JANGAN LUPA DIBERSIHKAN !
Kisah ini
bermula ketika aku mencari tempat kost di daerah sekitar kampus. Setelah sekian
lama berputar-putar, akhirnya sampailah aku di suatu rumah. Lokasinya enak,
sejuk dan rindang. Dalam hati aku menjadikan rumah ini sebagai kost cadangan
seandainya aku tidak mendapatkan tempat kost. Setelah ngobrol dengan ibu kost
tentang masalah harga, datanglah anak ibu kost yang nomor 3, namanya Mbak Desi.
Pertama
melihat Mbak Desi aku langsung bergetar, gila cantik sekali. Sempat terselip di
benakku untuk berhubungan badan dengannya tapi perasaan itu langsung
kusingkirkan sebab di depanku ada ibunya, jadi aku berpura-pura manis dan
tersenyum pada Mbak Desi.
Setelah sekian lama, akhirnya aku kost di situ. Dan hari-hariku kusempatkan mencuri perhatian ke Mbak Desi, tiap kali kupandangi dia makin kelihatan inner beauty-nya. Begitu cantik dan tidak bosan-bosan dipandang.
Setelah sekian lama, akhirnya aku kost di situ. Dan hari-hariku kusempatkan mencuri perhatian ke Mbak Desi, tiap kali kupandangi dia makin kelihatan inner beauty-nya. Begitu cantik dan tidak bosan-bosan dipandang.
Dan yang membuatku semangat untuk mengejarnya
adalah dia juga memberi respon atas kerlingan-kerlingan mataku dan tingkahku.
Walaupun dia sudah bersuami dan mempunyai anak satu, tapi keindahan tubuhnya
masih kelihatan, ini terbayang dari baju tidur yang dia kenakan tiap pagi,
tipis dan tembus pandang, jadi kalau Mbak Desi berjalan aku selalu ada saja
acara untuk mengikutinya entah mandi, ke belakang atau entah apa saja yang dia
lakukan. Dan sesekali kalau rumah sedang sepi, aku berjalan di belakangnya
sambil mengocok batang kemaluanku yang selalu tegang bila melihat dia sambil
berimajinasi berhubungan badan dengan Mbak Desi.
Ini kulakukan
beberapa kali, sampai suatu saat ketika aku sedang mengocok batang kemaluanku,
tiba-tiba Mbak Desi berbalik dan berkata,
"Entar kalau udah keluar di lap
ya.." tentu saja aku jadi belingsatan, tapi aku cepat menguasai situasi,
dengan berterus terang sama Mbak Desi, "Entar Mbak, tanggung nich.."
dan aku pun makin mempercepat kocokanku dengan harapan aku semprotkan di perut
Mbak Desi, sebab waktu itu Mbak Desi berbalik dan berhadap-hadapan denganku.

Dan tanpa di sangka Mbak Desi membungkuk dan mengulum batang kemaluanku, tentu
saja aku makin terangsang oleh sentuhan-sentuhan lidah Mbak Desi, tampak Mbak
Desi mengulum dengan penuh nafsu diiringi oleh sedotan-sedotan dan gigitan
kecilnya, sesaat kemudian kemaluanku mulai berdenyut dan makin menegang keras.
"Terus Mbak.. oh.. oh.. oh.. enak
Mbak.." bagaikan melayang di awan kepalaku mulai berkunang-kunang, dan
Mbak Desi pun sepertinya tahu situasi saat itu, dia pun mulai mengocok dengan
tangannya dengan irama cepat.

"Ooh..
Mbak.. Mbak.. aku mau keluar Mbak.. oh.. oh.. oh.. sshh.. shh.. ah.."
Crott.. croott.. keluarlah air maniku banyak sekali membasahi bibirnya
berkilat-kilat diterpa sinar lampu dapur. Dan tanpa pikir panjang aku langsung
mengulum bibirnya yang masih dipenuhi spermaku, sambil aku bergerilya di
sepanjang dadanya, yang kira-kira berukuran 36. Setelah beberapa saat dia mulai
mengendurkan ciumannya dan berkata, "Sekarang bukan waktunya Dik.."
Kejadian di dapur itu selalu teringat olehku dan selalu menjadi imajinasiku.
Hari berikutnya aku makin sering menggoda dia, tanpa sepengetahuan suaminya. Suatu saat suaminya ada keperluan keluar kota, saat itulah yang kutunggu-tunggu untuk iseng mengajaknya jalan, dengan alasan ingin diantar ke Cihampelas membeli baju. Mbak Desi pun mau, jadilah aku keluar bersama dia. Di tengah perjalanan aku ngobrol dengannya, mengorek tentang rumah tangganya terutama masalah kehidupan seksualnya. Ternyata dia saat itu sedang suntuk di rumah dan ingin main keluar, langsung saja kusambut kesempatan itu, kuajak dia main ke daerah pegunungan di Lembang.
Hari berikutnya aku makin sering menggoda dia, tanpa sepengetahuan suaminya. Suatu saat suaminya ada keperluan keluar kota, saat itulah yang kutunggu-tunggu untuk iseng mengajaknya jalan, dengan alasan ingin diantar ke Cihampelas membeli baju. Mbak Desi pun mau, jadilah aku keluar bersama dia. Di tengah perjalanan aku ngobrol dengannya, mengorek tentang rumah tangganya terutama masalah kehidupan seksualnya. Ternyata dia saat itu sedang suntuk di rumah dan ingin main keluar, langsung saja kusambut kesempatan itu, kuajak dia main ke daerah pegunungan di Lembang.
Di sana dingin
sekali, dan aku mulai memberanikan diri memegang tangan dan pahanya. Sambil
menggodanya, "Mbak dingin-dingin gini enaknya apa ya.." kataku. "Ee.. apa
ya.." katanya.
"Kita sewa
hotel aja yuuk.. Mbak Desi kedinginan nich.." katanya lagi.
Sebuah permintaan yang membuatku deg-degan, langsung saja kubelokkan ke sebuah hotel yang kelas Rp 50.000-an,
"Gimana Mbak, udah anget belum.." tanyaku di dalam kamar.
Sebuah permintaan yang membuatku deg-degan, langsung saja kubelokkan ke sebuah hotel yang kelas Rp 50.000-an,
"Gimana Mbak, udah anget belum.." tanyaku di dalam kamar.
"Anget
gimana? tidak ada yang memeluk kok anget.." jawab dia.
"Bener
nich.." kataku.

Langsung saja
kudekati dia dan tanpa canggung lagi aku mulai mencium bibirnya, dan dia pun
membalas, ternyata dia begitu mudah terangsang oleh ciumanku yang langsung
kuteruskan dengan menjilati leher disertai dengan gigitan kecil. Aku pun mulai
bergerilya dengan menelusupkan tanganku di balik kaosnya. Busyet, dia tidak
memakai BH dipayudara yang berukuran 36B.
Aku buka kaosnya dan tampaklah
sebuah gundukan 36B dengan puting yang merah kecoklatan. Begitu bersih dan
putih tubuhnya, kujilati leher dan pelan-pelan turun ke dadanya. Mbak Desi pun
melengus perlahan sambil mengacak-acak rambutku. Hingga sampai saat aku
melingkar-lingkarkan lidahku di seputar puting susunya, dia makin keras
melenguh, hal itu makin membuat nafsuku memuncak, "Iseep.. Dik.. iseepp..
teruss.. aahh.." Kusedot putingnya dan saking memuncaknya nafsuku, kugigit
putingnya, dia semakin menggila mendesah-desah tak karuan.
Perlahan-lahan
aku memasukkan tanganku di balik celana jeansnya. Oh, begitu lembut bulu
kemaluannya disertai dengan basahnya bibir kemaluannya. Kulepas baju dan
celananya sampai keadaan telanjang bulat, begitu mulus tubuhnya, sejenak
kupandangi tubuhnya dengan tertegun, lalu aku gantian melepas semua baju dan
celanaku hingga kami berdua telanjang bulat tanpa selembar benang pun.
Kugigit-gigit kecil dan jilati perutnya perlahan-lahan sambil terus turun ke
arah pangkal pahanya, terus turun sampai ke telapak kaki kiri dan kanan.
Kubalikkan badannya hingga dia tengkurap, lalu dari belakang leher kujilati
perlahan-lahan sambil menggigit kecil dan turun, "Ohh.. Diikk.. terus
Dikk.. oh.. oh.. enak Diikk.." erangan Mbak Desi disertai dengan belaian
usapan telapak tangan lembutnya. Terus turun dari punggung ke arah pantat, sampai
di pantat kugigit dia saking menahan nafsuku, dia pun meregang menjerit kecil.

Lalu hingga
tiba di daerah selangkangannya, kulihat kemaluannya merah dan basah
berkilat-kilat oleh karena lendir birahi, pelan-pelan kujilati pinggiran
kemaluannya dengan gerakan melingkar di pinggir kemaluannya. Aku pun mulai
membuka bibir kemaluannya dengan kedua tanganku tampaklah klitorisnya yang
sudah menegang berwarna merah.

Perlahan-lahan kujilat klitorisnya pelan tapi
pasti sambil kugerakkan naik turun sepanjang garis kemaluannya. Mbak Desi pun
makin mengerang, menghempaskan badannya ke kiri dan ke kanan sambil sesekali
menjambak rambutku disertai teriakan kecil.

Beberapa saat kemudian Mbak Desi mulai mengejang dan bergetar sambil meringis menahan sesuatu, "Ahh.. ahh.. Dik.. aku keluuaar.." sambil menggigit bibirnya. Mbak Desi bangkit lalu mambalikkan badanku hingga aku pun terhempas telentang, dia mulai mencium bibirku, leher dan tibalah di daerah paling sensitifku, di kedua putingku, aku mulai mendesah ketika Mbak Desi menjilatinya, Mbak Desi tanggap akan hal itu, dia terus menjilatinya dan karena aku tidak tahan lagi kusuruh dia menggigitnya keras-keras. Aku pun blingsatan menahan nikmat tak terkira, makin keras gigitannya makin puas kurasakan.
Di tengah kenikmatan itu tiba-tiba ada sesuatu yang merasuk dan menancap di kemaluannku, gila rasanya mau meletup dan pecah kepala ini merasakan kenikmatan itu, ternyata Mbak Desi sambil mengigit putingku dia memasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya.

"Bless.."
batang kemaluanku yang masih kering itu pun terbenam di belahan daging hangat
dan basahnya. Aku sempat menggigit dada Mbak Desi karena kenikmatan itu.
Perlahan-lahan Mbak Desi menggerakkan badannya naik turun, sedangkan aku hanya
terpejam diam menikmati surga dunia itu, "Aah.. ah.. ah.. gila kau Mbak..
gila kamu.. ah.. Mbak pintar sekali.. enak Mbak.. oh.. terus.. ah.. ah.."
aku mengerang kenikmatan.

Mbak Desi yang terus menggoyang badannya
membungkuk lalu menjilati dan menggigit putingku, satu gaya yang bisa membunuhku
dengan kenikmatan, aku pasrah pada situasi.
"Bunuh
aku dengan tubuhmu Mbak.." kataku, Mbak Desi hanya tersenyum simpul. Mbak
Desi tetap di atasku tapi posisi punggungnya membelakangiku, aku kurang sreg
lalu kusuruh dia berbalik lagi, Mbak Desi berbalik lagi dan dia menyodorkan
payudaranya ke arah mulutku, aku pun mulai menghisap dan mengulum sekuatku.
Tiba-tiba tubuh Mbak Desi bergetar hebat sambil meremas kedua lenganku dan kadang-kadang mencakarku, dia keluar untuk kedua kalinya. Aku berhenti sebentar, supaya kondisi kemaluannya pulih kembali sebab dia sudah mencapai puncak orgasmenya. Aku ganti di atas, perlahan-lahan kuarahkan kemaluanku ke depan bibir kemaluannya, sengaja tidak kumasukkan dulu tapi kubuat main-main dulu dengan cara kuserempetkan ujung kepala kemaluanku ke klitorisnya, dia mulai mengerang lagi. Dengan perlahan kumasukkan batang kemaluanku ke lubang kenikmatannya yang sudah basah oleh semprotan cairan Mbak Desi. "Bluess.." batang kemaluanku dengan gagahnya maju memasuki liang surga Mbak Desi.
Tiba-tiba tubuh Mbak Desi bergetar hebat sambil meremas kedua lenganku dan kadang-kadang mencakarku, dia keluar untuk kedua kalinya. Aku berhenti sebentar, supaya kondisi kemaluannya pulih kembali sebab dia sudah mencapai puncak orgasmenya. Aku ganti di atas, perlahan-lahan kuarahkan kemaluanku ke depan bibir kemaluannya, sengaja tidak kumasukkan dulu tapi kubuat main-main dulu dengan cara kuserempetkan ujung kepala kemaluanku ke klitorisnya, dia mulai mengerang lagi. Dengan perlahan kumasukkan batang kemaluanku ke lubang kenikmatannya yang sudah basah oleh semprotan cairan Mbak Desi. "Bluess.." batang kemaluanku dengan gagahnya maju memasuki liang surga Mbak Desi.

"Ooh..
Dik.. enak Dik.. oh.. terruus.. Dik.. ohh.. oohh.." sambil tangannya
meremas kedua putingku. Aku semakin mempercepat goyangan, setelah beberapa lama
keringatku pun membasahi dada Mbak Desi, butir demi butir laknat pun jatuh
seiring dengan bertambahnya argo dosaku, tubuh kami berdua berkeringat hingga
kami pun bermandi peluh. Justru hal itulah yang membuatku makin bernafsu.
Sambil merem melek aku menikmati hal itu, hingga perutku mulai mengeras, otot
perut mulai mengencang siap untuk meledakkan sesuatu, bergetar hebat.

"Oh.. Mbak aku mau keluar.. Mbak.. oh.. aku mulai keluar Mbak.. Keluarin di mana Mbak.. dalem ya.. oh.. oh.." aku mengerang kenikmatan.
"Keluarin di dalam aja Dik, Mbak juga sudah mulai keluar kok.. yah.. yah.. terus Dik.. dipercepat.. ya begitu.. oh.. oh terus Dik.." dengan menjerit Mbak Desi terlihat pasrah. "Ooh.. Mbak.. sekarang.. Mbak.. oh.. ah.. ahh.. sshh.. ah.."
"Croot..
croott.. croott.. crett.." kusemburkan spermaku di dalam liang kemaluan
Mbak Desi, begitu banyak spermaku sampai-sampai tertumpah di sprei.

Aku
menjatuhkan badan di sisi Mbak Desi dengan mengeluarkan kata-kata sumpah
serapah, Mbak Desi bangun dan mengulum batang kemaluanku yang masih berlepotan
spermaku, menjilat dan mengulumnya sampai bersih, rupanya dia menelan sisa-sisa
sperma yang ada di batang kemaluanku, lalu terjatuh di sisiku juga. Kami berdua
terengah-engah dengan nafas memburu, mencoba memahami apa yang kami lakukan
tadi.

"Thank's
Mbak.." kukecup kening dan pipinya sambil meremas payudaranya.
"Ya aku puas dengan kamu Dik.." kata Mbak Desi.
"Ya aku puas dengan kamu Dik.." kata Mbak Desi.
Akhirnya kami
terus melakukan hubungan itu, di mana pun dan kapan pun, di dapur, di kamar
mandi, di kamarku, di saat sepi. Hingga kini kami terhanyut oleh kenikmatan
surga dunia yang tiada bosan-bosannya kami rasakan.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar