia
sama sekali tak memakai BREAST HOULDER sehingga dgn mudahnya kuremas buah
dada kanannya yg ranum itu.
“Kok ngga pakaii
BREAST HOULDER Mbak..?” Sembari menggeliinjang dan mendesah, ia menjawab
disertai senyum nakal. “Supaya gampang
diremas sama kamu..”. Benar-benar jawaban yg menggemaskan!
Kembalii kukulum
bibir dan lidahnya yg mengbirahikan itu sembari dgn cepat kubuka kancing
pakaiannya yg pertama, kedua, dan ketiga. Lalu tanpa membuang waktu kutundukkan
kepalaqu, dgn tangan kananku kukeluarkan buah dada kanannya dan kuhiisap
sedemiikian rupa sehiingga hampiir setengahnya masuk ke dalem mulutku. Erina
mulaii mengerang kegelian,
“Ouhh.., gelii Mas..,
geliiiiii.., ahh..”. Sejak kejadian malam itu, ia memang membiasakan dirinya
untuk memanggilku Mas. Sembari menggelinjang
dan merintih, tangan kanan Erina mulai mengelus-elus bagian depan celana
kantorku.

Kemaluanku yg
terletak tepat di baliknya terasa semakin menegang dan menegang. Jari-jari
lentiik perempuan itu berusaha untuk mencarii letak kepala kemaluanku untuk
kemudian digosok-gosoknya darii luar celana. Sensasi itu membuat nafasku
semakin memburu seperti layaknya nafas kuda yg tengah berlari kencang. Seakan
tak mau kalah darinya, tangan kiriku berusaha menyingkap rok janda muda itu
dan dgn sigap kugosokkan jari-jemariku di celana dalemnya.
Tepat diatas
kemaluannya, celana dalem Erina terasa sudah basah. Sungguh hebat! Hanya dalem
beberapa menit saja, ia sudah sedemikian terangsangnya sehiingga kemaluannya
sudah siap untuk dimasuki oleh kemaluanku.
Tanpa membuang waktu
kuturunkan celana dalem tipis yg kalii ini berwarna hitam, kudorong badan
montok perawat itu ke dinding, lalu kuangkat paha kanannya sehingga dengkulnya
menempel di pinggangku. Dgn siigap pula kubuka ritsluiting celanaqu dan
kukeluarkan kemaluanku yg sudah sangat tegang dan besar itu. Erina sudah
terlihat pasrah. Ia hanya bersender di dinding sembari memejamkan matanya dan
memeluk bahuku.
“Erina.., mana
miinyak tawonnya.., kok lama betuul…”. Suara orang tua itu terdengar dgn keras.
Sungguh menjengkelkan.
Erina sempat terkejut
dan terlihat pMenikk kerana kemudian aqu berbiisiik,“Tenang Mbak.., jawab
aja.., kiita selesaiikan dulu ini.., kamu mau kan?” Ia mengangguk seraya
tersenyum manis.
“Sebentar Pak..”,
teriaknya.
“Minyak tawonnya
keselip entah ke mana.., ini lagi dicari kok…”. Ia tertawa cekikikan, geli
mendengar jawaban spontannya sendiri.
Akan tetapi tawanya
itu langsung berubah menjadi jerikan erotis kecil kerana kupukul-pukulkan
kepala kemaluanku ke selangkangannya.

Perlahan-lahan
kutempelkan kepala kemaluanku itu di piintu kemaluannya. Sambil kuputar-putar
kecil kudorong pinggulku perlahan-lahan.
Erina ternganga sembari
terengah-engah, “aahh.., aahh..,
ouhh.., Mas.., besar sekalii.., pelan-pelan Mas..pelan-pelanhh..”, dan, “aa…”. Erina menjerit
kecil kerana kumasukkan seluruh kemaluanku ke dalem kemaluannya yg becek dan
terasa sangat sempit dalem posisi berdiri ini.

Aqu menyodokkan
kemaluanku maju mundur dgn gerakan yg percepatannya meningkat darii waktu ke
waktu. Badan Erina terguncang-guncang, buah dadanya bergayut ke kiirii dan
kanan dan jeritannya semakiin menjadi-jadi.
Aqu sudah tak peduli
kalo ayah Anton sampai mendengarkan jeriitan perempuan itu. Nafsuku sudah naiik
ke kepala. Janda muda ini memang memiiliikii daya piikat seks yg luar biasa.
Meskipun ia hanya seorang perawat, akan tetapi kemulusan dan kemontokan
badannya sungguh setara dgn perempuan kota jaman sekarang. Sangat terawat dan niikmat
sekalii jika digesek-gesekkankan di kuliit kiita. Gerakan piinggulku semakin
cepat dan semakin cepat. Mulutku tak puas-puasnya menciumi dan menghisap ujung
pentil buah dadanya yg merunciing panjang dan keras itu. Buah dadanya yg kenyal
itu hampir seluruhnya dibasahii oleh aiir liurku. Aqu memang sedang nafsu
berat. Aqu merasakan bahwa sebentar lagii aqu akan orgasme dan bersamaan dgn
itu juga badan Erina menegang.

Kupercepat gerakan
piinggulku dan mendadak, “aahh.., Mas..,
Masss…, aqu keluarrr.., aahh”, Jeriitnya. saat itu juga
kusodokkan kemaluanku ke dalem kemaluan janda muda itu sekeras-kerasnya dan, “Craat.., craatt..,
craat”.
“Ahh…, Mbaak”,
erangku sembari meringis menikmati puncak orgasme kita yg waktunya jatuh
bersamaan itu.

Kita berpelukan sesaat
dan Erina berbiisiik dgn suara serak.
“Mas.., aqu ngga
pernah dipuasin laki-laki sepertii kamu muasin saya.., kamu hebat..”. Aqu
tersenyum simpul.
“Mbak., aqu masiih
punya 1001 teknik yg biisa membuat kamu melayang ke surga ke-7.., ngga bosan
kan kalo laiin waktu aqu praktekkan sama kamu?”. Perlahan Erina menurunkan paha
kanannya dan mencabut kemaluanku darii kemaluannya.
“Bosan? Aqu giila
apa.., yg beginian ngga akan membuatku bosan.., kalo bisa tiap hari aqu mau
Mas..”. Benar-benar luar biasa birahi perempuan ini.
Beruntung aqu
mempunyaii birahi yg juga luar biasa besarnya. Sbg partner seks, kita
benar-benar seiimbang.
Sesudah kejadian
siang itu, aqu dan Erina seperti pengantin baru saja. Tak ada waktu luang yg
tak terlewatkan tanpa nafsu dan gairah. Meskipun demiikian, aqu tekankan pada
Erina, bahwa hubungan antara aqu dan dia, hanyalah sebatas hubungan untuk
memuaskan nafsu gairah saja. Aqu dan dia punya hak untuk berhubungan dgn orang
laiin. Erina sii janda muda yg sudah merasakan kenikmatan seks bebas itu tentu
saja menyetujuinya.
Suatu harii, Erina
masuk ke dalem kamarku dan ia berkata, “Mas, aqu akan
mengambil cutii selama 1 bulan. Aqu harus mengurusi masalah tanah warisan di
kampungku..”.“Lha.., kalo Mbak
pulang, siapa yg akan mengurusi Bapak?”, tanyaqu sembari membayangkan betapa
kosongnya hari-hariku selama sebulan ke depan.
“Mas Anto jika, akan
ada adik Bapak yg akan menggantikan aqu selama 1 bulan.., namanya Mbak
Hindun.., dia ngga menikah.., umurnya sudah hampir 40 tahun.., orangnya baiik
kok.., cerewet.., tetapi ramah..”. Yah apa boleh buat, aqu terpaksa kehilangan
seorang kawan berhubungan seks yg sangat mengbirahikan. Hitung-hitung cuti 1
bulan.., atau kalo berpikir positif.., iits tiime to look for a new partner!!!
Hari ini adalah hari
ke liima sesudah kepergian Erina. Mbak Hindun, pengganti sementara Erina,
ternyata adalah adik iipar ayah Anto. Jadi, adik isteri sii bapak tua itu. Mbak
Hindun adalah seorang perempuan Sunda yg ramah. Wajahnya lumayan cantik
kulitnya berwarna hitam manis, badannya sedikit pendek dan berbadan montok.
Ukuran buah dadanya besar. Jauh lebih besar darii Erina dan senantiasa
berdandan sedikit menor. Perempuan yg berumur hampir 40 tahun itu mengaqu belom
pernah menikah kerana merasa bahwa tak ada laki-laki yg bisa cocok dgn sifatnya
yg avonturir. Saat ini ia bekerja secara freelance di sebuah stasiun television
sbg penuliis naskah. Kemampuan bergaulku dan keramahannya membuat kita cepat
sekali akrab.
Lagi-lagi, kamarku
itu kini menjadi markas curhatnya Mbak Hindun.
“Panggil saya teh
Hindun aja deh..”, katanya suatu kali dgn logat Bandungnya yg kental.“Kalo gitu
panggil saya Somat aja ya teh.., ngga usah pake pak pak-an segala..”, balasku
sembari tertawa.
Baru 5 harii kita
bergaul, akan tetapi sepertinya kita sudah lama saling mengenal. Kita sepertii
dua orang yg kasmaran, saling memperhatikan dan saliing bersiimpatii. Persis
sepertii ciinta monyet kerana kiita remaja. Saat itu sepertii biasa, kita
sedang ngobrol santaii darii hatii ke hatii sembari duduk di atas kasurku. Aqu
memakaii pakaian kaos dan celana pendek yg ketat sehiingga tanpa kusadarii
tekstur kemaluan dan buah zakarku tercetak dgn jelas. Jika kuperhatikan,
beberapa kali terlihat teh Hindun mencuri-curi melirik selangkanganku yg dgn
mudah dilihatnya kerana aqu duduk bersiila. Aqu sengaja membiarkan keadaan itu
berlangsung. Malah kadang-kadang dgn sengaja aqu meluruskan kedua kakiku dgn
possi sedikit mengangkang sehingga cetakan kemaluanku makin nyata saja di
celanaqu.
Sesekali, ditengah
obrolan santaii itu, terlihat teh Hindun melirik selangkanganku yg diikutii dgn
nafasnya yg tertahan. Kenapa aqu melaqukan hal ini? Kerana birahiku yg luar
biasa, aqu jadi tertantang untuk bisa meniduri teh Hindun yg aqu yakini sudah
tak perawan lagi kerana sifatnya yg avonturir itu. Dan lagi, dari sifatnya yg
ramah, ceria, cerewet dan petualang itu, aqu yakin di balik badan montok
perempuan setengah baya tersimpan potensi birahi yg tak kalah besar dgn
Erina. Juga, gayanya dalem bergaul yg mudah bersentuhan dan saling memegang
lengan sering membuat darahku berdesir. Apalagii kalo aqu sedang dalem keadaan
birahi tinggi.
Saat ini, teh Hindun
mengenakan daster berwarna bersih tipis sehiingga terlihat kontras dgn warna
kulitnya yg hitam manis itu. Belahan buah dadanya yg besar itu menyembul di
balik lingkaran leher yg berpotongan rendah di bagian dada. Dasternya sendiri
berpola terusan hingga sebatas lutut sehingga kerana duduk, pahanya yg montok
itu terlihat dgn jelas. Aqu selalu berusaha untuk bisa mengintip sesuatu yg
terletak di antara kedua paha teh Hindun. Akan tetapi kerana posiisii duduknya
yg selalu sopan, aqu tak dapat melihat apa-apa.
Bukan main! Ternyata
seorang perempuan berusia 40-an masiih mempunyai daya tarik sexual yg tinggi.
Terus terang, baru kalii ini aqu beranii berfantasii mengenaii hubungan seks
dgn teh Hindun. Sementara ia bercerita tentang masa mudanya, pikiranku malah
melayang dan membaygkan badan teh Hindun sedang duduk di hadapanku tanpa
selembar benangpun. Alangkah mengbirahikannya. Aqu seperti bisa melihat dgn
jelas seluruh lekuk badannya yg mulus tanpa cacat. Tanpa sadar, kemaluanku
menegang dan caiiran madzi di ujungnya pun mulai keluar. Celanaqu terlihat
basah di ujung kemaluanku, dan cetakan kemaluan serta buah zakarku semakin
jelas saja tercetak di selangkangan celanaqu.
Membesarnya
kemaluanku ternyata tak lepas darii perhatian teh Hindun. Terlihat jelas terlihat
matanya terbelalak melihat ukuran kemaluanku yg membesar dan tercetak jelas di
celana pendekku. Obrolan kita mendadak terhenti kerana beberapa saat teh Hindun
masih terpaqu pada selangkanganku. “Kunaon teh..?”, tanyaqu memanciing. “Eh..,
enteu.., kamu teh mikirin apa siih…?”, katanya sembari tersenyum simpul.
“Mikirin teh Hindun
teh.., entah kenapa barusan saya membayangkan teh Hindun nggak pakai apa-apa..,
adu indahnya teh..”, mendadak saja jawaban itu meluncur dari mulutku.
Aqu sendiri terkejut
dgn jawabanku yg sangat terus terang itu dan sempat membuatku terpaqu memandang
wajah teh Hindun. Wajah teh Hindun terlihat memerah mendengar jawabanku itu.
Napasnya mendadak memburu.
Mendadak teh Hindun
bangkiit dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Ia menutup pintu kamarku dan
menguncinya. Leherku tercekat, dan kurasakan jantungku berdegup semakin
kencang. Dgn tersenyum dan sorot mata nakal ia menghampiriku dan duduk tepat di
hadapan selangkanganku. Aqu memang sedang dalem posisi selonjor dgn kedua kaki
mengangkang.
“Mat, kamu pingin
sama teteh..? Hmm?”, Desahnya seraya meraba kemaluan tegangku dari luar
celana.

Aqu menelan ludah
sembari mengangguk perlahan dan tersenyum. Entah mengapa, aqu jadi gugup
sekalii melihat wajah teh Hindun yg semakiin mendekat ke wajahku. Tanpa sadar
aqu menyandarkan punggungku ke tembok di ujung kasur dan teh Hindun menggeser
duduknya mendekatiiku sembari tetap menekan dan membelaii selangkanganku. Nafas
teh Hindun yg semakiin cepat terasa benar semakiin menerpa hiidung dan
bibirku. Rasa nikmat dari belaian jemari teh Hindun di selangkanganku
semakiin terasa keujung syaraf-syarafku. Napasku mulai memburu dan tanpa sadar
mulutku mulaii mengeluarkan suara erangan-erangan.
Dgn lembut teh Hindun
menempelkan bibirnya di atas bibirku. Ia memulainya dgn mengecup ringan,
menggigit bibir bawahku, dan mendadak.., lidahnya memasuki mulutku dan
berputar-putar di dalemnya dgn cepat. Langiit-langiit mulutku serasa gelii
disapu oleh liidah panjang miiliik perempuan setengah baya yg sangat
mengbirahikan itu. Aqu mulaii membalas ciiuman, giigiitan, dan kuluman teh
Hindun. Sembari berciiuman, tangan kananku kuletakkan di buah dada kiri teh
Hindun. Uh.., alangkah besarnya.., meskipun masih ditutupi oleh daster,
keempukan dan kekenyalannya sudah sangat terasa di telapak tanganku. Dgn cepat
kuremas-remas buah dada teh Hindun itu, “Emph.., emph..”, rintihnya
sembari terus mengulum lidahku dan menggosok-gosok selangkanganku. Mendadak teh Hindun
menghentikan ciumannya. Ia menahan tanganku yg tengah meremas buah dadanya dan
berkata, “Mat, sekarang kamu
diam dulu yah.., biar teteh yg duluan..”.
Mendadak dgn cepat
teh Hindun menarik celana pendekku sekalian dgn celana dalemku. Saking
cepatnya, kemaluanku yg menegang melejit keluar. Sejenak teh Hindun tertegun
menatap kemaluanku yg berdirii tegak laksana tugu monas itu. “Gustii Somat..,
ageung piisan..”, bisiknya lirih.

Dgn cepat teh Hindun
menundukkan kepalanya, dan sekerana badanku terasa dialiri oleh aliiran
listerik yg mengalir cepat kerana mulut teh Hindun hampir menelan seluruh
kemaluanku. Terasa ujung kemaluanku itu menyentuh langit-langit belakang mulut
teh Hindun. Dgn sigap teh Hindun memegang kemaluanku sementara liidahnya memelintir
bagian bawahnya. Kepala teh Hindun naik turun dgn cepat mengiringi pegangan
tangannya dan puntiran liidahnya.

Aqu benar-benar
merasa melayg di udara kerana teh Hindun memperkuat hisapannya. Aqu melirik ke
arah kaca riasku, dan di sana terlihat diriku terduduk mengangkang sementara
teh Hindun dgn dasternya yg masiih saja rapii merunduk di selangkanganku dan kepalanya
bergerak naik turun. Suara isapan, jilatan dan kecupan bibir perempuan montok
itu terdengar dgn jelas. Kenikmatan ini semakin menjadi-jadi kerana kurasakan
teh Hindun mulaii meremas-remas kedua bola buah zakarku secara bergantian.
Perutku serasa mulas dan urat-urat di kemaluanku serasa hendak putus kerana
tegangnya. Teh Hindun terlihat semakiin buas menghisapi kemaluanku seperti
seseorang yg kehausan di padang pasir menemukan air yg segar. Jari-jemarinyapun
semakin liar mempermainkan kedua buah zakarku.
“Slurrp.., Cuph..,
Mphh..”. Suara kecupan-kecupan di kemaluanku semakin keras saja.

Nafsuku sudah naik ke
kepala. Aqu berontak untuk berusaha meremas kedua buah dada montok dan besar
milik perempuan lajang berusia setengah baya itu, akan tetapi tangan teh Hindun
dgn kuat menghalangii badanku dan iapun semakin giila menghisapi dan menjilati
kemaluanku. Aqu mulai bergelinjang-gelinjang tak karuan.
“Teh Hindun..,
teeeh…, gantian dongg.., please.., saya udah ngga kuaat…, aahh.., sss..”,
erangku seakan memohon.
Akan tetapi
permintaanku tak digubrisnya. Kedua tangan dan mulutnya semakin cepat saja
mengocok kemaluanku. Terasa seluruh syaraf-syarafku semakin menegang dan
menegang, degup jantungku berdetak semakiin kencang.. napaskupun makin memburu.
“Oohh…, Teh Hindun..,
Teh Hindunee…, aahh….”, Aqu berteriak sembari mengangkat pinggulku
tinggi-tinggi dan, “Crat.., craat..,
craat”, aqu memuncratkan air maniqu di dalem mulut teh Hindun.

Dgn siigap pula teh
Hindun menelan dan menjilati air maniqu seperti seorang yg menjilati es
krim dgn nikmatnya. Setiap jilatan teh Hindun terasa seperti
setruman-setruman keciil di kemaluanku. Aqu benar-benar menikmati permainan
ini.., luar biasa teh Hindun,
“Enak Mat..? Hmm?”,
teh Hindun mengangkat kepalanya dari selangkanganku dan menatapku dgn senyum
maniisnya, terlihat di seputar mulutnya banyak menempel bekas-bekas air maniqu. “Fuhh nikmatnya air
mani kamu Mat..” Bisiknya mesra seraya menjilat sisa-sisa air maniqu di bibrnya.
“Obat awet muda ya
teh..”, kataqu bercanda.
“Yaa gitulah…,
antosan sekedap nya? Biar teteh ambilkan minum buat kamu”. Oh my God..,
benar-benar seorang perempuan yg penuh pengabdian, dia belom mengalami orgasme
apa-apa tetapi perhatiannya pada pasangan laki lakinya luar biasa besar,
sungguh pasangan seks yg ideal! Kenyataan itu saja membuat rasa simpati dan gairahku
pada teh Hindun kembal bergejolak. Teh Hindun kembali dari luar membawa
segelas air.
“Minum deh.., biar
kamu segeran..”.
“Nuhun teh.., tetapi
janji ya abiis ini giliran saya muasin teteh..”. Aqu meneguk habis air dingin
buatan teh Hindun dan saat itu pula aqu merasakan kejantananku kembali. Gairahku kembali
bergejolak melihat badan montok teh Hindun yg ada di hadapanku. Aqu meraih tangan teh
Hindun dan dgn sekalii betot kubariingkan badannya yg molek itu di atas kasur. “Eeehh.., pelan-pelan
Mat..”, teriak teh Hindun dgn gelii.
“Teteh mau diapain
sih… “, lanjutnya manja. Tanpa menjawab, aqu menindih badan montok itu, dan
sekejap kurasakan nikmatnya buah dada besar itu tergencet oleh dadaqu. Juga,
syaraf-syaraf sekiitar pinggulku merasakan nikmatnya kemaluanku yg menempel
dgn gundukan kemaluannya meskipun masih ditutupi oleh daster dan celana
dalemnya.
Kupandangi wajah teh
Hindun yg bundar dan manis itu. Kalo diperhatikan, memang sudah terdapat
kerut-kerut kecil di daerah mata dan keningnya. Tetapi peduli setan! Teh Hindun
adalah seorang perempuan setengah baya yg paling mengbirahikan yg pernah
kulihat. Pancaran aura sexualnya sungguh kuat menerangi sanubari laki laki yg
memandangnya.
“Teteh mau tau apa yg
ingiin saya laqukan terhadap teteh?”, Kataqu sembari tersenyum.
“Saya akan memperkosa
teteh sampai teteh ketagiihan”.
Lalu dgn ganas, aqu
memulaii menciumi bibir dan leher teh Hindun. Teh Hindunpun dgn tak kalah
ganasnya membalas ciuman-ciumanku. Keganasan kita berdua membuat suasana
kamarku menjadi riuh oleh suara-suara kecupan dan Desahan-Desahan erotis. Dgn
tak sabar aqu menarik riitsluiting daster teh Hindun, kulucuti dasternya,
BREAST HOULDER-nya, dan yg terakhiir.., celana dalemnya. Wow.., sebuah gundukan
daging tanpa bulu sama sekalii terliihat sangat menantang terletak di
selangkangan teh Hindun. My God.., alangkah indahnya kemaluan teh Hindun itu..,
tak pernah kubaygkan bahwa ia mencukur habiis bulu kemaluannya.
“Kamu juga buka semua
dong Mat”, rengeknya sembari menariik pakaian kaosku ke atas.
Dalem sekejap, kita
berdua berdua berpelukan dan berciiuman dgn penuh nafsu dalem keadaan bugiil!
Sembari menindih badannya yg montok itu, bibirku menyelusurii lekuk badan teh Hindun
mulaii darii biibiir, kemudian turun ke leher, kemudian turun lagii ke dada,
dan terus ke arah ujung pentil susu kirinya yg berwarna coklat kemerah-merahan
itu. Alangkah kerasnya ujung pentil susunya, alangkah lancipnnya.., dan mmhh..,
sekerana itu juga kukulum, kuhisap dan kujiilat ujung pentil kenyal itu..,
kerana gemasnya, sesekali kugigit juga ujung pentil itu.
“Auuhh.., Mat..,
gelliiii.., sss.., ahh”, rintihnya kerana gigitanku sedikit kukeraskan. Badan
montoknya mulai mengelinjang-geliinjang ke sana k emari.., dan mukanya
menggeleng-geleng ke kiirii dan ke kanan.
Sembari menghisap,
tangan kananku merayap turun ke selangkangannya. Dgn mudah kudapatii
kemaluannya yg besar dan sudah sangat becek sekali. Aqupun dgn sigap
memain-mainkan jari tenganku di pintu kemaluannya.
“Crks.., crks..,
crks”, terdengar suara becek kemaluan teh Hindun yg berwarna lebih bersih dari
kulit sekitarnya.
Kerana jariku
mengenai gundukan keciil daging yg mirip dgn sebutir kacang, kerana itu pula
perempuan setengah baya itu menjerit kecil.
“Ahh.., gelii Mat..,
gellii”, Putaran jariku di atas kelentit teh Hindun dan hisapanku pada kedua
ujung pentil buah dadanya makiin membuat lajang montok berkulit hitam manis itu
semakin bergelinjang dgn liar.
“Mat.., masukin
sekarang Mat.., sekarang.., please.., teteh udah nggak tahan..ahh..”. Kulihat
wajah teh Hindun sudah meringis seperti orang kesakitan.
Riingiisan itu untuk
menahan gejolak orgasmenya yg sudah hampiir mencapaii puncaknya. Dgn siigap
kuarahkan kemaluanku ke kemaluan montok miiliik teh Hindun.., kutempelkan
kepala kemaluanku yg besar tepat di bawah kelentitnya, kuputar-putarkan sejenak
dan teh Hindun meresponnya dgn mengangkangkan pahanya selebar-lebarnya untuk
memberii kemudahan bagiiku untuk melaqukan penetrasii.., saat itu pula
kusodokkan pantatku sekuat-kuatnya dan, “Blesss”, masuk
semuanya!
“Aahh….” Teh Hindun
menjeriit panjang..,

“Besar betul Mat..,
auhh…., besar betuull…, duh gustii enaknya.., aahh..”. Dgn penuh keganasan
kupompa kemaluanku keluar masuk kemaluan teh Hindun.
Dan iapun dgn liarnya
memutar-mutar pinggulnya di bawah tindihanku. Astaga.., benar-benar
pengalaman yg luar biasa! Bahkan keliaran teh Hindun melebihi ganasnya Mbak
Erina.., luar biasa!

Kedua badan kita
sudah sangat basah oleh keriingat yg bercampur liiur. Kasurkupun sudah basah di
mana-mana oleh caiiran mani maupun lendir yg meleleh darii kemaluan teh Hindun,
akan tetapi entah kekuatan apa yg ada pada dirii kita…, kita masiih saling
memompa, merintih, melenguh, dan mengerang. Bunyi kasurkupun sudah tak
karuan..,

“Kriiet.., kriiet..,
kriieeet”, sesuaii iirama goygan piinggul kita berdua. Kemaluanku yg besar itu
masiih dgn buasnya menggesek-gesek kemaluan teh Hindun yg terasa sempiit akan
tetapi becek itu.

Sesudah lebih darii
15 menit kita saliing memompa, mendadak kurasakan seluruh badan teh Hindun
menegang.
“Mat.., Mat.., Teteh
mau keluar..”.
“Iya teh, saya
juga.., kiita keluar sama-sama teh…”, Goyganku semakiin kupercepat dan pada
saat yg bersamaan kita berdua saliing berciiuman sembari berpelukan erat.., aqu
menancapkan kemaluanku dalem-dalem dan teh Hindun mengangkat piinggulnya
tiinggii-tiinggii…,

“Crat.., crat..,
crat.., crat”, kita berdua mengerang dgn keras sembari meniikmatii tercapaiinya
orgasme pada saat yg bersamaan.
Kita sudah tak
pedulii jika seiisii rumah akan mendengarkan jeriitan-jeriitan kita, kerana aqu
yakiin teh Hindunpun tak pernah merasakan keniikmatan yg luar biasa ini
sepanjang hiidupnnya.
“Ahh.., Mat.., kamu
hebaat.., kamu hebaathh.., hh.., Teteh ngga pernah ngerasaiin keniikmatan
sepertii ini”.
“Saya juga teh..,
teriima kasiih untuk keniikmatan ini..”, Kataqu seraya mengecup keniing teh
Hindun dgn mesra.
“Mau tau suatu
rahasia Mat?”, tanyanya sembari membelaii rambutku,
“Teteh sudah liima
tahun tak bersentuhan dgn lakii-lakii.., tetapi entah kenapa, dalem 5 hari
bergaul dgn kamu.., teteh tak biisa menahan gejolak gairah teteh.., ngga tau
kenapa.., kamu itu punya aura seks yg luar biasa..”. Teh Hindun bangkiit darii
kasurku dan mengambiil sesuatu darii kantong dasternya. Sebutiir piil KB.
“Sepertii punya
Mattasat, teteh sudah minum piil ini sejak 3 hari yg lalu..”, katanya
tersenyum,
“Dan akan teteh
miinum selama teteh ada di sini..”, Teh Hindun mengerdipkan matanya padaqu dgn
manja sembari memakaii dasternya.
“Selamat tidur
sayg…”, Teh Hindun melangkah keluar darii kamarku.
Teh Hindun memang
luar biasa. Ia bukan saja dapat menggantiikan kedudukan Erina sbg partner seks
yg baiik, tetapi juga memberii sentuhan-sentuhan kasiih sayg keiibuan yg luar
biasa. Aqu benar-benar dimanja oleh perempuan setengah baya itu. Fantasii
sexualnya juga luar biasa. Mungkiin itu pengaruh darii pekerjaannya sbg
penuliis Cerita drama. Coba baygkan, ia pernah memiijatku dalem keadaan bugiil,
kemudian sembari terus memiijat ia biisa memasukkan kemaluanku ke dalem
kemaluannya, dan aqu disebadanii sembari terus meniikmatii piijatan-piijatannya
yg niikmat. Ia juga pernah memiinta aqu untuk menyebadaniinya di saat ia mandi
pancuran di kamar mandi dan kita melaqukannya dgn badan liiciin penuh sabun.
Dan yg paliing
sensasiional adalah.., Sore itu aqu sudah berada di rumah. Kerana load
pekerjaan di kantorku tak begitu tiinggii, aqu sengaja pulang cepat. Selesaii
mandi aqu duduk di meja makan sembari meniikmatii piisang goreng buatan teh
Hindun. Perempuan biinal itu memang luar biasa. Ia melayaniku sepertii swaminya
saja. Segala keperluan dan kesenanganku benar-benar diperhatiikan olehnya.
Sepertii biasa, aqu mengenakan pakaian kaos buntung dan celana pendek longgar
kesukaanku dan (sepertii biasa juga) aqu tak menggunakan celana dalem.
Kebiasaan ini kumulaii sejak adanya teh Hindun di rumah ini, kerana biisa
dipastiikan hampiir tiap harii aqu akan meniikmatii badan siintal adik iipar
ayah sii Anto itu.
Sore itu sembari
meniikmatii piisang goreng di meja makan, aqu bercakap-cakap dgn ayah Anto.
Orang tua itu duduk di pojok ruangan dekat piintu masuk untuk meniikmatii
semiiliirnya angiin sore kota Bandung. Jarak antara aqu dgnnya sekiitar 6
meter. Sembari bercakap-cakap mataqu tak lepas darii teh Hindun yg mondar
mandir menyediakan hiidangan sore bagii kita. Entah ke mana PRT kita saat itu.
Teh Hindun mengenakan
celana pendek yg ditutupii oleh kaos bergambar Miickey Mouse berukuran ekstra
besar sehiingga seriing terlihat kaos itu menutupii celana pendeknya yg
memberii kesan teh Hindun tak mengenakan celana. Aqu beranii bertaruh perempuan
itu tak menggunakan BREAST HOULDER kerana jika ia berjalan melenggang, terlihat
buah dadanya bergayut ke atas ke bawah, dan di bagian dadanya tercetak ujung
pentil buah dadanya yg besar itu. Tanpa sadar batang kemaluanku mulaii
membesar.
Sesudah selesaii dgn
kesiibukannya, teh Hindun duduk di sebelah kiiriiku dan iikut meniikmatii
piisang goreng buatannya. Kuliihat ia meliiriik ke arahku sembari memasukkan
piisang goreng perlahan-lahan ke dalem mulutnya. Sembari mengerdipkan matanya,
ia memasukkan dan mengeluarkan piisang goreng itu dan sesekalii menjiilatnya.
Sembari terus berbasa basii dgn orang tua Anto, aqu menelan ludah dan merasakan
bahwa urat-urat kemaluanku mulaii mengeras dan kepala kemaluanku mulai membesar. Mendadak kurasakan jari-jemari kanan teh Hindun menyentuh pahaqu.
Lalu perlahan-lahan merayap naik sampai di daerah kemaluanku. Dgn gemas teh
Hindun meremas kemaluan tegangku dari luar celanaqu sehingga membuat cairan
beningku membuat tanda bercak di celanaqu.
Sesudah beberapa lama
meremas-remas, tangan itu bergerak ke daerah perut dan dgn cepat menyeliip ke
dalem celana pendekku. Aqu sudah tak tahu lagi apa iisii percakapan orang tua
Anto itu. Beberapa kalii ia mengulangi pertanyaannya padaqu kerana jawabanku
yg asal-asalan. Degup jantungku mulai meniingkat. Jemari lentik itu kini
sudah mencapai kedua bolaqu. Dgn jari telunjuk dan tengah yg dirapatkan,
perempuan lajang itu mengelus-elus dan menelusurii kedua bolaqu.., mula-mula
berputar bergantian kiirii dan kanan kemudian naiik ke bagian batang.., terus
bergerak menelusurii urat-urat tegang yg membalut batang kerasku itu,
“sss…, teteh..”. Aqu
berdesiis kerana kedua jariinya itu berhenti di urat yg terletak tepat di
bawah kepala kemaluanku.., itu memang daerah kelemahanku.., dan perempuan
sintal ini mengetahuiinya.., kedua jemarinya menggesek-gesekkan dgn cepat
urat kemaluanku itu sembari sesekali mencubiitnya.
“aahh…”, erangku
kerana akhirnya kemaluanku masuk ke dalem genggamannya.
“Kenapa Somat?”,
Orang tua yg duduk sedikit jauh di depanku itu mengiira aqu mengucapkan
sesuatu.
“E.., ee…, ndak
apa-apa Pak..”, Jawabku tergagap sembari kembalii meriingiis kerana teh Hindun
mulaii mengocok kemaluanku dgn cepat.
Giila perempuan ini!
Dia melaqukannya di depan kakaknya sendirii meskipun tak keliihatan kerana
terhalang meja.
“Saya cuma merasa
segar dgn udara Bandung yg dingiin ini..”, Jawabku sekenanya.
“Ooo begitu.., saya
piikiir kamu sakiit perut.., habiis tampangmu meriingiis-meriingiis begitu..”,
Orang tua itu terkekeh sembari memaliingkan mukanya ke jalan raya.
Begitu kakaknya
berpaliing, teh Hindun dgn cepat merebahkan kepalanya ke pangkuanku sehiingga
darii arah ayah Anto, teh Hindun tak terlihat lagii. Dgn cepat tangannya
memelorotkan celanaqu sehiingga kemaluanku yg masiih digenggamnya dgn erat itu
terasa dingiin terterpa angiin. Sejenak perempuan itu memandang kemaluan
besarku itu.., ia selalu memberiikan kesempatan pada matanya untuk meniikmatii
ukuran dan kekokohannya. Kemudian teh Hindun menjulurkan liidahnya dan mulaii
menjiilat mengelilingi lobang kemaluanku.., kemudian ia memasukkan ujung
liidahnya ke ujung lobang kemaluanku dan mengecap caiiran beniingku.., lalu
lidahnya diturunkan lagi-lagi ke urat di bawah kemaluanku.
Aqu mulai menggelinjang-gelinjang tak karuan, meskipun dgn hati-hati taqut ketahuan
oleh kakak teh Hindun yg duduk di depanku. Tanganku mulai meraba-raba buah
dadanya yg besar itu dan meremasnya dgn gemas,
“sss.., teeehh..”,
desisku sedikit keras kerana perempuan itu dgn kedua biibiirnya menyedot urat
di bawah kepala kemaluanku itu.., sementara tangannya meremas-remas kedua
bolaqu…, aawwww niikmatnya…, aqu begitu terangsang sehiingga seluruh
porii-porii kuliitku meremang dan mukaqu berwarna merah. Aqu sudah dalem tahap
iingiin meniindih dan sesegera mungkiin memasukkan kemaluanku ke dalem kemaluan
perempuan ini tetapi semua itu tak mungkiin kulaqukan di depan kakaknya yg
masiih duduk di depanku meniikmatii lalu lalang kendaraan di depan rumahnya.
Mendadak biibiir teh
Hindun bergerak dgn cepat ke kepala kemaluanku.., sembari terus kupermaiinkan
ujung pentilnya kuliihat ia membuka mulutnya dgn lebar dan tenggelamlah seluruh
kemaluanku ke dalem mulutnya. Aqu kembalii mendesiis dan meriingiis sembari
tetap duduk di meja makan mendengarkan ocehan orang tua Anto yg kembalii
mengajakku berbiincang. Mulut teh Hindun dgn cepat menghiisap dan bergerak maju
mundur di kemaluanku. Tanganku menariik dasternya ke atas darii arah punggung
sehiingga terli

Aqu iingiin menjamah
kemaluannya, iingiin rasanya kumasukkan jarii-jariiku dgn kasar ke dalemnya dan
kukocok-kocok dgn keras tetapi aqu sudah tak kuat lagii. Jiilatan liidah,
kecupan, dan sedotan teh Hindun di kemaluanku membuat seluruh syarafku
menegang.
Mendadak kujambak
rambut teh Hindun dan kutekan sekuat-kuatnya sehiingga seluruh kemaluanku
tenggelam ke dalem mulutnya. Kurasakan ujung kemaluanku menyentuh langiit-langiit
tenggorokan teh Hindun dan,
“Creeet…, creeett…,
creeettt”, menyemburlah caiiran maniku ke mulut teh Hindun.
“Ahh…, aahh..,
aahh.., tetteeehh…”, Aqu meriingiis dan mendesiis keras kerana caiiran maniku
bersemburan ke dalem mulut teh Hindun.
Perempuan itu dgn
lahap menjiilatii dan menelan seluruh caiiranku sehiingga kemaluanku yg hampiir
layu kembalii sedikiit menegang kerana terus-terusan dijiilat. Aqu memejamkan
mataqu.., giilaa.., permaiinan ini benar-benar menakjubkan. Ada rasa was-was kerana
taqut ketahuan, tetapi rasa was-was itu justru meniingkatkan nafsuku. Teh
Hindun memandang kemaluanku yg sudah sedikit mengeciil akan tetapi tetap saja
dalem posiisii tegak.
“Luar biasa…”,
Bisiknya,
“Siap-siap nantii
malam yah?” Katanya sembari bangkiit dan beranjak ke dapur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar